"Gagal sekali itu wajar, yang gak wajar nyerah berkali-kali" -About Destiny
💫💫💫
Hari demi hari berlalu, sudah genap 6 hari sejak kejadian di cafe baru itu. Hubungan Amara dan temannya, Karin, tidak bisa dikatakan baik. Amara masih enggan berbicara dengan Karin, ia masih merasa kesal, apalagi Karin tidak menunjukkan usahanya agar ia tak marah, seperti minta maaf misalnya.
"Ayolah Ra, masa gini terus, udah lama lo kalian diem-dieman gini." Sherly berucap pada Amara dengan nada memohon. Sekarang ini mereka berada di kantin sekolah.
"Ya lo kira aja la Sher, si Karin enggak ada usaha minta maaf ke gue, padahal dia yang salah!" Amara menjawab dengan kesal.
"Ee ya emang sih, tapi coba lo ngalah gitu?"
"Ngalah? Nggak mau lah!"
"Ya tapi masa gini terus sih Ra?"
"Ya terus? Gue lebih kesel asal lo tau Sher, gue udah traktir dia eh malah dia bikin ulah, kan gue malu, apalagi sampai dikatain sama si cowok kampret tuh!" Amara berucap dengan napas memburu.
"Jangan gini lah ra, lo kan ba--" Perkataan Sherly terpotong oleh pengumuman dari sekolah.
"SELAMAT SIANG ANAK-ANAK. DIMOHON UNTUK KELAS 12 ELIGIBLE UNTUK MELIHAT INFORMASI APAKAH DITERIMA ATAU TIDAK DI PTN MELALUI WEB PENDAFTARAN. DAN UNTUK PENDAFTARAN SNBPTN DI LOKET, PENDAFTARAN MULAI DIBUKA HARI INI. TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA"
"Kok cepet ya tumbenan, udah sekarang diem lo sher. Mending lo liat hasilnya!" Amara berucap sambil mengecek ponselnya. Kemudian mereka fokus pada ponselnya masing-masing.
"Yahh gagal Ra, lo gimana?" Sherly berucap lemas, sedangkan Amara juga masih membisu.
"Lo gimana Nay??" Sherly bertanya kepada temannya yang lain, karena Amara masih terdiam.
"Gue keterima guys, di UNAIR" Nayaka berucap senang, kini giliran Amara yang menjadi pusat keduanya, karena sedari tadi tidak ada jawaban.
"Ra, lo gimana?" Sherly kembali bertanya.
"Shit! Kok gue bisa gagal sih?? Salah nih berarti?" Amara akhirnya membuka suaranya, yang tentunya kekesalan itu.
"Ha?" Sherly dan Nayaka saling berpandangan terkejut, jelas lah bagiamana bisa seorang Amara yang pararel satu gagal di jalur SNBP.
"L-lo gak salah baca kan ra?" Sherly bertanya gusar.
"Liat sendiri" Amara berkata datar sambil memberikan handphone-nya kepada Sherly.
Sherly menerima handphone dari Amara dan melihatnya seksama, berkali-kali juga ia baca dan ternyata memang benar menunjukkan jika Amara gagal ditahap ini.
"Sabar ya Ra, gue juga gagal kok, nanti kita daftar bareng-bareng utbk-nya" Sherly segera memberi semangat kepada Amara.
"Hahhh, gue duluan!" Amara bangkit dari kursinya dan meninggalkan kantin.
💫💫💫
"Kok bisa sih gue gagal, nilai gue kan stabil, kok bisa nggak keterima sih?!" Amara berkata pelan sembari ditemani hembusan angin, ia berada di rooftop sekolah saat ini.
"Akh sialan, gimana dong, aishh!"
"Gak bisa gini, ntar mama gak manjain gue lagi"
Setelah ia merasa tenang, Amara segera pergi meninggalkan rooftop dan menuju loket pendaftaran SNBT.
Selesai dengan urusan pendaftaran, Amara berniat untuk kembali ke kelasnya, namun ia tak sengaja berpapasan dengan Karin yang ternyata bercanda ria dengan seseorang yang telah singgah di hati Amara, sebut saja crushnya.
"Oh gini lo rin?? Haha" Tiba-tiba saja Amara berceletuk ringan, ia sebenarnya enggan bersapa dengan Karin namun melihat Karin berjalan dengan crushnya, Ardega, ia merasa geram apalagi Karin sudah mengetahui jika itu crushnya.
"O-oh hai Ra" Karin membalas kikuk.
"Lo? Udah berbuat salah bukannya minta maaf malah cipika cipiki sama Ardega!"
Enggan untuk membalas dengan keras, Karin mendekati Amara guna berbisik kepadanya.
"Minta maaf ya? Gue rasa gak perlu, gue udah gak butuh lo lagi, bokap gue naik pangkat otomatis gajinya gedhe dan gue gak butuh lo lagi buat manfaatin kekayaan lo!" Karin menyeringai jahat, sedangkan Amara terkejut.
"Bangsat!" Desis Amara marah.
"Udah ya, bye Amara" Merasa puas menyulut amarah dari sahabatnya, eh salah maksudnya mantan sahabatnya, Karin pergi dengan menggandeng mesra Ardega.
"Sialan!"
Dengan tergesa, Amara segera pergi menuju kelasnya. Kepalanya serasa mendidih.💫💫💫
"Ara pulang"
"Eh sayang sudah pulang, gimana? Mama denger hasil SNBP udah keluar ya? Gimana?" Belum saja masuk, Amara sudah diberondong pertanyaan oleh mamanya.
"Ee--anu ma, A-ara gagal" Jawabnya lemas.
"Gagal?!" Tanpa sadar sang mama meninggikan suaranya, kemudian tak berselang lama suaranya kembali normal.
"ekhem, yaudah gapapa sayang, kamu udah daftar utbk kan?" Amara hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Araa, tunggu di tempat biasa ya sayang, mama mau nasehatin kamu" Anin kembali berkata dengan senyum menenangkan, bagi yang melihatnya.
"Iya ma, Ara pamit ya" setelahnya Amara segera naik ke atas untuk ke kamarnya terlebih dahulu untuk berganti baju.
Dengan berjalan gontai Amara mulai menaiki satu persatu anak tangga. Setelah sampai di depan sebuah pintu yang bertuliskan 'Princess' itu ia membukanya dengan sedikit kasar. Amarahnya ternyata sudah tak terbendung, apalagi mengingat semua kejadian yang terjadi di sekolahnya.
"Akhhhh! Gak gak bisa gini, kebahagiaan gue itu udah mutlak, gue gak mau gagal gini yang buat gue menderita!"
Menghela napas lelah ia segera berganti baju dan bergegas untuk mengikuti mamanya, yah seperti kata mamanya tadi untuk 'menasehati' nya.
"Ma"
"Masuk ra"
Tanpa menunggu lama, Amara segera masuk dengan tangan sedikit bergetar.
"Tau kan kenapa mama suruh kesini?" Anin bertanya lembut.
"Iya tau ma, untuk nasehatin A-Amara" balas Amara dengan menunduk.
💫💫💫
Selesai dengan urusan sang mama, Amara segera berjalan pelan menuju kamarnya. Kepalanya pusing, sangat pusing, ia ingin segera tidur tapi ia masih harus belajar untuk UTBK.
"Oke ra, kita maraton buat utbk!" Mungkin ketika mengalami mental down setiap orang akan melakukan istirahat, tapi tidak dengan Amara. Ia gadis yang ambisius dan keras kepala, apapun demi kebahagiaannya akan ia lakukan tidak perduli mental dan fisiknya. Ia benar-benar tidak menginginkan kebahagiaannya sirna, padahal sudah semestinya setiap masa itu berubah, terkadang dilingkupi kebahagiaan dan terkadang penderitaan juga kesedihan.
Sebagaimana roda berputar, begitulah takdir. Ada kalanya seseorang berada di atas kebahagiaan dan ada kalanya seseorang berada di bawah penderitaan. Namun ternyata bukannya lupa, Amara justru tidak ingin mengakui adanya roda takdir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destiny | Amara
Teen FictionTentang goresan takdir milik Amara. Gadis cantik yang memiliki sifat manja dan keras kepala yang seringkali dianggap beruntung oleh orang-orang. Iya, gadis beruntung yang memiliki beribu kebahagiaan. Namun, bagaimana jika tiba-tiba ia dihantam oleh...