4. ke rumah Yohan

568 33 4
                                    

Erik bersenandung sambil mengikuti Yohan dari belakang sambil membawa kantong plastik berisi strawberry.

"Lo sering pake celana pendek?" Tanya Erik tiba-tiba.

"Terus kenapa?"

"Ga baik tau. Ntar kalo di liat orang gimana?"

"Apasi" gumam Yohan.

Sebelumnya, setelah pertemuan 'tak sengaja'. Erik terus mengikuti Yohan dan membayar pula belanjaan Yohan. Karena dia sudah membayar, dia minta imbalannya dengan makan di rumah Yohan.

Yohan yang berjalan di depannya melirik ke belakang. Lalu dia mengingat peringatan dari Raka tadi saat di sekolah.

"Lo mesti hati-hati Han. Gue ngerasa lo bakal di jadiin majikan sama tu orang" kalimat Raka di ingatan Yohan.

Yohan merasa ada yang salah. Lalu dia berusaha berfikir lagi.

"Lo mesti hati-hati Han. Gue ngerasa lo bakal di jadiin kacung" ingatan part 2.

Kali ini ingatan Yohan berjalan mulus.

"HAH?!"

"Waduh apaan?!" Erik kaget sambil bersiaga melihat sekitar.

Yohan berbalik melihat Erik. Dia mengambil kantong plastik miliknya. "Lo jangan ngadi-ngadi ya" dengan nada mengancam. kemudian dia berjalan duluan dengan sedikit cepat.

Erik sedikit bingung. Tapi setelah itu dia terkekeh.

"Eiii~ jangan gitu dong" rayu Erik yang sudah berada di samping Yohan. "Gue itu lagi kesasar. Kan udah bilang tadi"

Lalu mereka berhenti.

"Terus apa hubungannya sama gue?"

"Tau ga si, gue tu belum makan tau dari pulang sekolah. Gara-gara lo tinggalin"

Entah kenapa, rasa bersalah menyelubungi Yohan.

"Mana gue ga bawa hp lagi, hiks" Erik sambil menutup matanya seperti menangis. Padahal tadi dia senter mukanya pake hp.

Yohan berfikir keras. Dia tak tau sekarang jam berapa. Tapi kalau Erik terus menghambatnya, hari akan semakin malam dan semakin lama pula Erik pulang. Lagipula dia hanya perlu memberi sepiring makan.

"Yauda deh ayo" kata Yohan memimpin jalan.

"Hehe"

.
.
.
.
.

Sebuah piring keramik Erik letakan di tempat wastafel tanpa di cuci. "Lo pintar masak ya~"

Erik menghampiri Yohan yang sedang membuat sesuatu di meja makan. "Lo suka suka banget sama sandwich buah?"

Yohan sedang memotong-motong strawberry dan menyusunnya bersama whipped yang tadi sudah dia buat ke roti.

"Mungkin". Yohan emang suka

"Heee~" Erik melipat tangannya di meja dan bersandar sambil melihat Yohan, bukan sandwich nya. "Lo tinggal sendiri?"

"Sama kakak gue. Tapi dia lagi tugas di luar"

"Oh~ mau gue temenin?"

Tiba-tiba Yohan berhenti dan menatap Erik.

Erik sedikit kaget.

Yohan melihat makanan Erik sudah tidak ada. "Eh napa lo belum pulang?"

"Gue juga mau sandwich loh~"

"Engga engga" Yohan berdiri dan menyeret Erik keluar rumahnya. "Besok gue bawain di sekolah"

Brak

Pintu tertutup.

"Kejamnya" Erik menghela nafas sambil sedikit terkekeh. Dia pun berjalan keluar. Dan menelfon supir untuk menjemputnya.

Dengan kilat mobil Pajero sudah tiba di depan Erik. Erik pun masuk di kursi belakang.

"Mau kemana, den?" Tanya supir

"Pulang"

"Baik, den"

Erik melihat ke luar jendela. "Dia pasti lupa kalo gue lagi kesasar" gumamnya sambil menyeringai.

.
.
.
.
.

Keesokan harinya. Yohan berjalan menyusuri koridor sekolah. Sambil memakan sandwich buah.

Sesampainya di depan kelas dia kaget ternyata ada Erik yang duduk di kursinya sambil mengobrol dengan Raka. Mereka bahkan sudah terlihat akrab.

"Woooo Yohan!" Heboh Raka.

Yohan menghampiri mereka. "Ngapain lo disini?"

"Lo tau ga, dia udah disini sebelum gue masa?!"

Erik berdiri dan pindah di kursi depan Yohan. "Kebetulan" sambil senyum hingga matanya hilang.

Yohan menatap curiga sambil duduk dengan sedikit ragu.

"Hee~ ga usah begitu lah, Han. Dia ini baik banget loh. Masa dia bilang kalau cewe di kelasnya pada naksir gue. Aaaaaa gimana ni!"

"Ya ya selamat" Yohan sambil mengeluarkan hp nya.

"Loh, tu hp udah ketemu?" Tanya Raka.

"Ternyata ada di selipan sofa. Padahal waktu itu gue nyari disitu ga nemu"

"Ohh~" Raka melihat wajah Yohan. Ada sedikit cream di ujung bibir Yohan. "Eh itu di bibir lo ada.. cream"

"Heung?"

Erik tiba-tiba mengulurkan tangan nya dan dia lap cream itu dengan ibu jarinya.

Yohan meraba-raba mulutnya.

"Udah ga ada". Erik menaruh tangannya di bawah meja. "Eh iya, mana sandwich gue?"

Yohan cuma membawa satu sandwich dan sudah dia makan sambil berjalan tadi. Dia melupakannya. "Oh iya! Gue lupa"

"Hal yang wajar" gumam Raka.

"Hah?!"

Raka langsung bersenandung. "Na~ na~ na~ hem~ hem~"

Erik cuma tersenyum dan tertawa. "Hahaha ga papa" dia lalu mengacak-acak rambut Yohan.

"Isss!" Yohan mengelak.

"Jangan woe, hilang ni mahkota Yohan. Ntar cewek ga klepek-klepek" Raka dengan siaga menyisir rambut Yohan. Tapi dia sisir ke arah belakang. "Kalo gini luka lu jadi keliatan banget ya, Han"

Erik merebut sisir Raka.

"Woe!" Raka

"Gini aja cantik kok" Erik menyisir rambut Yohan kedepan hingga menutupi kedua alisnya. Mirip rambut mangkok.

Ekspresi Yohan -_-

"Hehe"

"Pfffttt 'cantik'? Pfffttt" Raka

Yohan menghempas tangan Erik.

"Aww"

Tiba-tiba entah dari mana, muncul Abin sampai di depan mereka bertiga. "Disini rupanya. Lu di cariin guru"

"AAAA!!" Raka

"Bisa ga si lo ga usah teriak?" Yohan

Raka menunjuk wajah pemuda berkacamata itu. "J-jangan j-jangan l-lu fans gue ya?!"

"Ha?"


.
. . .
. . . . .
. . .
.

(˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)

USURER [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang