Chapter 13

50 8 0
                                    

--- GHIA POV. ---

Desahan suaranya bagai melodi yang memabukkan bagi telinga. Membuatku semakin lupa diri pada kenyataan yang seharusnya menjadi batasan atas perbuatanku pada tubuh indahnya. Faktanya suara-suara laknat dari bibir Celine membuat tangan kiriku tak henti meremas payudaranya, sementara yang lain bermain di bibir bawah. Tengkuk dan lehernya adalah wilayah jelajah yang menarik bagi bibirku.

"Eunghhh... Ghi. Don't stop."

See? Bagaimana bisa aku berhenti bila suara itu terus memintaku untuk melanjutkan aktivitas ini. Bibir lainnya yang tak bersuara memberikan reaksi mendukung yang tak kalah persuasif. Basah dan lengket di jariku yang bermain pada permukaan, bahkan belum kumasukkan satu pun.

"Thats how you tease someone on a movie date," bisikku di telinganya.

Ia terus mengangguk dan menggeleng tak karuan kala jemariku semakin giat menjelajah dan meremas. Apalagi saat kuhisap dan kugigit pelan lehernya. Kubungkam mulutnya dengan telapak tangan yang tadi bermain dengan putingnya kala Celine hendak meracau tak jelas semakin kencang.

"Sstt... Nikmati filmnya, sayang. Sebentar lagi filmnya akan selesai."

Meski sebenarnya aku masih tak rela menghentikan aktivitas panas ini, namun waktu sepertinya tak berpihak. Kurang lebih 10 menit lagi film ini akan berakhir dan lampu akan bersinar terang. Perlahan kutarik tangan kananku yang tadi bermain di dalam rok yang Ia kenakan. Kurapikan penampilannya, dan membuatnya duduk manis di sebelahku. Tanpa banyak bicara, aku kembali memberikan perhatianku pada layar bioskop. Benar saja tak lama kemudian lampu menyala terang dan membuat setiap orang di studio ini bisa melihat satu sama lain tanpa kesulitan.

Good timing. Batinku dalam hati. Tak terbayang bagaimana kalau kami tertangkap basah berbuat hal sensual seperti tadi dengan Celine di pangkuanku. Hot and interesting for me of course. But na ah na ah. Celine akan marah dan malu pastinya.

"Yuk, kita pulang," ajakku pada sosok yang sepertinya masih berusaha mengembalikan seluruh kesadarannya. Aku yakin dia sangat kepayahan dengan apa yang kulakukan tadi.

Setelah beberapa kali mengerjapkan mata, Celine menatapku dengan cemberut. Dia tak menerima uluran tanganku, namun langsung berjalan mendahuluiku dengan cepat. Ah mungkin dia malu atau marah karena aku bertindak sejauh itu? Kuikuti sajalah apa yang mau Ia lakukan setelah ini. Dengan tergesa Celine masuk ke dalam sebuah bilik toilet.

Kuketuk pintu toiletnya saat kurasa dia di dalam terlalu lama, dan toilet mulai sepi dari pengunjung yang tadi selesai menonton. "Cel, are you okay?" tanyaku dengan khawatir. Apa aku telah melewati batas hingga melukainya?

Tak lama kemudian pintu toiletnya dibuka. Kutemukan dirinya berdiri menunduk dan seperti menghapus air mata. Dia berusaha melewatiku, namun kutangkap lengannya, dan dengan cepat membalikkan tubuhnya agar menghadap padaku. Apa yang kutemukan di hadapanku sungguh membuatku tersiksa. Aku yang telah menyakitinya dengan semua ini. "I'm sorry," bisikku sembari menghapus air mata yang menuruni pipinya.

Gelengan kepalanya membuatku semakin merasa nestapa. Mengapa aku melakukan semua ini, mengapa aku terlalu menikmati proses ini? Seharusnya aku tak melakukan ini bukan?

"Lain kali selesaikan apa yang kamu mulai. Jangan main-main saja denganku."

Ucapan Celine membuatku terpaku di tempat hingga tak sadar saat dia melepaskan diri dan menjauh dariku. Kuperhatikan pantulan dirinya yang sedang mencuci lalu mengeringkan tangannya dengan tissue. Dia marah karena aku hanya menggodanya?

Kembali kuikuti Celine hingga pulang dengan banyak kebingungan berkecamuk dalam kepala.

*********

--- CELINE POV ---

Malam - Buku 3 dari Trilogi Our UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang