📜 t h e a g r e e m e n t 📜

143 18 0
                                    

_______________________________________________

Kami makan siang bersama di dekat tenda, Edmund makan dengan lahap  "Narnia tak akan kehabisan roti panggang, Ed" Celetuk Lucy, aku mengalihksn pandangan ku kearah Peter, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu "akan di beri bekal untuk pulang." Kami semua menatap nya  "kita akan pulang?"  Tanya Lucy  "kalian"
Jawab Peter singkat.

"No! Kau berpikir kau bisa melawa Jadis sendirian, huh? Aku akan tetap tinggal sebelum aku menamatkan riwayat makhluk itu."  Jawab ku sarkas, Lee terkekeh  "(name) benar, aku telah melihat kekuatan Jadis, ia sangat kuat."  Sambung Edmund, "kita datang ber enam, kita pulang juga harus ber enam."
Balas ku, sembari menatap mereka.

"Yeah, aku setuju"  Jawab Susan lalu berdiri dan mengambil panah nya "kau mau kemana?" Tanya Peter "mulai berlatih, tentu saja"  Aku tersenyum  "well.. Aku juga akan berlatih"  Ucap ku hendak mengambil tongkat ku di atas meja, namun Lee segera mencegah tangan ku  "cobalah untuk berlatih fisik."  Ucapnya, aku hanya mengangguk.

Kami pergi ke tanah lapang untuk berlatih. Peter, Lee dan Edmund berlatih pedang
Sementara aku, Susan berlatih panahan, ku tarik busur panah yang ku pegang dan ku lepasnya busur itu.



*jep



Busur itu mendarat sedikit di luar titik kuning, tepatnya di perbatasan garis kuning dan merah, aku sedikit menghela napas  "tampaknya kau kehilangan skill memanah mu, (name)"  Teriak Lee dari jauh, aku memutar bola mataku dan mengacungkan tongkat  "shut up, Lee"  "Wait, how-"   "Stupefy!"  Aku merapalkan mantra kearah Lee, ia terjatuh dari kudanya lalu bangkit dengan wajah bingung  "but, How!? Aku menyimpan tongkat mu??"   Aku tertawa.

"Ya, tapi kau tak menyimpan tongkat ibu!"  Teriakku, Lee diam dan tersenyum, Tiba-tiba Tn. Berang-berang berlari dengan panik kearah Peter, Lee dan Edmund.
"Peter! Edmund!"  Kuda yang di naiki Edmund menlompat  "wow.. Tenang, kuda"  Ucap Edmund  "namaku, Philip" Ucap kuda itu
Kepada Edmund. "Sorry.."

Aku, Susan dan Lucy ikut menimbrung, "sang penyihir meminta untuk bertemu Aslan. dia menuju ke sini!"  Tn. Berang-berang membeli info.





















🚪




















"Jadis! Queen of Narnia"  Aku mendengar teriakan 'asisten' Jadis, aku pun melihat Jadis yang duduk di kursi yang di angkat oleh anak buahnya, ia duduk dengan angkuh. pikirku, apa ia tak punya rasa malu mengakui dirinya 'ratu Narnia'---eugh aku yang menyebutnya saja sudah geli---di depan Aslan, toh jika dia tak sengaja ikut masuk kedalam Narnia, ia tak akan keluar dari Charn

Note: kalau kalian baca bukunya Narnia yang ke satu, pasti kalian tau.

"Enyahlah penyihir! "  "Tak seharusnya kau disini!"  Teriak beberapa bangsa Narnia  "Kaisar Lone Islands!" Kurcaci itu kembali berteriak, Jadis di turunkan dari kursi, Lee menarikku ke belakang agar kami berdua tak tertangkap pandangan Jadis. Aku paham, karena bisa saja, jika Jadis melihat ku ia akan langsung membawa ku ke istananya dan mengurungku, atau bahkan langsung membunuhku di tempat.

Ia berjalan maju kearah Aslan, "ada pengkhianat di antara Kalian, Aslan" Ucap Jadis sambil sedikit melirik ke arah Edmund
"Pelanggarannya bukan terhadap kau."
"Sudah lupa hukum melandasi dibentuknya Narnia?" Tanya Jadis "Jangan mengungkit Deep Magic di depanku, Penyihir. Aku hadir saat itu ditulis"  Jawab Aslan
Dengan Cepat dan dengan sedikit auman, aku dapat mendengar.

"Maka kau ingat bahwa semua pengkhianatan menjadi milikku. Darahnya milikku."  Peter dengan jengkel mengeluarkan pedangnya  "coba ambil dia."  Jadis melirik Peter "kau pikir hanya kekuatan akan mengingkari hakku, raja kecil?"  Jadis kembali memutuskan pandangannya dan Peter kembali memasukkan pedangnya dengan Jengkel.

"Aslan, kau tahu jika aku tak mendapatkan darahnya, sesuai hukum, seluruh Narnia akan digulingkan dan binasa dalam api dan air.
That boy, will die! Di atas meja batu..."  Seru Jadis sambil menunjuk Edmund  "atau.. Bisa di pertimbangan, suruhan ku pernah memberitahu ku bahwa penyihir kecil itu ada disini, di Narnia. Kalian bisa menukarkan dengan nya, aku akan dengan senang hati menerima Penyihir kecil itu."  Mataku mulai berkaca-kaca, Lee hendak berdiri dan merogoh sakunya untuk mengambil tongkat nya, namun aku mencegahnya.

"Cukup."  Ucap Aslan "kau akan bicara dengan ku saja." Sambungnya lalu masuk kedalam tenda, diikuti oleh Jadis.
Kami semua menunggu dengan waktu cukup lama, sampai dimana Jadis keluar dengan Aslan  "dia sudah mencabut tuntutannya atas darah Putra Adam."  Semua orang berseru, begitupun aku dan Lee, namun.. Aku merasakan ada yang aneh, seorang Jadis yang kejam langsung dengan berbaik hati mencabut hukum itu?

"Bagaimana aku tahu janjinu akan kau tepati?"  Ini dia, ternyata benar, ada yang tak beres, Aslan mengaum dengan kencang sehingga membuat Jadis terduduk, akhirnya Jadis balik kanan untuk pergi. Aku melihat Aslan yang menghela napas, ia tampak juga menatap ku dengan sendu.




















🚪
















Malamnya aku tak bisa tidur, aku terus memikirkan apa yang di bicarakan Aslan dan Jadis tadi siang, aku samar-samar melihat bayangan dua perempuan yang berjalan di luar, aku berpikir bahwa itu Susan dan Lucy, maksudku, di sini seorang perempuan hanya Aku, Susan dan Lucy. Tidak ada yang lain.

Aku berpikir untuk tidak terlalu memikirkan mereka, aku terus memikirkan Aslan. Saat mata kami bertemu, Ia terlihat sedih, dari matanya aku bisa merasakan ia menyampaikan sesuatu. Namun aku tak tahu apa itu, akhirnya aku bangun dari ranjang dan mengambil tongkat ku.

Aku masih penasaran dengan Meja Batu, aku ber-aparrate ke arah hutan. Gelap, sunyi, itu yang aku rasakan namun samar-samar aku mendengar teriakan-teriakan seseorang, aku menelusuri dari mana suara itu berasal, karena tak segera menemui dimana titik suara itu berasal aku memutuskan untuk langsung ber-aparrate ke dekat Meja Batu.

Aku muncul di semak-semak di dekat lokasi, aku terkejut ketika melihat Susan dan Lucy yang juga berada di sana, pun dengan mereka. Aku segera menutup mulut ku rapat-rapat ketika ingin menjerit.

"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?!" Bisikku  "kami juga akan menanyakan hal yang sama!" Jawab Susan, aku menyuruh mereka untuk diam dan mengamati apa yang di dilakukan orang-orang itu  "(name).. " Aku menoleh kearah Lucy  "itu.. Itu, itu Jadis dan Aslan." Ucap Lucy pada akhirnya.
"Apa?" Aku sedikit terkejut dan menajamkan pengelihatan ku, dan benar saja! Aslan terbaring dengan kondisi terikat dan sedang di cukur surai-surai nya.

Aku kembali menutup mulut ku rapat-rapat, mata ku mulai berkaca-kaca. Ini dia perasaan tak enak yang kurasakan tadi, Aslan, telah menggantikan Edmund dan aku.  "Bawakan dia kepada ku" Ucap Jadis, keadaan disana memang berisik tapi aku masih dapat mendengar ucapan Jadis, mereka membawa Aslan dengan cara menyeret tubuhnya.

Semua diam ketika Jadis mengangkat tangannya, perlahan terdengar suara ketukan tongkat ke tanah, ritual itu, akan segera di mulai.

Jadis berjongkok, "kau tahu Aslan.. Aku agak kecewa kepadamu. Kau pikir dengan semua ini kau bisa selamatkan manusia pengkhianat iti?"  Kami bertiga saling bertatapan "kau menyerahkan nyawanu kepadaku dan tak menyelamatkan siapa pun. Hanya itulah cinta"  Jadis kembali berdiri.

Jadis berpidato dengan sedikit berteriak  "malam ini, Deep Magic akan di tenangkan! Namun Besok, kita akan menguasai Narnia, Selamanya!"
Aku menggelengkan kepala ku  "no.. No.. Bukan akhir seperti ini yang aku inginkan.. "
Tahu begitu, benar biar aku saja yang menggantikan Edmund, Narnia bukanlah apa-apa jika tak ada Aslan.

"Dengan demikian, habislah Harapanmu" Jadis mengangkat tangannya yang ada pisau di genggamannya "and, Die!" 





*jleb!





"No! Aslan Noo!" Teriakku ketika Jadis menusukkan pisau di tangannya ke perut Aslan.





















_______________________________________________

Anyeong! Ngeheheheh, gimana? Ada yang penasaran sama chapter berikutnya ga? Yang scene perang ituu. Pasti penasaran ya? Gausah boong! Yakan? Yakan? YAKAN? Aww
Jadi malu deh, wkwkwk, udah.

Maaf kalo keliatan maksa, jokes yh fren, dahlah, see yaaaaa iiiin neeeext chapter!
Emmmmmmmwaaaaah! 💋💋💋💋

T H E   G R E A T   K I N G  ||  PETER PEVENSIE×ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang