Bagian 19
.
.
.
*make sure you are 19 or up
**lil bit spicy here
***if you don't like it please skip this part
.
.
.
Andri tidak pernah membayangkan tinggal berdua dengan seseorang yang sekarang berstatus sebagai calon pasangannya. Seringkali ia berpikir mengenai hal-hal yang terjadi beberapa waktu belakangan, tentang Jovi, tentang pekerjaannya dan lainnya. Semua hal terasa begitu cepat terjadi dan terlewati.
Bicara soal tinggal bersama, ada sejumlah kebiasaan yang Andri kini sadari mengenai Jovi. Pria itu selalu bangun tepat waktu di pagi hari, meminum segelas air putih sembari mengelap meja makan, menyiapkan kopi sekaligus sarapan, dan ia selalu berdandan dengan sangat cepat untuk berangkat kerja. Apresiasi pada Jovi yang memiliki pola hidup teratur yang sangat berkebalikan dengannya.
Hanya saja satu kebiasaan yang muncul sehabis pulang kampung kemarin itu.
Jovi jadi lebih sering mengenakan celana pendek.
Seperti saat ini Andri tengah memandang paha dan betis milik Jovi bergantian dari posisi duduknya di sofa sementara pria yang dimaksud tengah berdiri di depan televisi mengatur saluran yang akan ditonton bersama. Kalau dilihat-lihat celana yang dikenakan Jovi semakin pendek dari hari ke hari, Andri tidak paham. Dari semua pikiran linglungnya mengenai alasan dibalik itu semua harus ia akui bahwa kaki Jovi indah sekali.
Sialan.
Kabut sudah datang siang-siang begini.
"Mas, kamu oke?" tanya Jovi yang bingung memandang Andri melamun menatapnya.
"Oh ya... oke...."
Jovi melenggang ke dapur bermaksud mencari makanan ringan untuk dimakan bersama tapi matanya beralih melihat Andri mengusap-usap kasar wajahnya. Ia hampiri pria itu dan tepuk bahunya yang dibalas seruan beriring gestur takut. "Mas? Kamu beneran nggak apa-apa? Kayaknya ada—"
"NGGAK! Ng... nggak apa-apa, Jo," jawab Andri sekenanya lalu menggeser posisinya biarkan Jovi duduk sedikit lebih jauh darinya.
"Kok duduknya jauh banget?"
"Memang harus deket begitu ya?"
Pria yang lebih muda terkekeh. "Kamu kayak abis lihat setan, tahu nggak?!"
"Bukan begitu, Jo..." Andri lempar pandangannya ke tempat selain sosok Jovi. Beberapa saat masih dengan posisi seperti itu sampai ia kembalikan tatapannya menuju pria di sampingnya. Ia mengamati wajah Jovi lamat-lamat; matanya yang indah, hidungnya, bibir sialan itu, dan semuanya.
"Tuh kan! Melamun lagi!"
"Sorry... can't help it," ucap Andri.
"Kamu mau aku ngapain? Ada yang bisa dibantu?" Jovi bergeser lebih dekat sampai lengan mereka bersentuhan.
Andri rasa inilah saat yang tepat. Ia sudah tidak tahan.
"Cium Mas saja kalo begitu, Jo..." serak suaranya tak dapat dihindarkan. Andri tak cukup percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing to Lose || hyunin
FanfictionAndri sudah muak mendengar pertanyaan mengenai pernikahan; kapan ia akan menikah, pesta pernikahan seperti apa yang ia inginkan, dan apakah ia tidak mau cepat menikah. Ditambah kelahiran anak kedua dari kembarannya, rasanya Andri mau kabur saja dari...