PROLOG

213 14 4
                                    

Jakarta, 20 Juni 2017

"Kak Rangga, terima kasih, ya!" Sekelebat bayangan memenuhi setengah kesadaran lelaki yang beberapa kali terbentur setir itu. Tubuhnya tertahan oleh sabuk pengaman yang mengunci erat.

"Lily ...." Bibir lelaki itu bergetar, jemari tangannya terlepas dari tautan sang kekasih yang duduk di bangku penumpang.

Pecahan kaca berhamburan—menancap dan menggores wajah sepasang kekasih itu. Gaun putih yang menjadi lambang kesucian dan keabadian, telah ternoda anyir darah.

"Kak Rangga! Aku tunggu di gerbang, ya!" Sebuah senyuman terukir di wajah lelaki yang terjepit di bangku pengemudi. Memori bersama sang kekasih menjadi mimpi indah yang menyambut alam bawah sadarnya.

Mobil hitam yang mengalami kecelakaan itu berakhir jungkir balik, setelah sebelumnya terbang dan terguling.

"Kak." Suara lirih yang terdengar ringis membuat Rangga menoleh. Jemarinya yang mengalir darah segar mencoba meraih pipi wanitanya.

"Maaf!" Rangga tak mampu menangkup wajah perempuan yang berhasil mengusik hatinya 7 tahun ini. Ujung jemarinya meninggalkan jejak darah di wajah perempuan yang telah hilang kesadaran itu.

"Lily ...."

•••

31 Hari di Bulan JuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang