Warning: Ada sedikit mature content. Adik-adik di bawah umur harap menjauh.
“Anghh ... Sshh ahh ah”
Tubuh itu sudah terbawa hanyut oleh sentuhan halus dari sosok yang kini memeluk raganya erat. Pergumulan tak kunjung temukan titik henti, meski sudah cukup lama waktu menjadi saksi. Bahkan kini ada yang berbeda dari setiap inci sentuhan yang diberinya.
Terasa setiap dekapnya ada getar di sana. Entah mengapa, ketika biasanya tatap saling bertemu kala keduanya menyatu, kini Sang Raja menolak untuk saling pandang dengan kelam yang paling ia suka. Ia lebih memilih menyatu, dengan dekap yang enggan ia lepaskan. Ada rasa takut di sana, ada gusar yang menyelinap diantara penyatuan mereka.
“Tu–tuanh ... Hahh ahh”
Pinggul Jeno bergerak, menghentak kuat pada prostat Istrinya. Dengan jantung yang berdegup kencang, menyalurkan gejolak yang sedari tadi membara di dadanya. Gejolak ketakutan, kekhawatiran, yang seolah haus pembuktian bahwa Renjun masih bersamanya. Renjun masih di sisinya, dan akan selalu begitu sampai kapanpun.
Renjun mencoba menarik tubuh Jeno untuk sedikit bangkit, agar ia bisa melihat wajah Suaminya. Sayangnya Jeno enggan, dan kembali memeluk tubuh Renjun sembari mengecup pundak, lalu menjalar memberikan tanda di leher, dan menggoda telinga si manis.
“Jangan .. cukup peluk aku saja dengan erat” pinta lelaki berdarah Azure itu.
Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana asa berkecamuk. Rasa takut yang terus menerus menghantui, padahal sang kekasih berada di hadapannya. Jeno memilih menyembunyikan dirinya yang kacau dibalik dekap hangat mereka. Jeno takut ia akan terlihat lemah, dan membuat Renjun berpikir bisa meninggalkannya.
Sampai pada waktu keduanya mencapai puncak, Renjun dekap erat tubuh kokoh yang tanpa ia ketahui rapuh dalamnya itu. Ia pejamkan mata biarkan raga keduanya saling menyatu dengan sempurna.
“Argh ...”
“Akhh.. hah ...”Lenguh pasangan itu bersamaan. Hingga detik dimana Renjun menyadari, untuk pertama kalinya ia merasakan hangat di dalam tubuhnya. Hangat yang selama ini ia nantikan, hal yang menjadi bukti bahwa mereka menyatu sepenuhnya. Apa Jeno kini mulai percaya padanya? Apa Jeno kini mengetahui apa yang selalu Renjun inginkan? Apa ini waktunya bagi mereka bisa mengharapkan keturunan?
“Ya—yang Mulia?”
Tidak ada jawaban, melainkan pagutan yang kembali Renjun dapatkan.
Keduanya kini terbaring dengan tubuh yang saling mendekap, tanpa ada helai benang menjadi penghalang. Renjun terlelap, merajut mimpi setelah tubuhnya dihabisi tanpa ampun malam ini. Sedang Jeno nampak masih terbangun, dengan sepasang sorot sendunya penuh ketakutan. Meski Renjun berada di dalam dekapannya, ia masih merasa Renjun akan menghilang darinya.
Jantung Jeno sedari tadi terus berdegup kencang. Bagaimana bisa ia kehilangan sosok yang menjadi jiwanya, sosok yang menjadi nafasnya, sosok yang membuatnya terus berpijak di dunia. Jeno tidak bisa membayangkan bila hal itu terjadi.
Air mata yang sedari tadi coba untuk ia tahan, akhirnya luruh dalam keterdiaman. Jatuh dalam kebungkaman. Seseorang yang berada dalam pelukan, entah mengapa terasa begitu jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW QUEEN - Noren
FanfictionMendapat keindahan mu di sepanjang hidupku adalah sebuah keberuntungan yang selalu aku syukuri di setiap detiknya. Sepanjang waktu kalbu ku menjerit, pantaskah aku yang kecil ini bersanding dengan sosok agung seperti mu. Cinta mu tak hanya memberiku...