First Chip

12 1 0
                                    

Bagai pisau bermata dua begitulah teknologi yang diciptakan manusia. Leluhur ke-19 terlibat langsung menanamkan perangkat pada tubuh manusia.

•••••••••••••••

Tahun 1971

Kami berhasil mengembangkan sebuah cip dari gabungan mikroskop cip lainnya. Ini berkat usaha dari Ted Hoff, Federico Faggin dan Masatoshi Shima. Mereka adalah ilmuwan dibidang perangkat lunak yang masing-masing bekerja di perusahaan intel.

Sebetulnya sejak 1970 kami mulai menggabungkan berbagai cip. Mencari kelebihan dan kekurangan dari perangkat kecil itu hingga terciptalah cip 4004 yang rencananya digunakan untuk membantu kecepatan komputer.

Perusahaan intel memasarkan cip itu pada bulan November dan pesanannya semakin melonjak drastis. Kami berusaha sebisa mungkin memenuhi permintaan konsumen. Hingga seseorang dari perusahaan biologi dan kimia tertarik untuk menjalin kerja sama dengan kami.

Pada mulanya mereka menginginkan uji coba dari cip 4004 dengan cara menanamkannya ke tumbuhan juga hewan. Alasannya mereka ingin melihat reaksi yang diterima juga mengumpulkan informasi secepat mungkin dari eksperimen tersebut. Jika berhasil maka tidak menutup kemungkinan manusia bisa ditanami cip.

Aku yang mendengarnya terkejut sebab sampai detik ini belum ada ilmuwan yang memasang perangkat lunak ke tumbuhan maupun manusia. Hal ini baru terjadi pertama kali dalam sejarah. Atau harus kubilang uji coba yang menantang.

Hah, manusia lagi-lagi bermain-main dengan hal berbahaya. Kami tidak bisa mencegah keinginan mereka sebab mereka juga memberi bantuan dana dalam perkembangan cip ini.

Kemudian, setelah kesepakatan juga aturan dibuat para ilmuwan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Aku dan Masatoshi Shima ditunjuk mengawasi pemasangan cip pada jaringan hewan, sedangkan sisanya fokus kepada tumbuhan.

Kami memakai tikus juga kelinci sebagai ekspresimen awal. Mula-mulanya hewan itu dibius terlebih dahulu lalu cip berukuran mikroskopis ditanamkan di sekitar leher mereka. Tentu cip yang dipasang sudah diujicobakan sebanyak beberapa kali dengan menyesuaikan ukuran hewan tersebut.

Ekspresimen ini tidak berjalan sebentar. Butuh satu tahun untuk melihat hasilnya. Namun, sayang sekali hewan-hewan itu mati karena tidak kuat menahan tekanan cip. Sementara itu bagi tumbuhan tidak mengalami perkembangan dan cip yang dipasang mengalami kerusakan.

Mungkin jaringan selnya tidak cocok.

Kami tidak menyerah. Bisa dikatakan ambisi juga nafsu kami akan pengetahuan berhasil menutupi akal sehat kami.

Hewan-hewan malang itu kembali diujicobakan. Sampai di eksperimen ke 1000 salah satu tikus berhasil bertahan. Kami pun menerima berbagai informasi dari gelombang otaknya mengenai cara berkembang biak, bertahan hidup, mencari makan dan sebagainya.

Ini sebuah kemajuan bagi ilmu pengetahuan! Seluruh tim sangat senang. Cip yang dipasang pada tumbuhan mulai mengalami perkembangan.

Tidak sia-sia kami melembur di lab.

Lalu, para sponsor mulai menyebarkan berita bahwa cip layak dipasang di tubuh manusia. Mereka memakai embel-embel bahwa cip bisa membantu manusia dalam berbagai hal salah satunya menyerap informasi.

Tentu pemasangan cip pertama ke sel kulit manusia memakan banyak biaya. Bahkan siapa pun yang mau dipasangkan cip dibayar juga!

Ya, hasilnya beberapa orang miskin, gelandangan dan pencurilah yang banyak mendaftar.

Kami tidak menggunakan cip yang sama dengan hewan pun tumbuhan. Kami membuat cip baru dengan transponder mikroskopik untuk ditanam ke jaringan kulit.

Sebelumnya transponder itu sudah dilengkapi beberapa informasi dasar yang jika berhasil bisa berguna bagi pemakainya.

Pemasangan transponder tidak mengalami kendala sama sekali. Kami tinggal menunggu reaksi pertama. Jadi, kami mengumpulkan orang-orang itu di sebuah ruangan.

Para peneliti memperhatikan dari luar kaca sambil mempersiapkan diri.

Hingga kejadian di luar kendali kami terjadi. Beberapa transponder yang dipasang untuk pertama kalinya berkedip. Oh! Kami sangat senang, tetapi detik berikutnya berkas sinad kemerahan menembus kulit seakan menunjukkan tanda bahaya!

Benar saja detik berikutnya orang-orang itu mulai bergerak secara aneh. Mereka berjalan dengan gaya patah-patah lalu tanpa aba-aba saling menyerang satu sama lain!

Aku masih ingat jelas betapa kacaunya hari itu.

Seluruh orang berusaha menyelamatkan diri dari manusia cip. Anehnya, bola mata mereka juga berwarna merah seolah-olah seperti dikendalikan.

Padahal kami yakin cip yang kami gunakan bebas dari virus atau patogen lainnya.

Apa ada yang berniat mencelakai kami?

Entahlah, satu hal yang kuingat setelah manusia cip mengamuk tak tentu arah mereka serentak meledak.

Hanya beberapa yang selamat itu pun tidak bisa pulih 100%

Apa ini hukuman karena kami bermain-main dengan Ciptaan-Nya?

Tertanda,

Takeshiko Chiyo

•••••••••••••••••••

Sudah kuduga pasti cip implan dulu eror dan baru bisa sempurna seperti zaman sekarang setelah mengalami beberapa uji coba. Rupanya banyak yang ilmuwan tutupi dari masyarakat awam. Menarik.
.
.
.

Ps: Sisa 8 hari lagi owowowowowow~

20 SesonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang