12. Berteman

9 2 0
                                    

Happy Reading💫
.
.
.
.
.
.
.

Seorang gadis terlihat tengah berjalan dengan menghentakkan kakinya, siapa kagi kalau bukan Amara. Ia berjalan dengan raut wajah kesal menuju ke kelasnya.

"Sialan Ardega!" Sampai di kelasnya ia segera membanting tubuhnya di kursi yang tersedia.

"Istighfar ra" Karena terlalu kesal, Amara sampai tidak menyadari ada seseorang di sampingnya yang ternyata adalah Devy.

"Ah lo lagi!" Amara berucap kesal, mukanya memerah menahan amarah.

"Emang di sini kan tempat dudukku? Kamu kenapa?" Devy masih bersikap sangat lembut.

"Tch! Ngapain sih lo di sini, dan ngapain juga lo sekelas sama gue cih!" Siapapun yang mendengar dan melihat raut wajah Amara pasti akan langsung sakit hati. Amara terlihat menolak Devy mentah mentah untuk menjadi temannya.

"Ya udah takdir ra, tenang, tenangkan diri kamu jangan marah lah!" Dan Devy masih dengan sabar menanggapinya, ia seperti tidak merasa sakit hati.

"Kenapa sih lo?"

"Ha? Aku kenapa?" Devy bertanya heran.

"Kenapa lo gak sakit hati dan ngejauhin gue gitu? Padahal udah gue tolak!"

"Ya Allah, kan aku pengen nyambung silaturahmi sama kamu ra, jadi ya ini usaha aku"

"Tch!" Tak menanggapi lagi, Amara segera memalingkan wajahnya. Tak lama, ada beberapa gadis yang menghampirinya.

"Hai Amaraa" Sapa mereka ringan, sedangkan Amara menoleh pelan. Dih sok kenal!

"Apa?"

"Kita mau kenalan dan temenan sama kamu, boleh?" Amara hanya mengangguk malas. Kejadian ini persis seperti ia pertama kali masuk sekolah SMA, semua ingin berteman dengannya, tapi tidak tulus. Baginya yang tulus hanya ketiga ah tidak kedua sahabatnya saja, Sherly dan Nayaka.

"Tentu!" Jawabnya pelan sembari tersenyum tipis.

"Kenalin, gue Vara"

"Amara"

"Aku Devy" Mereka juga mengajak Devy berkenalan ternyata.

"Gue Syahna"

"Iya, gue Amara"

"Devy"

"Lila"

"Amara"

"Devy"

"Wahh senang berkenalan sama lo, yaudah kami duduk dulu ya" Amara mengangguk pelan, sedangkan Devy terlihat sedikit kesal.

"Amara! Kenapa kamu bisa menerima mereka sedangkan aku enggak?" Amara hanya melirik singkat tak berniat menjawab.

"Apa karena aku berjilbab? Atau karena aku anak beasiswa?"

"Salah satunya maybe, tapi lo lihat dong, gue ikhlas gak nerima mereka?" Jawab sekaligus tanya Amara dengan suara pelan.

"Jahat ih, jilbab tuh wajib kamu kan juga muslim"

"Tch gue tau, dan gausah dibahas, gue tanya keliatan ikhlas gak mata gue?" Amara bertanya memaksa.

Devy menggeleng, "Enggak kayaknya"

"Nah itu tau"

"Berarti kamu nerima aku kan?"

"Tch! Ngeyel banget lo" Amara segera menaruh kepalanya di mejanya, ia mengabaikan Devy yang terlihat lesu.

"Sulit banget dah, ah masa perkara hijab sama beasiswa jadi penghalang sih!" Gumam Devy pelan.

About Destiny | AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang