Bulan menggantung indah berteman taburan bintang, menjadi lentera di kegelapan malam. Seorang gadis tengah menatap langit terang dari jendela kamar—menyibak gorden perak penghalang dunia luar.
"Sayang, kok belum tidur?" Seorang wanita menepuk lembut bahu gadis tersebut. Tanpa teralihkan atensinya sedikit pun, gadis itu masih terfokus menatap benda langit bulat sempurna di atas sana.
"Ily ... seperti merindukan seseorang, Mi." Gadis dengan panggilan Ily itu menoleh—menatap manik indah milik maminya. Netra yang selalu memancarkan belas kasih.
Lita hanya tersenyum tipis, jemarinya mengelus lembut bekas luka di wajah Ily—putri kecilnya yang malang.
"Mi, Ily kenapa bisa dirawat?" Sudah berapa kali Lily bertanya perihal yang sama. Namun, Lita enggan menjawab, mengingat kesehatan putrinya belum cukup pulih. Tapi, sampai kapan ia harus menyembunyikan kenyataan ini?
Wanita yang memiliki paras cantik itu menarik napas dalam, bibirnya bergetar—mengeluarkan suara. Ia harus menggali ingatan Ily. Perlahan. Tanpa menyakiti.
"Kamu kecelakaan, Sayang. Kamu juga hilang ingatan. Mami ... Mami belum bisa menceritakannya. Maafkan Mami." Lita kembali terdiam, ia taktahu harus menjelaskan apa kepada putrinya itu. Pikirannya berkecamuk ke beberapa hari yang lalu.
"Dengan keluarga Nona Arkatama?"
"Iya, Dok! Bagaimana keadaan anak kami?"
"Benturan yang kuat di kepala anak Anda mengakibatkan cedera otak traumatis ringan atau yang disebut dengan gegar otak. Ini merupakan cedera sementara, tetapi dapat memerlukan waktu hingga beberapa bulan untuk pemulihan. Gegar otak menyebabkan anak Anda mengalami amnesia.
"Saya juga akan melakukan tes MRI jika kondisi pasien sudah stabil, karena tes ini lebih sensitif dan mendeteksi perubahan halus di otak yang mungkin terlewatkan oleh CT scan.
"Selain itu, saya juga akan melakukan tes neuropsikologis untuk mengukur fungsi otak. Tes ini melibatkan pelaksanaan tugas kognitif tertentu yang membantu menilai memori, konsentrasi, pemrosesan informasi, fungsi eksekutif, waktu reaksi, dan pemecahan masalah.
"Untuk mengetahui apakah anak Anda mengalami gangguan stres pasca trauma atau tidak, saya juga akan membuatkan janji dengan dokter psikiater."
"Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk anak kami!"
"Tentu saja. Itu sudah menjadi tugas kami!"
Lita menerawang jauh. Hingga panggilan dari Lily membuatnya tersentak.
"Mi?"
"Ah, maafkan Mami," ucapnya seraya menyelipkan beberapa helai anak rambut ke belakang telinga.
"Ily kecelakaan?" Lily menatap lekat—mencari jawaban.
"Itu ...."
"Ah! Kepala Ily sakit, Mi!" Lily hampir terjatuh, tangan kanannya menahan keseimbangan di jendela. Lita yang melihat itu langsung membopong putrinya ke kasur.
"Maafkan Mami. Mami akan panggilkan dokter." Sebelum Lita melangkah keluar, tangan kanannya dicekal lembut oleh Lily yang tengah berbaring.
"Mi, temani Ily saja. Ily hanya butuh istirahat."
"Tapi, Sayang."
"Ily baik-baik saja, Mi!" Mendengar perkataan Lily, Lita menghela napas. Kemudian, duduk menemani putri semata wayangnya itu.
"Besok hasil pemeriksaan kamu keluar. Mami harap, Ily baik-baik saja." Lita menggenggam kedua telapak tangan Lily. Merasakan hawa dingin yang menyelimuti anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Hari di Bulan Juli
Ficção AdolescenteKecelakaan yang dialami Rangga membuatnya harus menerima kenyataan, jika dirinya kemungkinan besar mengalami lumpuh permanen. Sang kekasih sekaligus tunangannya juga hilang ingatan semua kenangan tentang mereka. Mengetahui semua itu, dunia Rangga lu...