Chapter 7

300 44 0
                                    

--- AUTHOR POV. ---

Matahari baru saja memancarkan cahaya pertamanya saat seorang perempuan dengan peluh di sekujur tubuhnya kembali berada di kamar seorang perempuan lain yang sedang tertidur lelap. "Ghi, bangun gih. Kamu bilang mau print tugas dari dokter Erwin pagi ini," bangun Celine. Memang malam sebelumnya Ghia telah berpesan pada Celine untuk membangunkannya, apabila dia masih tidur saat Celine selesai olahraga. Dia masih harus mencetak laporan yang dikebutnya semalam. Tentu dia sangat kelelahan, apalagi mengingat perjalanan bolos kuliah bersama dengan Celine kemarin.

"Errmm...," gumam Ghia yang sepertinya masih sangat enggan untuk membuka matanya. Dia bahkan melewatkan solat subuhnya tadi, meskipun sudah dibangunkan oleh Celine. "5 menit lagi," gumamnya kembali saat Celine terus menggoyangkan tubuhnya, berusaha membangunkannya.

"Huff... Ghi, bangun. Nanti tugas kamu gak selesai lho," bujuk Celine sambil menepuk lembut pipi Ghia. Membangunkan dengan cara seperti itu, tentu saja Ghia semakin nyaman. Celine sendiri masih menikmati kedekatan mereka, mengamati wajah perempuan yang telah lama disukainya. Dua perempuan bodoh yang saling mencintai, namun tak pernah berani untuk jujur dengan perasaannya.

"Ya udah aku tinggal mandi nih ya. Kamu bangun lho, Ghi," ucap Celine sebelum meninggalkan Ghia yang masih mengusap-usap matanya. "Habis mandi, aku ke sini lagi. Kamu sudah harus bangun, awas kalau gak," ancam Celine.

Usai membersihkan tubuhnya, Celine kembali ke kamar Ghia dan mendapati si pemilik kamar masih tertidur. Kali ini dengan posisi yang lucu, karena setengah tangan dan kakinya sudah menyentuh lantai, sementara pipinya masih menempel di bantal, menekan pipinya hingga mulutnya terbuka. Terlihat ada air liurnya yang menetes ke bantal. "Euhh...," omel Celine melihat makhluk di depannya tersebut.

Tiba-tiba Celine tersenyum jahil, mendapat ide untuk membangunkan Ghia, dan segera saja dia bersiap melancarkan ide busuknya. Perlahan, Ia menarik turun celana pendek dengan motif bunga yang dipakai Ghia hingga ke betis. Kemudian Ia berjalan keluar dari kamar Ghia, memberantakkan rambutnya, lalu kembali membuka pintu kamar tersebut dengan kasar. Wajahnya terlihat panik, dengan nafas seperti terengah-engah.

Ghia yang mendengar pintu kamarnya dibuka secara kasar langsung membuka matanya dan melihat ke arah pintu. Melihat penampilan Celine yang demikian membuatnya langsung fokus. Tanpa ditanya, perempuan yang berdiri di ambang pintunya berteriak, "Maling, Ghi. Ada maling di dapur!"

Langsung saja Ghia dengan refleks segera bangun berdiri dan hendak berlari. Naas, dia tersandung celananya yang sudah berada di betis. Tawa Celine meledak seketika melihat Ghia yang terjerembab di samping tempat tidur. Sial, batik Ghia. Kedua perempuan itu memiliki wajah merah padam, tentunya untuk alasan yang berbeda. Celine karena tawanya, sementara Ghia karena rasa malunya.

"Ishh! Gak lucu tauk," gerutu Ghia yang semakin menambah keras tawa Celine pagi itu. Ghia yang ngambek akhirnya bangkit berdiri, membenarkan posisi celananya, lalu segera berlalu ke kamar mandi. Entah untuk mengalihkan wajahnya yang malu, atau untuk menghilangkan rasa kantuknya.

"Ghi, aku berangkat duluan ya," pamit Celine yang memang sudah siap lebih dulu. Apalagi dia sudah ada janji dengan temannya. Ghia sengaja mendiamkan Celine yang berpamitan dengannya, karena tentu masih sebal. "Jangan ngambek dong, nanti aku traktir makan siang deh," bujuk Celine kembali dan hanya dijawab dengan kata 'hmm' dari Ghia.

********************************

"Sorry, gue telat ya?" tanya seorang perempuan yang tengah meletakkan pantatnya pada kursi di hadapan Celine dengan tergesa. "Gue tadi diajak diminta bantuan sebentar sama temen gue yang kapten tim futsal kampus," jelasnya atas keterlambatannya. Tak lama memang, tapi cukup untuk membuatnya merasa tak enak hati pada gadis cantik yang menantinya.

Malam - Buku 3 dari Trilogi Our UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang