29 = KEHILANGAN

6.6K 891 52
                                    

"KENAPA LO DIAM? BUNUH GUE!!!!!"

Masih dengan hal yang sama, Shani hanya terdiam menatap Adel, lalu menatap teman-temannya.

"BUNUH GUE SHANI!!! BUNUH GUE!!!!" suara Adel serak, serta diiringi dengan tangisannya.

Ranting itu dipegang oleh Acel, Acel menatap keduanya dengan tangisan. dia menatap Shani, dan menggelengkan kepalanya, seolah berkata jangan.

Shani yang paham, memejamkan matanya sekilas, dia cengkram ranting itu, dia hempas ke tanah, dia injak-injak hingga patah. "ANJINGGG!!!" dia memegang kepalanya, nafasnya memburu.

"Kita selesaikan ini dengan bicara baik-baik, kita temui kedua keturunan kalian. gue masih belum mengerti semua ini, kenapa ini bisa terjadi, dan kenapa Adel berkata seperti tadi." ucap Acel, seraya menghapus air matanya.

Shani berkoar lagi.

"KEMATIAN TEMAN-TEMAN GIMANA?!"

"GAK BANGET PULANG BARENG PEMBUNUH!!!"

"IYA, GUE AKUIN ADEL SALAH BESAR. LO KIRA KITA GAK NGERASA KEHILANGAN? TAPI YANG KITA LIHAT, ADEL ITU DIKENDALIIN SAMA IBUNYA YANG LAGI DIMASUKKI ROH JAHAT!" Acel membentak.

"NYAWA DIBALAS NYAWA!!" Christian menyambung.

"Percaya sama gue, ini semua bisa selesai, jika dilakukan dengan cara baik-baik." kata Acel.

Acel berjalan menuju portal memasukki dunia nyata kembali, mereka mengikutinya. semua memasukki portal lebih dulu, dan kini tersisa Adel dan Acel yang paling belakang.

"Kenapa diam? Cepat!" Adel tersenyum tipis, dia menarik tangan Acel, dia berikan kertas yang sudah terlihat lecak dan terkuel kepadanya.
"dibukanya nanti, gak boleh sekarang."

Acel mengerutkan keningnya, "untuk apa?" dia menerima kertas itu, dan menggenggamnya.

"Cel, kita beda, dan akan tetap beda. gue berdarah keturunan Wijoyo, dan akan tetap selalu bersangkut paut dengan mahluk halus. gue bisa melihat mereka, dan ketika mereka meminta bantuan, pasti gue yang membantunya. jika dipikir-pikir, kalau gue tetap berada disisi kalian, gue akan menyusahkan kalian." kata Adel.

"Apa bedanya sama keturunan Sungkuro? Udah lah Del, jangan buat gue tambah benci sama lo."

"Cel, keturunan Sungkuro itu tidak pernah peduli pada mahluk halus yang meminta bantuannya. karna, keturunan Sungkuro itu aliran hitam." jawab Adel.

"Aliran hitam?" Adel mengangguk.

"Setidaknya, gue senang kenal kalian, karna dulu.. gue tidak pernah mempunyai teman. gak ada orang yang mau temanan sama gue, katanya gue aneh dan gila, ini semua karena gue yang tiba-tiba ketakutan sendiri." ucap Adel.

"Nanti lo tanya aja sama Ella dan Callie ya, di mana rumah gue, dan gue minta sama lo, untuk telusuri rumah gue. di sana, kalian akan mendapat jawabannya."

"Kan ada lo! Banyak omong, udah ah, ayok!" Acel membalikkan badannya ingin memasukki portal.

Adel mengeluarkan pedang gaib keturunan Wijoyo yang selama ini belum sama sekali ia pakai, pedang itu berada ditangannya sekarang.

"Dengan ini, gue bisa nebus kesalahan gue Cel!" Adel menarik tangan Acel dengan kasar, pedangnya berada ditangan Acel, dia arahkan tangan Acel ke kepalanya.

Acel membalikkan badan menghadapnya, "DEL, AP---"

Kepala Adel tertebas.

Darah muncrat ke wajahnya, Acel melotot, mulutnya terbuka.

"ADELLLLLLLLLLL!!!!!" dia berteriak histeris dengan memegang kedua pipinya.

"ADELLLLLL!!!" dia berlutut dengan menangis.

"HIKSS, ADELL!!!! KENAPA LO NGELAKUIN INI!!!"

Acel memejamkan matanya, ia memeluk tubuh Adel yang tanpa kepala itu.

"KENAPA LO BENAR-BENAR NGEAKHIRIN PERSAHABATAN KITA DEL??? BAHKAN NGEAKHIRIN  HIDUP LO SENDIRI!!"

"GUE GAK IKHLAS DEL, BANGUN!!!!"

Terisak penuh tangis dalam dekapan Adel, kini Acel merasakan kepalanya yang sangat berat. hatinya sakit melihat kematian sahabatnya tepat dihadapan matanya, itu pun menebas karna Adel yang meraih tangannya. ia menangis sangat kencang, sekaligus memejamkan matanya. hingga waktu berlalu, kini ia lelah dan merasakan pusing yang amat luar biasa, alhasil, Acel tertidur dengan hati sesak dan tangis dalam dekapan sahabatnya yang sudah tiada.

***

Dunia nyata.

Pagi hari, sinar matahari menembus kaca jendela gudang sekolah.

Semua terbangun.

Ruangan itu terang, bahkan sudah rapih. buku persetan yang awalnya menjadi ritual mereka saat ingin masuk ke dunia buku persetan, kini buku itu telah menjadi abu.

Acel mencari keberadaan sahabatnya, "DEL? ADEL? ADEL MANA?" mereka menggelengkan kepalanya tidak tahu.

"Kan terakhir sama lo." ucap Christian.

Acel terisak tangis mengingat kejadian sebelumnya.

"Kok kamu nangis?" Adelio memeluknya.

"Adel.. hikss.. kepala Adel tertebas." jawab Acel.

Ella dan Callie menatap satu sama lain, keduanya menangis.

"Kak Adel.." Callie memejamkan matanya dengan menangis, Ella memeluknya dengan diiringi tangisannya.

Pintu ruangan gudang terbuka, menampakkan Zean dan Marsha.

"ADELIO?! CALLIE?! ELLA?!" Zean terkejut.

Zean melihat buku persetan yang sudah menjadi abu.

Christian dan Shani berdiri.

"Mama!!" Christian langsung memeluk Marsha sejenak, "Christian kangen banget sama Mama."

Marsha mengangguk tersenyum, "SYUKUR LAH KAMU TIDAK APA-APA." ia membelai pipi anaknya itu.

"Kenapa tersisa kalian? Mana yang lain?!" Zean bertanya.

"Adel, Zee, Christy, Ollan, Floran, dan beberapa murid lainnya telah tiada." Shani menjawab.

Zean dan Marsha yang mendengar itu terkejut.

"Mas.. ajak mereka semua ke rumah kita saja, bicarakan di sana." usul Marsha, dan dapat anggukkan dari Zean.

























BELUM SELESAI.

VOTE!!!

BUKU PERSETAN (ADEL DKK) [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang