Bagian 6

96 17 0
                                    

Bagian 6

.

.

.


Jovi kini berada di restoran mewah yang menyatu dengan hotel bintang lima. Rasa gugup tidak bisa dihiraukan sebab pertama kalinya ia ke tempat seperti ini. Reservasi meja atas nama 'Samuel' yang ditulis dengan huruf sambung nan cantik itu semakin membuatnya gundah.

Orang yang akan ia temui bukan sembarang orang.

Ketukan sepatu semakin nyaring terdengar bersamaan dengan seseorang menggeser kursi di hadapannya. Jovi mendongak sembari berikan senyum melihat pria berkemeja hitam dengan lengan digulung hingga siku duduk di depannya.

Pria itu berikan senyum serupa, membuka kacamata kotak yang ia gunakan sebelumnya dan ulurkan tangan yang disambut oleh Jovi. "Samuel."

"Ian."

"Sudah pesan?"

"Belum, saya tunggu anda di sini."

Orang yang mengenalkan diri sebagai Samuel -yang sebenarnya Andri- sedikit tertawa lalu memanggil pelayan. "Nggak usah terlalu formal, saya dengar Mas Ian ini lebih muda dari saya?"

"Maaf?"

"Kata Bang Marshall usia Mas Ian masih tiga puluh, betul?"

Jovi baru paham maksudnya dan membalas, "Ya, betul. Saya baru tiga puluh tahun ini. Ehm—kalau anda sendiri?"

"Saya seumuran Aji dan jangan formal ya? Panggil Mas saja."

"Baik, kalau begitu Mas –ehm—Samuel?"

Astaga Tuhan.

Andri bisa mati pelan-pelan kalau housematenya selucu ini.

"Andri saja, Ian. Lagian nanti kita bakal jadi housemate, nggak usah kaku gitu," Andri mengucap terima kasih pada pelayan yang mengantarkan teh. "Nama saya Samuel Hiyandri Setyawan, biar lebih akrab panggil saja Andri atau Ari, terserah kamu."

"Kalau begitu, panggil saya juga Jovi saja, Mas. Biar lebih enak juga ehehehe...." Ucap Jovi sambil menggaruk pelan tengkuknya.

Keduanya berbicara tentang berbagai hal yang tentu saja dimulai sesuai dengan tujuan mereka bertemu. Obrolan mengenai kontrak berjalan lancar, dua belah pihak setuju untuk melaksanakan sebagaimana kesepakatan yang dibuat. Topik bergeser setelah makanan datang, Jovi tanyakan profesi Andri dan segala hal yang ia ingin ketahui dari pria itu.

Bagaimana pun mereka harus saling mengenal kan?

"Ya, saya punya kembaran yang baru melahirkan anak kedua beberapa bulan lalu."

"Wah! Baru kali ini saya ketemu orang yang punya saudara kembar! Susah nggak tuh, Mas?"

"Nggak, sama aja kayak adik-kakak gitu lah, kebetulan saya berperan jadi kakaknya,"

Dan pertemuan mereka berakhir dengan Jovi yang diantar pulang oleh Andri juga keputusan pindah ke apartemen minggu depan.


Bersambung...

.

.


Nothing to Lose || hyuninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang