“Selamat datang, dan selamat bergabung Tyrone. Sungguh suatu kehormatan bisa melihat anda bergabung dengan perserikatan kami”
Mark tersenyum begitu kedatangannya disambut dengan hangat oleh kerajaan lain sebagai anggota baru, yang juga sama-sama memiliki kekuasaan besar. Ini merupakan suatu langkah politik yang bagus baginya. Karena dengan begini, Tyrone akan lebih mudah menemukan koalisi untuk berkerja sama, juga ia bisa lebih mudah mendapatkan kepercayaan masyarakat.
“Terima kasih banyak karena sudah mengizinkan Tyrone bergabung dengan Perserikatan ini, ku harap kita bisa menjalin kerja sama yang baik.”
Untuk kali ini, pertemuan diadakan di Kerajaan Atresia, yang tidak jauh dari Tyrone. Terkadang pertemuan memang diadakan bergilir di setiap Kerajaan, namun selama itu pula Azure tidak pernah menjadi tuan rumah. Jeno selalu menolak keras jika anggota meminta untuk mengadakan pertemuan di Kerajaannya.
“Bagaimana jika untuk pertemuan selanjutnya kita adakan di Tyrone? Sebagai penyambutan anggota baru juga.”
“Tunggul sebentar Yang Mulia Yeonjun. Bukankah lebih baik anggota lama yang menyambut anggota baru?”
Kalimat sang tuan rumah dipotong telak oleh Pemimpin Aviloka, Raja Haechan. “Bagaimana bisa kita meminta anggota baru untuk langsung menjadi tuan rumah sedangkan ada yang sudah bertahun-tahun bersama, tidak pernah sekalipun menyambut kita? Bukankah itu suatu yang kurang pantas?”
Lirikan sengit dilempar oleh Haechan pada sorot tajam Jeno yang nampak tenang, namun begitu dingin menusuk. Tentu sang Pemimpin Azure itu tahu siapa yang tengah dibicarakan oleh Raja Aviloka itu di sini. Lantas seluruh Raja yang menjadi anggota melirik pada Jeno yang masih terdiam.
“Jadi ... Kapan Azure yang dibanggakan itu bisa menjadi tuan rumah, Yang Mulia?” Tanya Haechan kembali dengan sedikit menekan kalimatnya.
Jeno tahu betul bahwa sosok yang kini bicara padanya memiliki maksud lain. Ia tahu bahwa seseorang diam-diam mengincar Roohinya, maka tidak akan pernah Jeno biarkan dominan itu memanfaatkan celah sedikitpun.
“Anda terlalu berlebihan, Raja Haechan. Sebab dari sekian banyak Pemimpin yang berada di sini, hanya anda yang begitu menginginkan pertemuan di Azure.” Jawab Jeno, dengan begitu tenang.
“Apa yang salah dari perkataan ku? Bukankah memang seharusnya hal seperti ini dirasakan oleh setiap anggota dari perserikatan ini. Benar bukan tuan-tuan?”
“Ya .. Itu benar”
“Betul”
Beberapa dari mereka membenarkan pernyataan Haechan. Jeno mulai terpancing dengan rahangnya yang mengeras. “Raja Haechan betul, sudah saatnya Azure unjuk diri bukan?” lanjut Raja Yeonjun.
“Lagi pula apa yang anda sembunyikan sehingga begitu bersikeras tidak ingin kami mengadakan pertemuan di Azure?” ditimpali oleh Raja dari Negeri lainnya.
Sebab manusia-manusia seperti Haechan. Seseorang yang memang memiliki niat lain yang tersembunyi. Jeno tahu betul bahwa Raja Aviloka itu masih tidak menyerah akan perasaan yang dimilikinya pada Renjun. Manusia yang berniat merebut Ratunya.
Tatapan Jeno semakin tajam, membuat Haechan diam-diam tersenyum miring. Ia sama sekali tidak takut dengan sorot Jeno yang seolah hendak menguliti dirinya. Haechan justru menikmati respon ini.
“Baik. Pekan depan, Azure akan menjadi tuan rumah untuk perserikatan ini, dengan syarat, ikuti aturan Negeri ku”
Haechan tersenyum puas mendengar apa yang Jeno katakan. Ini saat yang pas untuk dirinya bertemu dengan Renjun. Setelah itu pertemuan berlanjut seperti biasanya. Membahas mengenai daerah teritorial kerajaan masing-masing dan kerja sama antar Negeri. Meskipun Jeno harus menahan amarah sepanjang pertemuan karena Haechan yang nampak terus berusaha mendekatkan diri pada Tyrone. Jeno sendiri paham betul bagaimana taktik pemimpin Aviloka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW QUEEN - Noren
Fiksi PenggemarMendapat keindahan mu di sepanjang hidupku adalah sebuah keberuntungan yang selalu aku syukuri di setiap detiknya. Sepanjang waktu kalbu ku menjerit, pantaskah aku yang kecil ini bersanding dengan sosok agung seperti mu. Cinta mu tak hanya memberiku...