11. Rumah sesungguhnya hilang

1.5K 97 4
                                    

Rabu...

( panggilan telepon )
" Assalammualaikum halo bundaa, udah lama Mala enggak ketemu bunda, besok bunda berangkat kan? " Tanya Mala.

" Iya sayangg... gak usah anter bunda ya, lagian kamu kan ada camping "

" Kita kan terakhir ketemu juga gak lama lama amat "

" Have fun yaa nak, Bunda bakal kangen Mala.. "

" Malam ini kita ketemu yuk bund " Ajak Mala.

" Bolehhh.... "

Malam hari sudah tiba, kali ini hanya Mala sendiri menemui ibundanya, dalam rangka dinner sebelum Bundanya pergi jauh..

" Bundaa! i really miss you bundddd " Teriak Mala menghampiri Bundanya yang sedang duduk di tempat dinner mereka.

" Halo sayangg.. gimana Radennya baik kan? "

" Baik banget bunnn " Jawab Mala.

" Berarti kalau Bunda tinggalin kamu ke Raden gapapakan? "

" Ninggalin ke luar negeri kan bun,, Mala udah denger dari Raden " Ucap Mala menahan tangis.

" Iya.., kamu jaga diri baik baik ya, Bunda bakal kangen banget sama Mala, selalu ingat pesan pesan Bunda "

" Jangan pernah menyerah, Jangan pernah putus asah, Jangan pernah takut mencoba hal baru, dan Jangan sampai takut mengambil keputusan, selalu ingat Mala bisa apa terus gak bisa apa "

" Iyaa bun.,, aku sayang Bunda.. makasih Bun udah ngerawat Mala sampai sekarang, perjuangan Bunda sudah banyak, sekarang waktunya Bunda bersenang senang disana, jangan lupa balik ke indoneisa bun.. " Ucap Mala sambil menangis.

.....

Kamis...

Sekarang seluruh siswa siswi sudah berkumpul di lapangan, selesai pembagian bus semuanya harus di pastikan aman dan siap untuk mengikuti kegiatan camping, untung saja mereka ber lima masuk di bus yang sama.

" Udah kan? " Tanya Raden memastikan kembali bahwa istrinya tercinta sudah aman, awalnya Raden tak ingin Mala naik bus, tapi karena Mala memaksa ia terpaksa mengiyakan.

Suasana pagi hari ini cukup dingin dan sepi, padahal tidak hujan sama sekali, sedari tadi Mala bersandar di bahu Raden sambil menunjuk tempat tempat yang mereka lewati.

" Bunga yang itu cantik " Tunjuk Mala ke salah satu tanaman putih di pinggir jalan.

" Masih cantikan kamu.. " Ucap Raden mengecup pelan dahi Mala.

Tak terasa tempat camping sudah semakin dekat, awalnya Mala mengeluh karena perjalanan yang di tempuh cukup jauh, namun karena ada Raden ia tak merasa terlalu capek.

" Hari ini Bunda berangkat kan? " Tanya Raden.

" Iyaa, sampai di tempat camping kita telepon Bunda ya? " Ucap Raden.

" Iyaaa! " Jawab Mala tersenyum lebar.

Sesampainya di tempat camping Mala, Raden, Afan, Adara, dan Eby segara menelepon Sania, namun di layar ponsel hanya tertulis " Calling " padahal jaringan bagus.

" Hah! " Kaget Afan membuka berita di ponselnya.

" Kenapa fan? " Tanya Mala.

" Mal.. coba baca " Ucap Afan memperlihatkan berita di ponselnya.

Tertulis jelas nomor pesawat yang di tumpangi Sania terjatuh karena hilang kontak, melihat hal tersebut Mala dan yang lain sangat terkejut " Gak! gak mungkinn! gak! " Tangis Mala pecah.

Tertulis jelas nomor pesawat yang di tumpangi Sania terjatuh karena hilang kontak, melihat hal tersebut Mala dan yang lain sangat terkejut " Gak! gak mungkinn! gak! " Tangis Mala pecah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Hiks.. Radenn! ini mimpi kan! " Tanya Mala sambil menangis di pelukan Raden, ponsel Mala berdering kali ini yang mengangkat telepon Raden.

" Pesawat yang di tumpangi ibu Sania hilang kontak, kami akan mengabarkan kembali jika sudah menemukan info mengenai ibu Sania "

" Terima kasih.. " Ucap Raden memutuskan panggilan telepon.

" Raden.. itu bohong kan! hiks " Tangis Mala semakin pecah, Adara, Afan, dan Eby juga meneteskan air mata saat melihat Mala yang memberontak di dalam dekapan Raden.

Seluruh siswa siswi dan guru guru juga sudah menghampiri mereka, suasana semakin mencekam tangisan Mala semakin kencang.

" Mala.. sayangg... kita pulang sekarang ya? " Ucap Raden pelan dan langsung menggendong Mala, Mala hanya menganggukan kepalanya, rasanya ia ingin cepat cepat bangun dari mimpi buruk ini.

" Bunda enggak pergi kan? " Tanya Mala kembali yang berada di atas pangkuan Raden, ketiga temannya hanya diam sambil menahan tangis.

Sekarang Mala tertidur di pangkuan Raden sambil sedikit terisak, Raden ingin sekali menangis, namun ia harus terlihat kuat didepan gadisnya, baru saja kedua orang tua Raden menelepon memberitahu kabar buruk ini.

Sesampainya di rumah milik Sania, Mala menangis di dalam pelukan Raden, rumah juga sudah di bersihkan untuk menjadi rumah duka, kabar jenazah Sania juga sudah ada, dan akan di antarkan, Mala terus menangis ia tak tahu mau bilang apa, rumah miliknya sudah hilang satu.

....

Jenazah ibunda tercintanya sudah berada di depannya sekarang, tangisan seluruh orang rumah sudah sangat banyak, waktu pemakaman di tetapkan esok hari.

Pagi ini seluruh rekan kerja, kenalan Sania mengantarkan Sania ke tempat peristirahatan terakhirnya, Ayah dan Bunda Raden sekarang yang membantu Mala berjalan ke pemakaman, sedangkan Raden sekarang mengangkat jenazah Sania.

Penguburan telah selesai, yang tersisa disana hanya keluarga Daniswara, Adara, Afan, dan Eby.

" Bunn... kok ninggalin Mala? katanya cuman sampai di luar negeri, kok sekarang sampe di sana, Bun Mala mau ngucapin terima kasih udah bertahan cuman untuk Mala ya bun, bun terima kasih pesan pesannya, bun terima kasih banyak, dan Mala minta maaf ya bun Mala belum bisa ngasih banyak ke Bunda, Mala sekarang bisa meluknya cuman nisan doang padahal biasnya meluk orangnya " Tangis Mala, Raden juga ikut menangis sambil memeluk Mala.

---
maaf kalau gak sedihh

staytune terus ya sama ceritanya, karena bakal makin seru

jangan lupa ramein dan vote sebanyak banyaknya

terima kasih

Terima Kasih ( Rakha and Mala Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang