6 - Coffee and Cigarettes

87 10 23
                                    

Cafe is closed today due to an ongoing event.

Nona Chelsea Wijaya memandangi akun Instagram Bean and Bindings dengan seksama. Cukup lama ia menahan satu story yang Jia unggah sepuluh menit yang lalu.

"Di Bean lagi ada event apaan, Von?" tanya Chelsea kepada Ivona yang sedang menyantap sarapan pagi bersamanya. Tadi malam kedua gadis itu kebetulan datang ke acara yang sama dan menginap di hotel yang sama pula.

"Oh, itu. Community Gathering-nya books and coffee lovers."

"Oh... yang kayak biasa itu ya."

Ivona mengangguk sambil memakan satu croissant-nya. Chelsea kemudian melanjutkan melihat story-story Instagram teman-temannya, hingga story milik Malik muncul, membuat Chelsea kembali menahan tangannya pada layar ponsel.

"Ini siapa?"

"Siapa?" Ivona bertanya kembali.

Chelsea menunjukkan ponselnya kepada Ivona. Menunjukkan sebuah foto yang Malik upload pada story Instagram-nya. Sebuah foto seorang perempuan yang Malik tidak tunjukkan wajahnya. Yang Chelsea tahu, perempuan itu memiliki rambut panjang dan ada cincin di jari telunjuknya. Dari melihat itu saja, Chelsea tahu perempuan ini memiliki style yang bagus.

"Indira kayaknya." jawab Ivona santai.

"Indira?"

"Lo kenal deh, Chel. I remember Malik cerita kalau Indira ini pernah private make up sama lo."

Chelsea termangu, berpikir untuk beberapa saat. Hingga ia tersadar dan paham betul Indira siapa yang Ivona maksud.

"Indira? Indira yang itu?"

Ivona mengangguk, meski Ivona tidak paham apa maksud perkataan Chelsea kepadanya.

Chelsea kehabisan kata-kata. Banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Ivona. Namun Chelsea tahu, Ivona sendiri tidak akan bisa menjawab pertanyaannya itu.

Chelsea juga tahu, bagaimana sejak hari itu, Malik selalu mencari keberadaan Indira bahkan bertanya beberapa kali kepadanya. Chelsea pikir, Malik akan menyerah dan melupakan Indira. Chelsea juga berpikir, rasa yang Malik miliki untuk Indira itu hanyalah perasaan sesaat. Namun ternyata, Chelsea salah besar.

"Kok bisa ketemu Indi lagi?" tanya Chelsea akhirnya.

"Dia kerja di Aurora, jadi Marketing."

Chelsea mengangguk lalu tertawa kecil. "Sumpah, gue masih shock sih ini. Gue enggak nyangka Malik bisa ketemu lagi sama Indi."

"Dari ceritanya Malik emang lucu sih. Gue sama yang lain juga tahu banget, gimana tuh anak terima banyak kerjaan dari orang-orang cuma buat nyari Indi." Ivona menimpali sambil tertawa.

"Padahal gue udah bilang, dia enggak perlu capek-capek ke sana kemari. Karena Indi pasti bakalan muncul lagi. Malik... Malik..." Chelsea menggeleng, masih tertawa. "Terus... mereka gimana? Pacaran?"

"Belum kayaknya. Indi juga baru sebulan kerja di Aurora. Tapi emang jadi sering bareng gitu sih."

Chelsea terdiam agak lama sambil kembali memandangi ponselnya. "Gue boleh datang enggak sih ke kafe?"

"Kalau lo books or coffee lovers, feel free to come."

"Tapi temenin gue dong, Von."

Ivona menatap Chelsea aneh. "Tapi, gue bukan books or coffee lovers?"

"Ya, gue juga... tapi gue cuma pengin datang! Ayo lah, Von..."

Ivona tampak berpikir sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Chelsea. Toh, setiap hari jika tidak ada pemotretan atau kerjaan endorse yang padat, Ivona selalu duduk di Bean and Bindings. Terkadang, ia hanya duduk sambil membuka laptop dan ada kalanya Ivona membantu Mai di kasir.

Dissonance: Coffee, Books & SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang