Happy reading💫
.
.
.
.
.
."
Oi Raa!" Suara seseorang yang sangat Amara kenal berhasil mengalihkan atensi ketiganya.
"Lo lagi," gumam Amara malas.
"Gue gabung ya?" Seorang tadi yang ternyata Ardega bertanya dengan nada memaksa kepada Amara. Di samping itu, kedatangannya ternyata menambah teriakan penghuni cafetaria.
"Gausah ngapain sih, lo pergi kenapa sih Ga!"
"Eits gamau, gue mau sama pacar gue yang cantik ini," Ardega berceletuk, sembari langsung duduk di samping Abyaz.
"Ihh lo tuh dibilangin ngeyel kenapa sih?!" Amara kesal dibuatnya.
Sedangkan dua orang yang hanya diam saja sedari tadi akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Pacar kamu Ra?" Devy bertanya mewakili Abyaz yang juga penasaran, sedangkan yang ditanyai kesal tak terbantahkan.
"Gak! Mulut lo Ga! Bisa diem gak, di samping lo ada pacar gue itu!" Karena terlanjur kesal Amara mengucapkan kalimat yang tak terduga. Langsung saja Ardega menoleh ke samping di mana Abyaz berada. Sedangkan Abyaz sendiri terkejut.
Meskipun tidak mendengar apa yang keempatnya bicarakan hampir semua pasang mata di cafetaria fokus ke bangku mereka, bagaimana tidak Abyaz seorang bintang tamu dan Ardega maba popular menjadi satu.
Mengabaikan semua pasang mata, keempatnya masih fokus.
"Lo? Pacarnya Amara?" Ardega bertanya sinis.
"Saya? Enggak," jawab Abyaz santai sedangkan Amara melototkan matanya garang.
"Wah aman berarti, kenalin gue Ardega pacarnya Amara" Sembari mengulurkan tangannya Ardega berucap santai.
"Oh ya? Saya Abyaz" Dengan senang hati Abyaz membalas uluran tangan Ardega.
"Wtf? Ga! Apaan sih lo?! Tch gausah nyebar yang enggak-enggak deh!" Amara menyahut ketus.
"Abyaz gausah percaya deh! Ardega tuh ngada-ngada," lanjutnya.
"Iya belom ra, mau kan? Otw pacaran" Ardega menyahut dengan senyum manis.
"Tch hish apaan sih lo ga?! Ganggu makan gue aja, gue udahan gak mood!" Tanpa diduga Amara meninggalkan cafetaria dengan sedikit hentakan kecil.
"Eh ra! Raa!" Amara tidak menggubris teriakan Ardega, ia terus saja berjalan menjauhi cafetaria.
Sedangkan di bangku, Devy juga segera menyelesaikan makanannya dan menyusul Amara. Meskipun ia ditolak pertemanan oleh Amara itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mengajak Amara berteman. Karena menurutnya ia dan Amara sama-sama tidak punya kenalan jadi harus bersatu.
"Ee saya duluan yah, Assalamualaikum!" salam Devy yang hanya dijawab oleh Abyaz.
Setelahnya tidak ada percakapan lagi, namun hanya sesaat. Ketika Ardega akan pergi Abyaz mencekal tangannya.
"Apa? Lepasin, lo homo ya?!" Ardega berceletuk sembari memasang wajah geli.
"Astagfirullah, kamu ini ya, saya cuma mau bilang, jangan bilang kaya tadi, kasian Amara kayaknya ndak nyaman," Abyaz berbicara pelan setelah melepaskan cekalannya.
"Tch lo tau apa? Gue itu suka Amara, jadi ya terserah lah!" Ardega menjawab kesal.
"Kalo suka diperjuangkan yang bener jangan buat dia kesel kaya gitu, nggak lihat mukanya tertekan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destiny | Amara
Teen FictionTentang goresan takdir milik Amara. Gadis cantik yang memiliki sifat manja dan keras kepala yang seringkali dianggap beruntung oleh orang-orang. Iya, gadis beruntung yang memiliki beribu kebahagiaan. Namun, bagaimana jika tiba-tiba ia dihantam oleh...