Chapter 6

321 48 6
                                    

A/N:
Hey, guys.
Sorry lama banget baru update cerita ini.
Aku lagi mikir buat nyelesaikan cerita ini dulu sebelum nyelesaikan yang lainnya. Karena ini termasuk yang lama banget aku pending.
Jadi buat pecinta Elda atau Nadin and Lou, please be patient ya.
- Lo
‐----------------------------

--- GHIA POV. ---

Pajero putihku mulai berjalan dengan kecepatan sedang ke arah Jakarta. Seharian ini aku dan Celine sudah melakukan banyak hal yang menyenangkan. Setidaknya itu yang kupikirkan, karena aku tak henti melihat wajah Celine yang tersenyum. Kuajak dirinya untuk berjalan-jalan di kebun teh dan memetik daunnya, kemudian aku juga meminta Mang Kus untuk membuatkan serabi khas daerah sini untuk dinikmati dengan secangkir teh hangat. Udara sejuk Bandung memang yang terbaik untuk menenangkan hati yang kalut.

"Ghi, jangan lupa nanti kita mampir gereja sebentar ya. Yang di dekat rumah makan favorit kamu," ucap Celine padaku. Aku mengangguk dan mengatakan oke pada permintaan Celine. Aku tahu mungkin orang lain akan berfikir kalau ini anak kok enak banget main pindah-pindah agama seenak jidatnya. Kristen ke Islam, kembali lagi ke Kristen. Gak jelas apa maunya.

Eits, guys. Kalian perlu tahu bahwa soal keimanan itu gak mudah. Makanya jangan mudah pindah agama hanya untuk orang lain. Karena manusia itu fana, guys. Gak abadi, gak kekal, tapi Tuhan, Allah, itu kekal dan abadi. Allah yang menciptakan kita dan kepada-Nya kita berdoa, berlindung, memohon, dan bersyukur. Eh, kok aku jadi kayak ceramah agama gini ya di kepalaku. Halah. Kayaknya kepalaku mulai gesrek karena terlalu banyak belajar hal yang serius.

"Kok muka kamu kayak mikir keras gitu, Ghi? Kenapa? Atau kamu sakit kepala?" tanya Celine dengan khawatir. Teguran Celine membuatku tersadar dari kultum dalam kepalaku. Hahaha...

"Eh, gak. Gak apa kok, Cel. Aku cuma lagi mikir aja gimana bikin kamu senyum terus. Soalnya senyum kamu itu manis, sayang kalau hilang gitu. Nanti hati aku kurang gula," gombalku padanya. Celine langsung mendorong kepalaku dengan wajah bersemu merah. Tentu saja aku tertawa melihat wajahnya dan menerima reaksinya.

"Gombal! Gak kaget kalau banyak cewek ngantri buat jadi pacar kamu. Kamu aja yang sok jual mahal, dan gak pernah nanggepin mereka," ucap Celine dengan ketus.

Aku tertawa mendengar omelannya. "Eh, mereka paling cuma ngantri buat ah ah ikeh ikeh sama aku," ujarku dengan penuh percaya diri, sekaligus memasang wajah cabul. Dia langsung kembali memukul kepalaku dan tentunya mendampratku. Aku hanya tertawa saja dengan sangat puas.

********************************

--- CELINE POV. ---

"Dasar cabul! Nymphomania!" gerutuku setelah mendengar pernyataan sok percaya diri Ghia. Orang kok nyebelin banget. Emang semua orang cuma mau seks aja sama dia? Gimana kalau memang mereka beneran suka sama dia, apa dia gak pernah mikirin perasaan orang lain apa. Kayak perasaan aku misalnya. Cih. Nyebelin. Akunya juga bego. Hufft.

"Oey! Aku gak nympho ya. Bedain orang yang nympho sama yang very sexually active," bela Ghia dengan wajah belagu. "Orang hukum gak usah sok tahu soal medis ya. Di sini aku yang calon dokter," ujarnya kembali dengan cengengesan dan mengejekku.

Sebel sekali, dia ini bikin aku gemas. Cubit aja lengan dan perutnya sampai puas. Jeritan kesakitannya menjadi melodi indah di telingaku yang panas dengan komentarnya sejak tadi. Orang kok gak ada serius-seriusnya. Aku pikir dengan kuliah jadi anak kedokteran akan membuat otak gesreknya sedikit waras, ternyata malah makin gesrek. Ckckckck...

"Ampun, Cel. Stop dong. Nanti kita bisa celaka lho," ujarnya yang membuatku sadar kalau aku baru saja membahayakan kami berdua dengan mencubitinya saat berkendara. Aku berhenti dan mendengus kesal, melemparkan pandanganku keluar pada jendela.

Tak lama kami diam dalam hening, ponselku berdering. Sebuah nomer tak dikenal, tak kuacuhkan. Setelah ringtone mati, ponselku kembali memunculkan suara notifikasi dari LINE. Tertulis pesan baru dari Nina W. Hmm... Dia teman sekelasku, tapi kami tidak terlalu akrab.

[Nina]: Hey, lo kenapa gak masuk tadi?

Elah banyak urusan. Kepo amat jadi orang. Apa ada yang penting ya?

[Celine]: Gak enak badan. Kenapa, Nin?

[Nina]: Oh itu, gue mau ngabarin kalau kita sekelompok.
Tadi dikasi assignment sama Bu Sunur, katanya disuruh sekelompok berdua, dan dia sudah nentuin.
Acakannya, gue sama lo.
Nah, gue mau bagi tugas sama lo.

[Celine]: O gitu.
Oke gue ngikut aja pembagian tugas dari lo.
Pokoknya yang adil yak.

[Nina]: Oke.
Besok masuk gak?

[Celine]: Masuk sih. Ketemuan sebelum kelas aja gimana?

[Nina]: Oke.

Daripada ngetik panjang kali lebar, plus gak jelas juga. Kan aku gak masuk tadi, jadi ya mending ketemu aja langsung. Lumayan aku juga bisa tanya-tanya soal pelajaran hari ini ke dia, sambil sekarang aku browsing dikit tentang hukum dagang dari internet. Biar gak blank banget.

Kalau aku pikir-pikir, kok Ghia kayaknya selow aja ya walaupun bolos. Kayak gak ada dosa, padahal aku aja ada yang nyari, ada yang ngasi tugas. Masa anak kedokteran tugasnya gak banyak sih? Hmm...

"Serius amat lihat hape," celetuk Ghia yang baru saja melintas dalam pikiranku. Lah anak ini cenayang apa ya? Kok baru aja lewat di pikiranku, udah langsung nyamber aja. "Kita udah sampe nih di gereja," ucap Ghia kembali menyadarkanku.

"Eh iya. Kok cepet ya? Aku gak nyadar kita udah sampe," ucapku bingung. Kayaknya tadi masih macet deh.

"Makanya, jangan sibuk sendiri sama tuh hape. Aku diperhatikan dong," rajuk Ghia dengan manyun. Ish.. Anak kok nyebelin banget. Usil banget, suka bikin orang ngerasa bersalah, tapi juga lucu. Kerjain balik ah. Seru kali ya.

"Ghi," panggilku pada sosoknya yang sibuk melepaskan sabuk pengaman dan hendak mulai meregangkan badan. Dia menoleh kepadaku dengan bibir manyunnya. Dengan cepat kucium bibirnya, lalu membuka pintu mobil. "Tunggu bentar ya, cumi," ujarku pada Ghia dan segera turun dari mobil.

Damn! Aku yang mau mengusilinya, malah jantungku yang berulah melihat wajah Ghia yang bersemu merah dengan mulut menganga. Kalau tadi aku gak cepat-cepat pergi, pasti Ghia sudah melihat wajahku yang mungkin jauh lebih merah dari miliknya, karena kini aku merasa wajahku panas. Sial. Kenapa jadi aku yang begitu malu?

"Tuhan, bagaimana caraku membuang perasaan ini? Aku gak mau merusak persahabatanku dengannya. Kalau menjadi sahabat adalah satu-satunya cara agar dia tetap ada dalam hidupku, aku bersedia, Tuhan. Aku akan mencoba menekan perasaan ini terus. Tapi ya, Tuhan. Aku mohon padamu. Lembutkanlah hatinya, agar dia juga bisa merasakan cinta. Sekuat apa pun juga hatiku, rasanya aku tak rela melihatnya disentuh oleh banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan yang sama sekali tak spesial di hatinya. Aku rela kalau memang dia bersama dengan orang yang Ia cintai," doaku pada Tuhan di dalam gereja ini. Di depan salib, aku menangis.

"Oh Tuhan, juga maafkan aku yang telah ingkar pada imanku. Semoga Engkau mengampuniku, dan tetap bermurah hati untuk terus menuntun dan melindungi langkah-langkahku," ucapku kembali pada Tuhan dalam doaku. Memohon ampunannya terlebih dahulu, sebelum aku meminta sebuah permohonan yang mungkin paling kurang ajar. "Tuhan, kalau boleh. Jadikan aku penghuni hati Ghia. Aku ingin mencintainya, dan dicintai olehnya. Semalam saat aku tidur dalam pelukannya, seluruh rasa kalutku, sedihku, seolah sirna. Dia membuatku merasa damai dan bahagia. Tuhan, tolong ijinkan aku untuk bahagia bersamanya," pintaku diakhir doa.

Kuatur nafasku dan mengatur hatiku agar siap menemui Ghia di mobil. Setelah aku merasa siap, aku segera melangkah meninggalkan gereja dan menghampiri Ghia yang tampak sedang beristirahat di dalam mobilnya. "Hey, I'm done," ucapku pada Ghia yang kepalanya sudah menoleh padaku saat membuka pintu. "Makan dulu yuk," ajakku padanya.

"Okey, Cel," ucapnya singkat dan langsung memperbaiki posisi duduknya. "Kita makan di nasi goreng kambing yang dekat kampus yuk," ajak Ghia. Aku setuju saja dan kami langsung menuju ke tempat yang Ghia maksud. Ke mana saja kamu mau, Ghi.

********************************

Malam - Buku 3 dari Trilogi Our UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang