2. Which Way Do You Like It?

2.1K 118 6
                                    

Dia datang kepadaku selangkah demi selangkah, matanya mengunci mataku, dan bahasa tubuhnya membuatku tak dapat bergerak, tak dapat berkutik dengan punggung yang menempel erat pada dinding bagaikan pigura tua. Napasku terengah, ada sesuatu yang berbahaya yang belum kuketahui tentang dirinya.

Begitu dia tiba tepat di depanku, tanpa ragu dia mengikis jarak yang tersisa di antara kami sehingga tubuhku terhimpit di antara tembok yang dingin dan tubuhnya yang tinggi dan perkasa. Matanya menjelajahi wajahku seakan dia ingin merekam semua itu di dalam ingatannya, kemudian mata itu berhenti pada bibirku yang setengah terbuka demi mengais udara yang dicuri olehnya. Tangannya terulur dan ibunya jarinya menyapu bibirku dengan tekanan yang membuatnya merasa kebas. Wajahnya mendekat ragu-ragu hingga dahi kami bertemu, nafasnya yang berat dan panas berhembus menerpa wajahku saat dia memasukkan ibu jarinya ke dalam mulutku perlahan-lahan.

Aku menghisapnya sambil menatap ke dalam mata gelapnya yang menyala. God, cara dia menatapku itu sangat seksi. Dia menatapku seakan aku satu-satunya wanita yang dia inginkan dan dia sudah memendam keinginan itu sejak lama, aku akan mengira kalau dia diam-diam mencintaiku jika aku mengenalnya selama sepuluh tahun, tapi tidak, kami baru saja bertemu beberapa menit yang lalu.

Tubuhnya semakin mendesak tubuhku pada dinding. Aku dapat merasakan sesuatu yang besar dan keras menonjol di balik celananya dan menekan perutku. Dia menarik ibu jarinya dari mulutku dan merasa gelisah tak sabar menanti bibirnya datang kepadaku.

"Which way do you like it?"

Tanganku terulur ke bawah, mulutnya mengencang ketika telapak tanganku mengusap tonjolan besar di balik celananya. Aku bukan maniak, tapi aku suka ketika seorang pria mendominasiku, menunjukkan pemujaan dan kebutuhan yang begitu besar terhadapku, dan menginginkanku, jadi aku menjawab, "Your way"

Jemarinya mencengkeram batang leherku dengan lembut, menarik bibirku untuk datang kepada bibirnya kemudian dia menciumku dengan sangat liar dan rakus. Dia terasa seperti dosa dan keselamatan, hadiah mengerikan langsung dari api neraka, tapi bibirnya, bibirnya yang sempurna membuatku merasa dalam wujud yang paling murni, seperti malaikat.

Aku mabuk. Sambil mencengkeram pakaiannya aku membelas ciumannya tapi aku tidak dapat mengimbangi ciuman itu, dia terlalu haus dan lapar, liat dan serakah. Dalam beberapa detik bibirku sudah terasa kebas oleh lumatannya dan tulang kakiku pun terasa lunak. Dia mungkin menyadari aku tidak lagi mampu berdiri di atas betisku sendiri, oleh karena itu dia menyelipkan salah satu pahanya di antara sepasang tungkaiku, dia mengangkat tubuhku dan membiarkanku duduk di atas pahanya yang kuat.

Aku bernapas dengan ciuman yang memabukkan itu, dengan lumatan yang menyesapku dan lidah yang menjelajahi roangga mulutku. Aku basah, tak pernah sebasah ini untuk seorang lelaki sebelumnya. Di atas pahanya pinggulku bergerak ragu-ragu dan dia menyadarinya sehingga dia segera membawaku ke ranjang dan mulai menelanjangiku dengan cekatan, tapi tak sedikitpun bibirnya meninggalkan bibirku, dia masih menciumku bahkan semakin menggebu-gebu.

Aku melakukan hal yang sama kepadanya, aku membantunya menanggalkan pakaian yang melekat pada tubuhnya yang sempurna. Tapi begitu aku berhasil menanggalkan atasannya, dia menarik diri dariku dan berdiri sambil melepaskan celananya sendiri sementara aku berbaring sambil menyaksikan pemandagan indah itu, menyaksikan seorang pria seksi menelanjangi tubuhnya untukku.

Kuteguk ludahku dengan kasar begitu celana itu merosot jatuh dari pinggulnya. Gejolak membakar perutku begitu aku melihat keperkasaannya yang berdiri sekuat dan sekeras batu. Dia kembali mendekat lalu menindihku, dalam satu kali sentakan dia menyingkirkan kain terakhir dari tubuhku, dia lalu membuang panties-ku ke sembarang arah.

"Don't be afraid of me beautifull, I don't want to hurt you"

Aku berusaha untuk tidak takut padanya, tapi ukurannya berhasil mengintimidasiku jauh lebih buruk daripada tatapannya yang setajam busur panah. Dia menuruni tubuhku perlahan-lahan, menjejaki setiap anggota badan yang dia lewati dengan ciuman. Jantungku berdebar kencang ketika wajahnya tiba di antara kedua pahaku, hembusan napasnya yang hangat menerpa daerah intimku, dia menatapku sejenak sebelum melahapku dengan rakus di bawah sana.

My Wild Young Lover (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang