Budayakan vote sebelum membaca!
Happy reading....
****
Evelyn mengerjapkan matanya saat sinar matahari pagi berhasil menerobos masuk kedalam kamarnya melalui jendela yang tirainya sengaja dibuka, perempuan itu menatap kosong kearah langit-langit kamar.
Ingatan perempuan itu terlempar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Semalam menjadi malam panas yang panjang bagi Evelyn dan Bian. Mengingatnya, Evelyn tidak bisa menahan pipinya yang terasa panas bak terbakar.
"Aaa aku malu..." Rengek Evelyn seraya menutupi mukanya yang memerah.
Saat sibuk dengan isi pikirannya, pintu kamar terbuka dan menampakkan suaminya yang sepertinya sudah mandi.
"Kamu udah bangun?" Tanya Bian pada istrinya, laki-laki tersebut mendekat dan duduk di pinggiran ranjang.
"Kamu kok nggak bangunin aku?" Tanya Evelyn yang seluruh tubuhnya tersembunyi di balik selimut tebal.
"Aku nggak tega bangunin kamu, kamu pasti cape kan? Maaf ya, Elyn." Ucap Bian dengan mengelus puncak kepala Evelyn.
Evelyn semakin bahagia saat mengetahui bahwa Bian begitu khawatir dengan dirinya. Ah, Evelyn merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang melayang di dalam perutnya.
"Udah ah, aku mau mandi." Ucap Evelyn yang kini bangkit untuk duduk.
"Aawh." Ringis Evelyn saat merasakan tubuhnya yang sakit saat digerakkan.
Evelyn merasa semua sendinya terasa sakit, apalagi bagian kewanitaannya, sangat-sangat sakit. Juga dengan kepalanya yang terasa sedikit pusing.
Melihat Evelyn yang kesakitan, Bian segera mendekat, menyentuh pundak polos Evelyn, dan mengelusnya.
"Elyn, sakit ya?"
Pertanyaan bodoh, Bian. Tentu saja jawabannya adalah iya.
Bian menangkup wajah Evelyn, meminta perempuan itu untuk menghadap kearahnya. Saat mata mereka bertemu, Bian dapat menyadari bahwa mata Evelyn berkaca-kaca, perempuan itu ingin menangis.
"Elyn, sayang. Maafin aku ya?" Ucap Bian yang sangat merasa bersalah pada istrinya itu. Pasti ini terasa sangat menyakitkan bagi Evelyn.
Evelyn menggeleng pelan. "Iya, Bian. Aku gapapa kok." Ucap Evelyn jelas berbohong.
Bian menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, lalu laki-laki itu hendak menggendong Evelyn dengan selimut yang masih menutupi tubuh polos istrinya itu.
"Eh, Bian." Evelyn berucap dengan kaget saat tiba-tiba Bian menggendongnya, reflek saja Evelyn segera mengalungkan tangannya pada leher Bian agar tidak jatuh.
"Kamu mau mandi kan? Aku anterin." Ucap laki-laki itu yang kini sudah turun dari ranjang, bersama dengan Evelyn di gendongannya.
"Enggak usah, Bian. Aku bisa jalan sendiri." Ucap Evelyn menolak.
Bian menggeleng. "Diam, Elyn. Kamu pasti susah buat jalan. Aku nggak mau kamu kesakitan lagi." Ucap Bian dengan nada lembutnya.
Evelyn menatap rahang tegas Bian yang tepat berada di depan mukanya. Pada akhirnya perempuan itu hanya menuruti omongan suaminya. Evelyn pasrah saat Bian mendudukkan dirinya di kloset.
Evelyn tetap mempertahankan letak selimut yang menutupi tubuhnya, perempuan itu mendongak menatap Bian yang masih berdiri di tempatnya.
"Kenapa masih disini?" Tanya Evelyn.
Dengan ragu Bian bertanya. "Kamu bisa mandi sendiri? Maksud aku, nanti takutnya kamu kesulitan dengan keadaan kamu yang kaya gini." Ucap Bian yang mengungkapkan isi pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHA
Novela Juvenil𝚂𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝙴𝚟𝚎𝚕𝚢𝚗 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚐𝚘𝚗𝚒𝚜𝚝 𝙶𝚒𝚛𝚕 Follow sebelum membaca!. ------------------------------------------------ Menceritakan kelanjutan kisah Evelyn Azzura Syanalla. Kehidupan gadis itu setelah menikah, dan juga...