2. Perayaan ujian akhir

10 2 0
                                    

"Bercanda boleh, tapi tahu tempat dan tahu situasi, jangan asal nyeplos aja!"-About Destiny

💫💫💫

Tidak terasa 3 bulan berlalu. Tinggal menunggu hitungan minggu, Amara akan segera lulus dari SMA. Hari ini, ia dan tentunya seluruh siswa si SMA Ksatria Cendikia melaksanakan ujian akhir. Semua siswa dengan sangat serius mengerjakan setiap untaian kata yang membentuk pertanyaan mematikan itu. Berbeda dengan kebanyakan siswa, entah mengapa Amara merasa sangat santai.

"Santai aja ra, lo kan pasti bagus nilainya!" Ia mensigesti dirinya, meskipun ia sendiri juga merasa kesulitan.

"Duh kok ya lumayan sulit ya, dah yang penting jawab, pasti bener." Lagi, ia dengan pdnya mengatakan hal itu, tanpa memikirkan jangka panjangnya bahwa bisa saja semua ekspektasinya tidak sesuai dengan hasilnya.

Menit demi menit berlalu, hingga tak sadar waktu untuk mengerjakan sudah habis. Tak sedikit siswa yang mengeluh belum selesai mengerjakan dan ada juga yang sangat santai seolah tidak merasa sulit mengerjakan soal mematikan itu. Seperti Amara misalnya, ia dengan santai keluar dari kelas setelah pamit dengan guru pengawasnya. Ia segera pulang, karena sang kakak, Aldino menjemputnya.

"Hai kak Dinoo!" Sapanya riang, sedangkan cowok yang dipanggil Dino hanya berdehem singkat. Kakaknya ini entah mengapa selalu dingin padanya, sejak Amara kecil namun diperparah saat papanya meninggal.

"Kakk, mampir mall yuk, mau shopping." Amara memulai percakapan di mobil, setelah beberapa saat hening.

"Gak, kakak sibuk. Lagian lo itu ya udah gede ra, hemat dikit lah!" Aldino menegur sambil menggelengkan kepalanya.

"Loh kenapa sih kak?? Kan kita kaya harus dimanfaatin dong!"

"Bisa gasih lo itu gausah sok? Kekayaan, kebahagiaan, jangan lupa itu bukan punya lo doang!" Amara terkejut mendengar penuturan Aldino, ia sedikit kesal.

"Apa sih kak?? Kok kak Dino jadi gini?"

"Menurut lo aja sih!" Amara tidak menjawab, ia kesal sekaligus heran. Kakaknya kenapa sensi sekali akhir-akhir ini.

Lama dalam keadaan hening diperjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah. Amara yang kesal, langsung membuka pintu mobil dan masuk kerumah.

"Mamaaa!"

"Gak tau diri, untung gue masih sabar" Aldino bergumam kesal, tak lama kemudian ia menyusul masuk ke dalam rumah.

💫💫💫

Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Artinya ujian akhir juga telah selesai, namun keresahan mereka belum selesai, karena masih ada SNBP dan SNBT yang menunggu. Untuk merayakan telah selesai ujian akhir, Amara dan ketiga temannya pergi untuk makan disebuah cafe yang katanya baru buka outlet di Surabaya.

"Duh makasih loh Amara paling best!" Pujian itu kembali terlontar dari temannya Amara, Sherly. Amara yang dipuji pun langsung merasa bahagia.

"Sans aja dong bestiee, yuk pilih! Kan kita lagi ngerayain selesainya ujian akhir." Amara berucap girang, kemudian mereka segera menuju kasir untuk memesan.

"Mbak, mau pesen ini sama ini." Amara mulai memesan menu yang ia inginkan, diikuti oleh ketiga temannya.

"Baik, ditunggu ya mbak!"

Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka mencari tempat duduk dan mulai membahas hal-hal lain.

"Eh lo pada mau kuliah dimana?" Karin mulai bertanya.

"Gue sih maunya ITB, tapi ya gatau" Sherly menanggapi santai.

"Gue gak boleh jauh-jauh, jadi mungkin di UNAIR kalo gak UNESA." Nayaka menyahut juga.

"Gue gatau, UGM mungkin" Kali ini giliran Amara yang menyahut. "Lo sendiri rin?"

"Gue....diluar negeri mungkin"

"Wihh keren" Nayaka berucap antusias.

"Gak kerasa banget ya, eh udah nanti jadi mellow. Eh btw tau gak si Hendra?" Karin lagi-lagi memulai obrolan mereka, ketiga temannya mengangguk.

"Dia itu katanya--"

"Permisi pesanan datang" Perkataan Karin terpotong oleh kedatangan waiters yang membawakan makanan.

"Makasih"

Kemudian, waiters itu kembali untuk mengambil pesanan minuman. Namun, saat akan dekat dengan meja Amara, waiters itu tersandung kaki seseorang. Sehingga, membuat minuman yang ada di nampannya jatuh mengenai baju mereka, terutama Amara. Dengan panik, waiters itu segera meminta maaf.

"Astagfirullah, m-ma-maaf mbak, s-saya enggak sengaja."

"What the--?? Apa yang lo lakuin?? Dasar, udahlah pelayan gak becus lagii!" Amara berucap marah, aura anggunnya seketika menguap.

"M-maaf mbak"

"Lo? Minta maaf gak akan bisa ganti baju branded gue, dasar!" Suaranya yang lantang menarik perhatian pengunjung yang lain. Tak ada yang ingin ikut campur, entah mengapa.

"Mana atasan lo ha??" Waiters itu hanya berdiri gemetar. Tak lama kemudian, seorang cowok menghampiri mereka.

"Kenapa ini?"

"Siapa lo? Ini pelayan gak becus udah numpahin minuman di baju gue, gausah ikut campur!"

"M-maaf pa-"

"Diam, mbak gak salah. Kamu, dengar ya saya lihat dengan mata kepala saya sendiri jika waiters ini tidak sengaja, tapi teman kamu itu yang sengaja membuat waiters tersandung!" Ucap cowok tadi sambil menunjuk Karin dengan dagunya. Cowok dengan kemeja hitam dan celana cream itu berucap dengan tegas.

Karin yang ditunjuk pun merasa panik dan ingin membela diri. "Ap-apaan sih lo? Jangan nuduh sembarangan ya!"

"Sembarangan ya? Perlu Lihat cctv?" Smirknya yang otomatis memebuat Karin kicep begitu saja.

"Kamu boleh pergi mbak" Cowok asing itu berucap lembut kepada waiters tadi.

"B-baik pak, mohon maaf atas kesalahan saya, permisi"

"Dan kamu! Tch kamu lagi. Jangan menuduh dan merendahkan orang lain apalagi kamu tidak tahu kebenarannya, saya enggak perduli status kamu apa tapi saya harus menegur ketidak sopanan kamu disini, di cafe saya. Jangan seenaknya, karena tidak ada yang tau kedepannya. Bisa saja bukan kamu menempati posisi waiters itu?" Setelah berucap demikian, cowok asing itu segera pergi meninggalkan meja Amara.

"Akhh sialan! Karin lo---tch bener-bener! Gue cabut!" Karena saking kesalnya, Amara langsung pergi begitu saja tanpa makan sesuappun hidangan yang ia pesan.

"Ra tunggu!" Teriakan Nayaka tidak digubris sama sekali oleh Amara.

"Tch! Lo sih Rin, malah buat masalah!" Sherly berucap kesal. Sedangkan Karin terlihat sedikit was-was.

"Salah jokes gue."


About Destiny | AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang