"DISGUSTING! Do you hear me Lockheart? You are so disgusting!"
Sudah dua puluh menit. Aku bersumpah sudah dua puluh menit Ray mengoceh di sepanjang perjalanan menuju ke apartemenku. Aku sudah meminta maaf kepadanya ribuan kali tapi dia tidak peduli, dia tidak membiarkan masalah ciuman tiga detik itu pergi. Dia bertingkah seakan aku melumat bibirnya dan menjejalkan lidah ke dalam mulutnya. Jika itu yang terjadi dia pasti sudah kembali ke setelan pabrik, tidak akan ada lelaki yang betah menjadi gay setelah merasakan ciuman panas Maya Lockhart, cam kan itu!
Mobil berhenti di depan gedung apartemenmku. Aku menatap Ray untuk menyampaikan permintaan maafku yang ke sekian kali. "Sorry, it won't happen again"
"If it happens again, i swear to God you are in big trouble Maya, I'll kill you with my bare hands!"
Aku terbelalak, "Okay, okay, Ray chill. You scared me to death!" sahutku. "Look, aku melakukan ini hanya agar adik Alicia berhenti mengusikku. Dan aku benar 'kan, dia pergi setelah aku menciummu di pesta tadi. Dia tidak terlihat lagi Ray, aku berhasil, dia sudah berhenti."
"Pemuda yang malang" Ray menggeleng-gelengkan kepalanya, "Andai saja dia gay"
Entah mengapa aku merasa kesal mendengar delusi Ray, "Jangan melantur, seandainya dia gay dia tidak akan terpikat pada tiang kecilmu" cetusku.
Kedua alis Ray terangkat naik, "Oh, seberapa panjang tiangnya? Sepanjang Eiffel atau Burj Khalifa? Dengar Maya, aku tidak mau lagi terlibat dalam drama ini, apa kau mengerti?"
Aku menundukkan kepala seperti bocah yang sedang diomeli ibunya. "Aku mengerti"
"Bagus. sekarang keluar dari mobilku, aku mau pulang dan tidur dengan nyenyak di kasurku. Cepat! Cepat!" Ray membuka pintu sembari mendorong-dorong pelan tubuhku.
Aku mencebik, "Aish, kau menyebalkan, demi Tuhan aku tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih menyebalkan selain dirimu!" aku berhasil turun, dan Ray menarik pintu mobilnya hingga tertutup kembali kemudian mobilnya melaju meninggalkan gedung apartemenku.
Memijit pelipisku yang berdenyut, aku mulai melangkah masuk ke dalam lift. Lampu kunyalakan begitu aku tiba di dalam rumahku. Suasanya hening, damai, dan tenang setelah aku mendengar musik yang keras di pesta selama berjam-jam.
Pesta pernikahan Alicia berjalan dengan sangat lancar, aku senang karena sahabatku puas dengan hasil kerja kami sebagai penyelenggara acara. Tapi di sisi lain, aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal di benakku. Ya, ini soal Braden, aku tak dapat berhenti memikirkan lelaki itu. Malam yang kami habiskan bersama memang menyennagkan, tapi dengan kejam aku harus mengakui kalau aku tidak akan pergi ke ranjangnya jika aku tahu Braden di bar malam itu adalah Brad adik Alicia. Aku harap aku telah membuat Braden mengerti apa yang aku maksud saat kami berbincang di toilet tadi, dan aku harap ciuman yang kuberikan pada Ray berhasil membuatnya membuang keinginan untuk mengejarku jauh-jauh.
Aku kembali ke kota terkutuk ini untukmu, bukan untuk Alicia atau Ernest. aku tidak akan pergi sampai kau menjadi milikku.....
Kepalaku semakin berdenyut ketika kata-katanya yang mengejutkan kembali terngiang di telingaku. Melemparkan tubuh di ranjang, aku memandangi langit-langit kamar dengan tatapan yang kosong sementara pikiranku terus bergelut memikirkan Brad. Pemuda yang malang, aku tidak tahu kalau selama ini dia melihatku dengan cara itu. Kami memang tidak memiliki hubungan darah sama sekali tapi rasanya aneh jika aku menjalin hubungan mesra dengan seorang bocah yang dulu sudah kuanggap sebagai adikku. Lagipula apa yang bisa kuberikan kepada Braden? Aku tidak lagi tertarik untuk jatuh cinta ataupun menaruh kepercayaanku pada seorang pria.
Ponsel yang begetar membuat pikiranku teralihkan. Meraih tasku, aku mengeluarkan benda pipih itu lalu memeriksa pesan yang baru saja aku terima dari nomor yang tak dikenal.
Aku tidak main-main dengan kata-kataku Maya.
Tanpa perlu menerka-nerka, aku sudah tahu pasti siapa pengirim pesan ini. Oh Neptunus, berikan aku kesabaran dan kewarasan lebih untuk menghadapinya!
Aku mengabaikan pesan yang baru saja kuterima dari Braden Wentworth. Tanpa mengganti baju atau membersihkan make up, aku menarik selimut dan mulai memejamkan mata. Semoga saja saat aku terbangun besok pagi aku mendengar kabar kalau keluarga Wentworth, terutama Braden telah kembali ke kota asalnya.
***
Alicia mengambil cuti selama satu minggu untuk pergi berbulan madu ke Bali, sementara itu aku dan Ray kembali ke kantor dan menjalani rutinitas kami seperti biasa. Setelah pernikahan Alicia kami tidak begitu sibuk, ada dua acara yang menanti di awal bulan depan di hari yang sama, aku dan Ray membagi tim ke dalam dua grup, grup pertama akan dipimpin oleh Ray dan grup kedua akan aku pimpin sendiri.
Pekerjaan sudah dibagi dengan rata sejak kemarin lusa, tapi hari ini aku mendapatkan informasi kalau ada klien yang membutuhkan jasa kami untuk mengurus acara peresmian kantor yang harus diadakan dua minggu lagi. Bisa kalian bayangkan itu? Dua minggu, bagaimana kami bisa mengaturnya secepat itu?! Namun, bodohnya Ray mengambil event itu karena klien tersebut mengatakan kalau dia siap membayar berapa pun yang kami butuhkan.
Alhasil, klien tersebut akan datang ke kantor setelah jam makan siang. Aku menugaskan sekretarisku untuk menyiapkan ruang rapat agar kami bisa berdiskusi di sana sebelum aku masuk ke dalam ruanganku untuk melanjutkan pekerjaanku.
Waktu terus berlalu, tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Aku berhenti bekerja dan pergi ke ruangan Ray untuk makan siang bersama lelaki itu. Ray terus menerus memikirkan berapa harga yang cocok yang dapat dia tawarkan kepada klien baru kami. Aku tidak terlalu peduli, toh Ray yang akan menjadi penanggung jawab event dadakan ini. Aku hanya akan membantunya sebisaku sebab aku benci mengatur acara dalam waktu yang mepet seperti ini.
Tak lama setelah kami selesai makan siang Annie, sekretarisku, muncul di ruangan Ray dan berkata, "Klien baru sudah tiba di sini, Ms Lockhart, Mr Danzel"
Aku melirik arlojiku. "Masih pukul setengah satu, dia biang dia datang setelah jam makan siang"
Ray bangkit dari kursinya, "Well, tidak baik membiarkan dolar mununggu. Bawa mereka ke ruang rapat Annie, dan kau Maya, segera susul aku"
"Ya, ya, baiklah" sahutku, malas.
Aku meneguk air dari botol minumku sebelum aku pergi menyusul Ray menuju ke ruang rapat. Annie yang menunggu di depan pintu segera membukakan pintu untukku, aku meminta segelas coklat dingin kepadanya kemudian aku melangkah memasuki ruang rapat untuk menemui klien kami yang sudah menunggu di sana. Namun, suasana hening begitu aku tiba, mataku langsung bertemu dengan sepasang mata gelap yang aku pikir tidak akan pernah aku lihat lagi setelah pesta pernikahan Alicia. Aku tidak main-main dengan kata-kataku Maya. Pesannya terlintas begitu saja di kepalaku ketika aku melihat senyum tipis tersungging di bibirnya. Sekarang aku benar-benar percaya, Braden Wentworth memang tidak main-main dengan kata-katanya.
- TBC -
Hai guys, dapatkan potongan harga sebesar 20k pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa (kecuali cerita pendek/short story) dengan menggunakan kode voucher : DISKON12
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wild Young Lover (Tamat)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Satu tahun setelah sembuh dari patah hatinya Maya Lockhart pergi ke bar untuk mendapatkan segelas vesper, namun kemudian sesuatu yang tak terduga datang kepadanya. Sesuatu yang menggairahkan dalam wujud...