Tubuh saling membelakangi tanpa ada sepatah kata yang terucap dari bilah mereka. Sang Ratu menghadap cermin riasnya, yang kini sedang sibuk dipakaikan berbagai pernak-pernik yang menambah keelokan parasnya. Sedangkan sang Raja berdiri dibantu para pelayan yang sibuk memakaikan atribut kerajaan pada pakaian kebesarannya.
“Sudah selesai Yang Mulia, apa ada yang tidak anda sukai dari riasannya?”
Cermin memantulkan bayangannya. Dipandangi sosoknya sendiri yang kini sudah berseka sedemikan ayunya. Hanya saja sepasang iris itu terlihat redup tidak secerah biasanya.
“Sudah cukup tinggalkan kami berdua”
Bukan Renjun yang menjawab, melainkan Jeno yang berada di belakangnya. Seluruh pelayan keluar setelah merapikan segala benda yang mereka bawa. Raja Azure itu berbalik, menghampiri sang Ratu yang masih terduduk di hadapan cermin.
Keduanya saling pandang melalui pantulan di cermin. “Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah melepas mu. Kedatangan Sora, tidak akan pernah mempengaruhi itu. Sudah saatnya keluar, semua orang menunggu kita”
Jeno melenggang pergi lebih dulu, menyisakan Renjun yang masih menatap pantulan dirinya sendiri di sana. Ruangan itu semakin sunyi, Renjun benci akan sepi, tapi kehidupan membuat ia harus menghadapinya setiap hari.
“Tapi kau membawanya diantara kita. Dia sosok yang pernah kau cintai begitu dalam, sedangkan aku? Aku sosok yang berdiri di sampingmu karena kau butuh kekuasaan”
Bicara pada bayang-bayang Jeno yang telah pergi. Melontarkan kata pada anila yang mengudara di sana. Pada dinding, dan ornamen yang tidak bisa menjawab kalimatnya. Menghela nafas yang berat, lelah dengan semua alur yang harus ia jalani.
Senyuman mengembang layaknya tidak pernah terpikul beban. Pinggangnya terus dirangkul dengan erat, seolah-olah ia bisa saja melarikan diri. Tidak ada orang yang dibiarkan untuk mencoba lebih dekat. Setiap kali hal itu terjadi, Jeno akan segera membawa Renjun pergi.
Di aula kerajaan yang dipenuhi oleh para tamu undangan, Jeno benar-benar tidak pernah membiarkan Renjun sendiri. Bahkan kini ia meminta tempat terpisah untuk Roohi-nya. “Yang Mulia, tempat yang diminta sudah disiapkan”
Jeno mengangguk lantas meminta Renjun untuk mengikuti pelayan itu. “Kau akan menyaksikan semuanya dari sana” Ujar Jeno sembari melirik tempat yang tersedia untuk Renjun.
Sang Ratu Azure mengerutkan alisnya. Setelah hari ini lingkup sosialnya dibatasi, kini ia juga harus terpisah dari Suaminya. Sebenarnya apa yang Jeno pikirkan, untuk apa semua ini di lakukan? Apa ia sengaja agar Renjun tidak perlu banyak dikenal sebagai pendampingnya? “Bukankah lebih baik kita terus bersama, tuan ku?”
“Tidak, ikuti saja pelayan itu, dan diam di sana. Semua yang kau butuhkan, akan kau dapatkan di sana”
Setelah mengatakan itu, Jeno pergi begitu saja, meninggalkan Renjun yang kembali tertegun. “Mari Permaisuri” tanpa banyak bicara, pada akhirnya Renjun mengikuti pelayan itu, untuk pergi ke tempat yang disiapkan untuknya.
Berbagai makanan ringan tersaji di meja. Tempat yang ditutupi kelambu tipis, namun tetap bisa melihat ke area bawah di mana aula penobatan berada. Dari atas sini, Renjun bisa melihat orang-orang yang mulai melakukan upacara penobatan. Ia juga bisa melihat sang Suami yang duduk di kursi tamu kehormatan, sembari menyaksikan Mark yang memulai penobatannya.
“Tolong singkirkan kain kelambu ini” Pinta Renjun pada satu pelayan di belakangnya.
“Maaf Yang Mulia, Baginda Raja tidak memperbolehkan saya untuk membuka kelambunya”
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW QUEEN - Noren
FanfictionMendapat keindahan mu di sepanjang hidupku adalah sebuah keberuntungan yang selalu aku syukuri di setiap detiknya. Sepanjang waktu kalbu ku menjerit, pantaskah aku yang kecil ini bersanding dengan sosok agung seperti mu. Cinta mu tak hanya memberiku...