Bagian 12
.
.
.
Sore kemarin Jovi menelepon Citra untuk memberitahu bahwa Andri tengah sakit dan tidak bisa berangkat ke kantor sampai dua hari ke depan. Dengan mendengar suara Citra yang menjawabnya, Jovi tahu kalau wanita itu juga khawatir terhadap atasannya. Ia katakan kondisi Andri kini tidak separah saat pulang kerja, pria itu hanya butuh istirahat untuk kembali pulih. Jovi berikan obat sesuai arahan Arras, memaksa Andri menghabiskan masakannya meski banyak drama yang harus dilalui sebab pria itu bilang lidahnya pahit dan kemudian biarkan Andri beristirahat sepuasnya.
Keadaan Andri membaik setelah dua hari dan Jovi tidak lebih bersyukur dari itu. Ia tinggalkan pria yang lebih tua tidur di kamarnya sedangkan dirinya mencuci piring dan peralatan masak di dapur. Suara pintu terbuka menarik perhatiannya, ia pandangi Andri hanya dengan celana tidurnya tanpa atasan -memang Jovi biarkan begitu selama sakit- berjalan ke arahnya. "Butuh apa, Mas? Aku cuci piring sebentar," katanya.
"Aku mau ngomong..." suara Andri sedikit serak khas orang bangun dari tidur.
Andri matikan keran di wastafel dan tarik tubuh Jovi menghadapnya. Keduanya saling bertatapan dengan tangan Jovi yang digenggam oleh lawan bicaranya. "Kesampingkan soal aku, ayo ngomong serius soal tempo hari," ucap Andri.
"Aku tau kamu takut soal pernikahan kita, aku juga paham apa yang kamu rasain karena aku juga sama, Jo. Jujur aku nggak sangka lamaran konyolku bakal kamu terima," Andri tutup matanya sejenak coba kontrol rasa sakit di kepalanya, "aku mau kamu yakin dan percaya sama aku, Jovi. Betul katamu kalau kita nggak akan bisa mundur setelah semuanya terlaksana, setelah kita menikah. Tapi aku mau kamu tahu kalau aku serius, aku—kita bisa jalaninnya bareng-bareng,"
"Aku...kamu... kita bisa laluin semuanya—kita bisa yakinin keluargaku, keluargamu, kamu nggak usah takut lagi. Aku bakal lindungin kamu... kita. Jangan ngerasa kecil, jangan ngerasa kamu nggak sebanding dengan aku. Kamu lebih dari segalanya,"
"Mas..." Jovi dengan gemetar dan suara kecil menahan tangis balik menggenggam jemari Andri.
"Kamu lebih dari segalanya, Jovi. Aku bakal selalu jagain kamu, please jangan takut lagi..."
Jovi paham betapa rumit pikirannya, ia juga paham rasa putus asa dalam dirinya. Tidak menyangka bahwa Andri bisa memahami pemikirannya hingga begini, pria ini juga sama putus asanya. Tidak peduli dengan keheningan diantara suara dalam kepala yang saling bersahutan, Andri peluk yang lebih muda.
Ia peluk erat Jovi dengan lengan melingkar di pinggang. Andri usap punggung yang beberapa hari ini tidak dilihatnya, sengaja juga menaruh kepalanya di perpotongan leher lawannya dan hirup wangi tubuh itu lamat-lamat. Ia biarkan Jovi balas pelukannya lewat kalungan lengan di pundaknya, sedikit dorong kepala itu untuk lakukan hal yang sama dengannya.
Setidaknya Jovi harus mencoba bersama Andri yang selalu ada untuknya.
Ya, begitu.
Bersambung...
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing to Lose || hyunin
FanfictionAndri sudah muak mendengar pertanyaan mengenai pernikahan; kapan ia akan menikah, pesta pernikahan seperti apa yang ia inginkan, dan apakah ia tidak mau cepat menikah. Ditambah kelahiran anak kedua dari kembarannya, rasanya Andri mau kabur saja dari...