Bagian 15

99 22 3
                                    

Bagian 15

.

.

.



Kalau siang tadi cukup panas, kini malam hari sangatlah dingin untuk Andri. Sepertinya bukan hanya dari dingin cuaca yang ia rasakan melainkan dari kegugupan dan kegelisahannya yang sudah duduk semeja dengan keluarga Jovi. Bahkan duduk di sebelah Jovi tidak membuat perbedaaan apapun baginya malah ia semakin panik sebab posisinya berhadapan langsung dengan Yun.

Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul dan makan malam pun dimulai setelah memperkenalkan Andri secara resmi. Tidak ada berisik obrolan seperti makan malam keluarga Andri kemarin-kemarin, makan malam keluarga Jovi begitu hening. Andri sesekali berdeham berusaha menjaga diri dari salah tingkah sebab suasana yang terlalu tegang baginya.

Makan malam selesai, tidak ada satupun orang yang meninggalkan meja makan. Mereka masih betah menyantap cemilan kue yang dibawa Andri dari kota. Ada perasaan bangga melihat keluarga Jovi suka dengan apa yang ia berikan, disela waktu itu Andri tersenyum kecil.

"Mumpung semuanya lagi kumpul, aku mau bicarakan sesuatu," kata Jovi memecah keheningan.

"Aku dan Mas Ari rencana mau menikah bulan depan."

"Kamu baru bilang sekarang? Kamu pikir nikah tuh gampang?" Iyon berucap.

"Loh memang kenapa? Yun aja bisa tuh nikah mendadak nggak kasih tau aku dulu, sekarang giliran aku yang mau nikah kok kamu ngomong begitu, Mas?"

Yun yang disindir angkat suara. "Siapa yang nggak kasih tau kamu, Mas? Ibu bahkan sudah telepon berkali-kali tapi kamu yang sibuk sama urusanmu di kota itu!"

"Aku kerja! Harus berapa kali bilang kalau aku di kota tuh kerja!"

"Kamu dan Yun itu beda, Ian. Yun memang sudah jelas punya pacar dari lulus sekolah, sedangkan kamu apa? Tiba-tiba bawa orang asing ke sini terus dikenalkan sebagai pacarmu dan sekarang kamu bilang mau nikah sama dia? Udah gila kamu!?" bentak Iyon.

Ya Tuhan.

Andri tidak berpikir bisa sampai seperti ini.

"Mas Ari bukan orang asing, dia pacarku! Apa salahnya aku nikahi pacarku?!"

"Kita nggak kenal sama pacarmu ini, Ian! Oh—atau emang ini alasan kamu biar bisa jauh dari keluarga selamanya? Iya? Nikah sama orang kota dan tinggalin kita semua di sini?!"

Andri tahan tubuh Jovi yang berdiri dari kursinya walau usahanya gagal. Ia memandang panik ke arah Jovi yang kini sudah berkacak pinggang.

"Jaga omonganmu—"

"Kamu pikir kamu bakal punya masa depan kalau nikah sama pacarmu ini? Kita bahkan nggak tau dia kerja apa, paling juga ngandelin orang tuanya! Mau kamu hidup sama orang begitu?!"

BRAK

"Udah aku bilang jaga omonganmu!!"

"Bener kata Mas Iyon! Dia tuh nggak cocok sama kamu, Mas! Kamu pikir nikah Cuma perkara harta—perkara cinta apa?!"

Jovi tinggikan suaranya lagi. "Kamu anak kecil nggak tau apa-apa mending diem! Kamu pikir hamilin anak orang di luar nikah bikin kamu boleh ngerendahin orang kayak begitu?! HAH!!!"

"Ian jaga omonganmu!! Yun itu adekmu! Jangan kurang ajar!"

"Dia yang kurang ajar, Mas! Kamu—" Jovi terdiam mengatur napas.

Nothing to Lose || hyuninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang