9. Maba

7 2 0
                                    

"Mau tanya, kalo pengen dimanja itu harus pinter ya?" -Amara

💫💫💫


Cahaya hangat khas matahari pagi kini sudah menyinari bumi, namun hangatnya entah mengapa tidak bisa menghilangkan rasa dingin yang tiba-tiba menyerbak menusuk kulit di pagi ini. Hal yang tentu saja membuat semua orang ingin bersembunyi di balik selimutnya, termasuk Amara. Namun sebuah alarm yang entah sudah berbunyi berapa kali menganggu aktivitasnya.

"Ahhh, dingin banget! Tapi gue kudu kuliah"
Akhirnya setelah mengumpulkan niat, Amara beranjak untuk mandi dan menyiapkan diri. Hari ini adalah hari pertama ia menjadi mahasiswa, oh belum resmi ya jadi hari pertama ia menjadi maba.

"Hari pertama pake seragam khas sekolah, hh ya opo seh padahal pen langsung pake baju bebas"

Setelah selesai bersiap-siap, Amara kemudian segera keluar apartemennya. Ia hanya perlu berjalan kaki sekitar 100 meter, karena jarak apartemennya dan kampusnya tidak terlalu jauh.

"Waduh! Gue gak kenal siapa-siapa nih" Gumam Amara setelah sampai di area yang ditentukan oleh kakak panitia. Agenda hari ini adalah upacara dan pembentukan kelompok untuk tour kampus.

Isi dari upacaranya tentu saja sambutan dari direktur serta informasi lain untuk para maba. Setelah upacara selesai, acara diambil oleh anggota BEM untuk membentuk kelompok.

"Ekhem! Baik, selamat pagi adik-adik! Masih semangat ya? Jadi untuk agenda selanjutnya adalah pembentukan kelompok dengan cara berhitung. Pasti sudah nggak asing ya?" Sang ketua BEM memberi arahan kepada para maba.

"IYAA!"

"Baik, langsung saja, setelah berhitung nanti kalian mendatangi kakak panitia yang sudah membawa nomor, dan nomornya sesuai dengan nomor kelompok kalian. Dari sini bisa dipahami?"

"BISAA!"

"Baik langsung yaa!"

Setelahnya semua maba segera berhitung dari 1-30, masing-masing kelompok berisi sekitar 10 orang. Amara sendiri ia mendapat kelompok 15, segera saja ia mendatangi seorang kakak panitia yang membawa nomor 15. Ternyata seorang cewek yang terlihat sangat centil di mata Amara. Dan tanpa Amara duga juga, ia sekelompok dengan Ardega.

"Tenyata beneran nekat dia!" Gumam Amara.

"Ehh Amaraa, ketemu lagi ya? Gak salah emang jodoh kita" Belum apa-apa, Ardega sudah menganggunya.

"Tch! Lo lagi!"

"Jodoh raa" Amara tidak menggubrisnya sama sekali.

"Baik adik-adik, abis ini kita tour kampus yaa, semangat!!" Ujar kakak panitia kelompok 15 dengan suara dibuat-buat.

"Centil amat tu suara" Ujar Amara tanpa sadar, dan ternyata panitia itu mendengarnya.

"Eh mulutnya ya dekk!"

"Makanya kak, jangan centil amat tuh suara!"

"Hehh lo tuh!"

"Dih ngegas!"

"Eh maba ja---" Ucapan panitia itu terhenti karena ditegur oleh ketua BEM.

"Kenapa ribut? Ayo segera, ini bukan TK ya kudu nungguin kalian adu mulut sampai nangis!"

Setelahnya kelompoknya Amara baru bergabung dengan yang lainnya.

💫💫💫

Setelah seharian menjadi maba, kini Amara tengah mengeluh di sebuah taman di dekat fakultasnya.

"Huhh, capek gila, mana panas, padahal tadi pagi dingin banget." Ujarnya sambil menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

About Destiny | AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang