𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟒

144 38 50
                                    

𝐀𝐬𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦𝐮'𝐚𝐥𝐚𝐢𝐤𝐮𝐦 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬 👋👋
𝐁𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐯𝐨𝐭𝐞, 𝐜𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐚𝐧𝐝 𝐬𝐡𝐚𝐫𝐞 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐲𝐚 ☺☺

𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝟓 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮,𝐝𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐥-𝐪𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐛𝐚𝐜𝐚𝐚𝐧 𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚 , 𝐨𝐤𝐞𝐲 ?? 👌👌

𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐢 ☺☺

𝐓𝐚𝐧𝐝𝐚𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐭𝐲𝐩𝐨 ❗❗

________________

"𝑄𝑜𝑏𝑖𝑙𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑐𝑎𝑝, 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢, 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑚𝑢 𝑝𝑟𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝐴𝑏𝑖"
~𝐴𝑖𝑠𝑦𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑖𝑙𝑎 𝐻𝑢𝑠𝑛𝑎~
_______________

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur hallan," ucapan qobul itu di ucapkan dengan lantang.

Saat qobul terucap, maka seorang laki-laki harus menerima tanggungan nya, kelebihannya, kekurangannya, tanggungjawabnya, dan semua yang ada pada diri seorang wanita.

"Para saksi, sah?" tanya penghulu.

Serempak semua mengucapkan kata 'sah' dengan nada yang sangat bahagia.

Tak ada kebahagiaan yang membuat orang tua sampai menangis bahagia, kecuali saat menikahkan putra-putri mereka.

Abi Husni yang menjadi wali nikah anaknya, mengucapkan ijab untuk putri tercintanya menangis haru. Setelah ini putrinya bukan tanggung jawabnya lagi.

Ayah Abraham pun terlihat berkaca-kaca, putra semata wayangnya telah melepas masa lajangnya.

Adik Aisyah, Abyan Rofiq Husni, juga terlihat berkaca-kaca lantaran sebentar lagi dia akan ditinggalkan oleh kakak perempuannya lagi. Jika dulu ditinggalkan untuk menuntut ilmu di pesantren, sekarang ia kembali ditinggalkan karena menikah.

Umi Zahra, bunda Nadia, dan Aisyah yang berada di kamarnya pun menangis. Putrinya sudah besar sekarang, tak akan ada rengekan manja dari gadis kecilnya lagi di rumah ini.

Suasana yang haru sekaligus membahagiakan. Hal yang dulu pernah ia bayangkan untuk menikah akhirnya tercapaikan. Ia bahagia sekaligus bersedih.

Mulai detik ini, saat qobul tadi telah terucap dengan lantang, semua baktinya beralih kepada laki-laki yang mengucapkan qobul atas dirinya.

Dan mulai hari ini, setelah acara ini selesai ia akan di boyong kerumah suaminya, ia akan meninggalkan rumah yang ia tinggali dari kecil, ia tak akan lagi bermanja dengan umi dan Abinya, ia juga akan meninggalkan adik yang dulu selalu merengek padanya.

"Pengantinnya jangan nangis dong," kata Umi Zahra, padahal dirinya juga tengah merasa haru.

Aisyah tersenyum tipis. Dia hanya berkaca-kaca tak sampai meneteskan air matanya, karena dirinya tahu, air matanya yang keluar pasti membuat orang di sekitarnya semakin berat untuk melepaskannya, apalagi keluarga besarnya.

Imam Dan Makmum [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang