Pada saat itu gunung terbesar di pulau kami kembali memuntahkan lava beserta hal-hal yang tak pernah manusia bayangkan. Kemudian, leluhur ke-14 menerima bisikan-bisikan magis pertamanya.
••••••••••••••••••
Tahun 1707
Di bulan ke-12 saat salju sedang menumpuk kami harus menerima peristiwa ganjil lainnya. Gunung Fuji yang selama ini mengawasi kami tiba-tiba terbangun. Dalam waktu lima hari cairan merah dan abu pekat berlomba keluar dari kawah puncak. Lelehan cairan merah memanjang menuruni lereng menghasungkan sebagian desa dekat kaki gunung.
Dalam peristiwa itu ratusan korban tak selamat apalagi yang mendiami kaki gunung. Kami pada zaman ini hanya bisa terpaku saja sembari menyelamatkan diri sebisa mungkin. Kami terlalu takut menyaksikan peristiwa itu.
Mengirimkan bantuan secepat mungkin dirasa mustahil sebab salju mulai menghalau jalan kami di beberapa daerah.
Sementara itu, aku dan penduduk yang tinggal dalam jarak 20 km sudah pindah secara serentak saat letusan ke enam di hari ke tiga. Kami pindah menuju desa lain yang sangat jauh. Kami hanya memikirkan diri sendiri, bahkan kami tidak tahu kabar dari Desa Subashiri yang terletak sekitar 10 km di bawah lereng.
Itu benar-benar bencana mengerikan. Seluruh jalan dipenuhi abu. Bernapas rasanya sulit dan pandangan mengabur. Beruntunglah dengan tekad kuat sebagian dari kami hidup, sedangkan sisanya tewas di jalan karena kelelahan juga tercekik abu dari gunung.
Nah, setelah sampai di desa yang jaraknya sekitar 50 km dari Gunung Fuji kami diberi bantuan. Aku bisa menyaksikan pihak-pihak pemerintah juga desa menangani hal yang bisa mereka lakukan. Seperti menyembuhkan luka dan memberikan makanan.
Anehnya, saat pembagian makanan ada buah yang baru pertama kali aku temui. Bulat segar, kulitnya mengkilat dan ketika orang-orang memakannya katanya manis.
Mereka bilang buah itu merupakan pemberian dari seorang wanita yang terlebih dahulu tiba ke mari. Wanita itu pun berasal dari salah satu desa dekat kaki Gunung Fuji. Mereka bilang setelah memberi segerobak buah ini si wanita dan beberapa orang lainnya segera pergi lagi.
Katanya dia harus memberikan buah ini kepada kami.
Mencurigakan. Jadi, kuputuskan tidak memakannya dulu.
Walaupun sudah diberikan bantuan tetap saja situasinya tidak nyaman. Hujan abu, suara guruh dan kilatan petir terpampang jelas dari puncak gunung. Kami tidak bisa tenang sebab beberapa kerabat kami yang tinggal dekat sana belum ditemukan kabarnya.
Hah, benar-benar menyusahkan sekali bencana alam ini. Dan kesulitan terus bertambah. Satu minggu kemudian seorang wanita muda dari desaku ditemukan tewas setelah memakan dua buah apel. Ya, nama buah itu adalah apel.
Jasadnya segera dikuburkan tak jauh dari desa yang kami singgahi. Orang-orang mulai mencurigai satu sama lain hingga ada kabar buruk kalau buah itu memiliki kutukan.
Lelucon macam apa ini? Menurutku buah itu ya biasa saja. Sama seperti buah normal. Bahkan aku yang awalnya curiga jadi terbiasa memakannya. Hmn, apa salahnya?
Walaupun banyak isu tak sedap soal buah apel yang dulu sekali pernah merenggut nyawa. Mungkin buah yang dulu terlihat mirip dengan buah sekarang sepertinya.
Hah, ada-ada saja pemikiran warga itu.
Kemudian, saat makan siang telah usai aku menyantap beberapa potong buah apel. Rasanya menyegarkan. Akan tetapi, di detik berikutnya seluruh indera perasaku mati rasa. Kepalaku mulai pening dan saat itulah aku jatuh tak sadarkan diri.
Dalam kondisi setengah sadar aku melihat seluruh ruangan diliputi asap tipis. Kudengar suara lonceng kuil menggema dan dari luar ruangan beberapa orang berpakaian bagus memasuki tempatku.
Bahkan si wanita yang tewas pun ada. Di depannya tampak seorang wanita dengan pakaian pengantin menunduk ke arahku. Wanita itu membelai pipiku sambil berkata bahwa dia telah menemukan pilihannya dan akan membantuku setelah letusan Gunung Fuji selesai.
Wanita itu menyebut dirinya Sakuya.
Entah apa yang dia rencanakan yang pasti setelah bencana ini selesai. Aku mampu menuju tempat Sakuya di Gunung Fuji.
Dia berencana membangkitkan keturunannya yang handal dalam bidang mistis. Maka dari itu aku harus memutus ikatanku dengan keluarga asliku.
Sayang sekali hidupku diabadikan untuk berlutut di kaki penguasa roh.
Tertanda,
Takeshiko Kamura.
••••••••••••••••••
Tidak ada komentar untuk kisah ini.
.
.
.Ps: Hikss hari ke sekian semoga kalian suka owo kisah diambil dari letusan nyata oqowowwo dan desa Subashiri itu beneran hilang karena letusan Gunung Fuji. Sampai sekarang para ahli Jepang lagi berusaha menemukannya. Katanya buat mencegah kondisi kalau suatu saat Gunung Fuji meledak lagi.
Apalagi daerah sana di zaman sekarang dah padat penduduk. Gak kebayang pas meledak di zaman modern ngeri kaliii
KAMU SEDANG MEMBACA
20 Seson
Narrativa Storica[UNBK WGA Gen 9] [The History Journal] . . 20 leluhur menatapmu. Cawanmu terangkat dan telah diisi arak merah. 20 leluhur tertawa. Rasa pahit arak mengguncang lidahmu dan mereka masih terbahak liar. 20 leluhur menyalakan lilin merah. Salah satu di a...