5. Pengagum Rahasia

1.3K 135 7
                                    

"You fuck Alicia's brother, are you fucking kidding me?"

Aku menghembuskan napas gusar menghadapi situasi ini, “I didn't know he was Braden Wentworth, terakhir kali aku melihatnya itu sudah lama sekali, dia dia masih setinggi dadaku"

Ray mengangguk-anggukan kepalanya paham akan situasiku yang terjebak. Aku sialan sama sekali tidak mengira kalau lelaki yang kutemui di bar malam itu adalah adik Alicia, jika aku mengenalinya sedikit saja aku pasti tidak akan pergi ke apartemennya.

"Is he hot?" tanya Ray, penasraan.

Aku mencebik sebal, tapi kemudian mengangguk, "Yeah, he is"

Melalui bahuku mata Ray menatap lapar sesuatu yang ada di belakangku, seperti kucing yang sedang melihat ikan. "Apakah dia lebih hot daripada pria yang berdiri belakangmu dan sedang memperhatikan kita saat ini?"

Aku mengerutkan dahi lalu berbalik untuk melihat langsung siapa pria yang Ray maksud, dan aku benar-benar terkejut dan panik saat mataku kembali bertabrakan dengan mata gelap itu, Braden Wentworth ada di sini! Pesta belum dimulai bahkan kursi-kursi masih di susun, tapi apa yang Braden lakukan di sini? Aku harap dia tidak datang khusus untuk bertemu denganku.

Akan tetapi, kepanikanku bertambah begitu aku melihat Braden melangkah menuju ke arah kami. Aku memikirkan sebuah cara untuk menghindarinya, hingga tiba-tiba saja jalan keluar instan terlintas di kepalaku. Mencengkram kemeja Ray, aku menatap lelaki itu serius dan berkata, "Ray, listen to me! Be straight, okay? You are straight!"

Ray yang kebingungan ikut menjadi gelagapan, "What?"

"Hai, Maya" sapa Brad dengan ramab tapi aku bisa melihat kekesalan di wajahnya.

"Brad" sapaku balik, "Kenalkan dia  Raymond Denzel pacarku. Dan Ray, dia Braden Wentworth, adik dari pengantin wanita kita" Ray yang masih bingung dengan drama yang baru saja aku ciptakan menatapku heran, sementara Braden tampak enggan untuk menjabat tangan atau sekedar menyapanya.

"Bagaimana kabarmu Brad, sudah lama sekali kita tidak bertemu, aku bahkan sempat tidak mengenalimu"

Rahang Braden mengencang, dia sama sekali tidak tertarik dengan basa-basiku. "Maya aku datang untuk bicara denganmu tentang malam it—"

"Oh Brad, sayang sekali aku sedang memiliki banyak pekerjaan saat ini, bisakah kita bicara di lain waktu?"

"Tapi Maya—"

"Atau jika kau ingin bicara, kita bisa membicarakan di sini. Ray pasti tidak keberatan, benar 'kan sayang?"

Kedua alis Brad terangkat naik menatapku, mata itu kemudian tertuju kepada Ray, "Oh, benarkah? Jadi dia tidak keberatan mendengar bahwa beberapa malam yang lalu pacarnya tidur denganku?"

Aku terbebelak. Nafasku tertahan di tenggorokan sementara Ray yang berada di sisiku membeku, tentu saja kami tidak percaya Brad akan blak-blakan mengungkapkan hal itu sehingga aku dengan wajah yang merah padam menahan rasa malu lantas terkekeh pelan untuk menutupi kegugupanku, "Lelucon yang bagus Brad, aku peringatkan jangan melemparkan lelucon seperti itu lagi di depan Ray, dia bisa terkena serangan jantung" aku menyikut Ray agar dia ikut tertawa bersamaku.

Brad mendengus, "Terserah apa katamu Maya, tapi pacarmu tahu aku tidak sedang bercanda" ucapnya sembari berpaling dan menjauh dari kami.

Ray yang sejak tadi aku perintahkan untuk tertawa, baru tergelak begitu Braden Wentworth meninggalkan gedung pernikahan kakaknya. Sambil melepaskan tangan lelaki itu aku mengumpat pelan tak mampu menutupi betapa malunya diriku. Aku ingin berubah menjadi patung saat Brad membongkar kalau kami pernah tidur bersama.

"Diam, Ray!" cetusku kepada Ray yang tidak pernah berhenti tertawa, tapi tawa Ray justru kian menggelagar sehingga mencuri perhatian tim yang sedang bekerja. Dengan muka yang tebal aku meninggalkan lelaki itu sendirian di tengah-tengah aula untuk mengerjakan apapun yang bisa kukerjakan demi melupakan kejadian memalukan yang baru saja aku alami. Sialan! Braden Wentworth sialan!

Pesta dimulai di sore hari. Aku merasa senang mendapati sahabatku puas dengan semua yang kami siapkan untuknya. Alicia dan suaminya benar-benar berbahagia di hari spesial mereka dan aku tidak punya alasan untuk merasa kecewa, selain kenyataan bahwa aku telah tidur dengan adik Alicia dan lelaki muda itu tak letih-letihnya mengawasiku sejak dia kembali ke gedung ini bersama keluarga besarnya. Oh!

Aku harap Braden tidak mengatakan apapun tentang malam itu kepada kakaknya. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika Alicia tahu kalau aku telah tidur bersama adiknya. Dia mungkin akan marah atau merasa jijik kepadaku, sebab aku juga merasakan hal yang sama, aku merasa malu kepada diriku sendiri yang telah tanpa sengaja melakukan hubungan badan bersama Brad yang dulu sudah aku anggap seperti adikku sendiri.

Hembusan napas gusar meluncur dari bibirku. seberapa keras usahaku untuk melupakan malam itu dan mencoba berbaur dengan teman-temanku, aku tetap tidak berhasil sebab Brad terus memperhatikanmu, matanya menelanjangiku seperti beberapa malam yang lalu.

Alicia menarikku untuk menari bersamanya ketika aku hendak meraih ke sekian gelas tequilla. Aku menari dengan kaku sambil sesekali melirik ke arah Brad yang masih duduk bersama ayahnya.

Aku mendekatkan telingaku kepada Alicia karena musik yang keras membuatku kesulitan mendengarnya, "Kau mengatakan seusatu?" tanyaku, berteriak.

Dia mengulang apa yang sebelumnya dia katakan, "Brad. Aku pikir dia terus memperhatikannmu!"

Oh, tidak.

Aku memasang senyum palus, "Kau salah paham, dia pasti sedang terharu dan tak bisa berhenti memperhatikan saudarinya"

Alicia tertawa, "Brad bukan adik yang romantis kau tahu, dia akan melakukan apa saja tapi dia tidak akan pernah terharu untukku. Dia punya hati yang beku kecuali padamu, Maya"

"Apa?" aku berhenti menari dan mengernyit menatap sahabatku. Alicia menyengir lebar dan berkata, "Ayolah, mana mungkin kau tidak menyadari kalau Brad sangat mengagumimu sejak dulu? Aku pikir dia masih melakukannya"

Sialan, aku tidak pernah mengetahui hal itu!

"Jangan melantur Alicia, aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri"

"Huum, yeah itu menyedihkan" sahut Ally. "Omong-omong mengapa kau mengaku-ngaku kepadanya kalau Ray adalah pacarmu?"

Aku tergagu. Brad mengatakan sesuatu kepada Alicia, tentu saja, tapi aku pikir dia tidak menyinggung apapun tentang malam yang kami habiskan bersama, jika Alicia sudah mengetahuinya maka dia tidak akan mungkin setenang ini. Aku kenal betul sahabatku.

"Um...., dia bertanya tentang pacarku, aku tidak ingin membahasnya jadi aku mengatakan kalau Ray lah orangnya. Dia satu-satunya lelaki yng berada di dekatku saat itu" kataku, berbohong.

Kegugupan menyelimuti benakku dan suasana yang ramai membuatnya terasa semakin buruk. Aku segera pergi dari hadapan Alicia dan menuju ke toilet dengan alasan kalau aku ingin buang air kecil. Aku baru dapat bernapas dengan lega dan merasa lebih baik setelah aku meninggalkan keramaian.

Namun, itu tidak berlangsung lama, sebab begitu aku masuk ke dalam toilet, seorang lelaki yang ingin kuhindari sepanjang malam ini telah menunggu di balik pintu dan segera mengunci pintu toilet seakan tak membiarkan aku lari darinya lagi.

- TBC -

Hai guys, dapatkan potongan harga sebesar 20k pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa (kecuali cerita pendek/short story) dengan menggunakan kode voucher : DISKON12
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

My Wild Young Lover (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang