"Bahagia itu relatif" -About Destiny
💫💫💫
Kebahagiaan, hanya satu kata tapi setiap orang menginginkannya. Tidak sedikit orang yang bekerja keras hanya untuk mendapatkan yang namanya kebahagiaan, maka pantaslah mereka yang mendapatkan kebahagiaan itu merasa beruntung. Iya, itulah yang dialami gadis 18 tahun yang sedang merenung di dalam kamar, namanya Amara.
Amara Shaza Nabila, sama seperti namanya yang berarti cantik, maka orang yang menyandang nama tersebut juga memiliki paras yang cantik sekaligus imut. Amara, atau biasanya sering dipanggil Ara oleh keluarganya, adalah seorang gadis SMA kelas 3 yang merasa begitu beruntung atas kebahagiaan yang ia miliki. Berada di tengah-tengah keluarga yang berada, memiliki banyak sahabat, prestasi tinggi, dan paras yang cantik juga. Menjadikan ia gadis yang beruntung. Karena itulah, ia menjadi pribadi yang manja, keras kepala dan angkuh.
"Hari ini pengumuman hasil OSN, duh semoga aja menang, harusnya menang sih kan gue pinter!" Amara berucap di atas ranjang king sizenya sambil melihat laptopnya.
"Yeyyy! Tuh benerkan gue menang!" Katanya dengan sangat riang, langsung saja ia berlari turun ke lantai satu untuk memberitahu mamanya.
"Maaa!!"
"Apa sayang?" Sang mama yang bernama Anindita, yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga menyaut.
"Ara menang OSN lagi! Ara pinter kan ma?"
"Wihh, keren banget dong anak mama ini, salamat ya sayang. Pasti papa bangga diatas sana" Iya, papanya Amara sudah tiada 3 tahun lalu.
"Haha iya ya ma, btw kak Dino dimana?" Tidak melihat kakaknya, yang bernama Aldino, disekitarnya, ia bertanya.
"Masih kuliah katanya, kan mau lulus jadi ya lama"
"Oh gitu, okee"
"Ara mau apa sayang sebagai hadiah?" Sesaat Amara merasa beruntung lagi, karena ia kembali dimanja oleh mamanya.
"Ee tas Hermes maybe?? Sama Ara mau ke Surabaya Food Festival boleh gak ma?"
"Boleh banget dongg, ke festivalnya sama temen kamu?" Amara mengangguk, mamanya ini sellau mengerti dengannya.
Mendapat uang dari sang mama, Amara segera keluar untuk pergi ke festival di Surabaya.
💫💫💫
"Assalamualaikum ma" Seorang laki-laki jakung memasuki rumahnya, itu Aldino. Kakaknya Amara.
"Wa'alaikumusalam, hey Al kamu udah dateng sayang, sini masuk. " Segera ia duduk di sofa karena merasa lelah.
"Ara mana ma?" tanya Aldino setelah merasa lebih baik.
" Keluar, ke Festival Surabaya ituloh. Dia baru aja menang OSN"
"Cuma itu aja?"
"Ndak sih Al, dia minta tas sekolah baru, Hermes"
Aldino menggelengkan kepalanya, ia menghela napas lelah. "Ma, bisa nggak mama itu jangan terlalu manjain Ara? Dia itu udah gede!"
"Loh nggak papa Al, kamu ini kenapa seh"
"Terserah mama"
"Dia itu adik kamu loh Al, jangan gitu pok o!"
"Iya ma, Ara adeknya Al, adek nyebelin" Balasnya dengan gumaman di akhir kalimat.
"Gimana?" Aldino menggeleng, ia melenggang pergi untuk bebersih ke kamarnya, ia sungguh lelah hari ini. Ia memang kuliah, tapi tadi ia juga mengurusi perusahaan papanya yang sedang ada masalah.
💫💫💫
"hhh seru bangett, makasih loh Ara cantik udah traktir kita"
"Iyaaa, sans aja" Amara saat ini sedang berada di tengah keramaian Surabaya Food Festival. Bersama ketiga temannya, Karin, Sherly, dan Nayaka.
"Eh Ra, gue pengen itu tuh, boleh gasi? Tapi rame banget!" Temannya yang berambut pendek, Nayaka berucap manja.
"Oh itu, alah gampang kali, gue bisa terobos itu, tunggu aja sini"
💫💫💫
" Permisi, tolong minggir gue mau beli!" Amara berucap kencang sambil menerobos antrian. Karena tidak terima, ada beberapa orang yang menegurnya.
"Heh mbak, gak liat tu mata? Antre dongg!" salah satunya berucap dengan kesal.
"Wah ya gapapa dong, kan gue cantik terus kaya, kalian yang miskin harus ngalah!" Amara tidak sadar mengatakan itu, katakanlah ia reflek. Mendengar hujatan itu, para pembeli merasa marah.
"Heh kon iku ojo sok sugih ngono a!" Amara tidak menggubrisnya, ia tetap kekeuh di barisan depan. Namun, tiba-tiba ia ditarik paksa oleh seseorang untuk kebelakang.
"Ihh apaan sih lo! Lepas gak?!!" Ia berteriak marah. Seseorang yang menariknya tidak menggubris, hingga sampai kebelakang barisan baru ia melepasnya.
"Lo apa-apaan sih?"
"Menegakkan keadilan" Jawab orang itu, yang ternyata seorang cowok.
"Dih! konyol, jangan sok gitu lo, minggir gue mau beli ah" Amara ingin kembali ke barisan depan, namun lagi-lagi cowok asing itu mengehentikannya.
" Mbak, biasakan kalo ada yang antre ya ditunggu, jangan nerobos, ndak sopan!" sang cowok menegur dengan tegas tapi masih tersirat sebuah kelembutan.
"Ah elahh!" Kesal berontak, akhirnya Amara mengikuti arahan si cowok asing ini.
"Semoga enggak ketemu lagi!" Gumam Amara yang bisa didengar si cowok asing itu.
Lama menunggu, akhirnya Amara bisa membeli jajanan yang diingkan temannya itu. Setelahnya, ia kembali berkumpul dengan temannya.
"Itu tadi siapa ya Ra?" Karin bertanya penasaran.
"lha mboh ndak ngerti, ODGJ kabur kali." Jawab Amara malas.
"Eh btw gak kerasa ya kita usah mau lulus aja, tinggal 3 bulan lagi ujian akhir dong!" Sherly berucap iseng untuk membahas tahap akhir masa SMA mereka.
"Eh iya ya, gimana kalian persiapannya?" Karin bertanya sumringah.
"Gue udah pasti siap dong!" Amara menyahut dengan gayanya.
"Siap si paling pinter" komen Nayaka malas.
"Emang ahaha, becanda!" Amara berucap dengan sangat pd, dan temannya hanya menanggapi dengan tawa renyah. Kemudian mereka kembali melanjutkan kesenangan di malam festival Surabaya itu.
____________
Hallo, aku kembali lagi dengan cerita baru, maaf yang TES masih Hiatus.
Semoga suka ya, jangan lupa vote and comment🥰Amara Shaza Nabila
Note:
*kon iku ojo sok sugih ngono a = kamu itu jangan sok kaya
*lha mboh ndak ngerti = entah nggak tau
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destiny | Amara
Teen FictionTentang goresan takdir milik Amara. Gadis cantik yang memiliki sifat manja dan keras kepala yang seringkali dianggap beruntung oleh orang-orang. Iya, gadis beruntung yang memiliki beribu kebahagiaan. Namun, bagaimana jika tiba-tiba ia dihantam oleh...