12 - Literary Open Mic Night

83 11 25
                                    

"Kok belum pulang lagi sih?"

Malik tersenyum membaca satu pesan yang baru saja muncul di ponsel yang ia letakkan di atas meja bar.

"Kakak mau aku ngambek ya?"

Senyuman Malik semakin lebar hingga membuatnya mengambil benda itu dan memutuskan untuk segera membalas pesan Kaluna sebelum adik perempuan satu-satunya itu benar-benar merajuk dan membuatnya segera berlari ke rumah hanya untuk membujuk perempuan itu.

"Iya... malam ini, Kak Malik pulang kok." gumam Malik sembari mengetik di ponselnya.

"Malik,"

Malik mendongak dan seketika wajahnya sumringah begitu melihat seseorang yang menyapanya adalah kakak tingkatnya di kampus.

"Eh, Bang Gaga." balas Malik sambil menyambut uluran tangan Gaga, yang pernah satu kampus dengannya itu. "Apa kabar, Bang?"

"Baik, Jun. Makin sukses aja nih, owner." singgung Gaga membuat Malik menyengir.

"Dari mana, Bang? Seinget gue, kantor lo kan enggak di sini."

"Ada meeting di dekat sini, Lik, kebetulan mau ada acara gitu, jadi sekalian aja mampir."

"Sayang, udah jadi mesen belum?"

"Eh, belum. Ini loh, temen yang aku ceritain. Dia yang punya kafe di sini." kata Gaga kepada Shelma.

"Oooh, halo! Salam kenal ya."

Malik hanya mengangguk, sambil memperhatikan perempuan yang dipanggil Shelma itu berjalan ke belakang, menghampiri beberapa orang yang datang bersamanya.

"Cewek lo, Bang?" tanya Malik penasaran.

"Iya," Gaga terkekeh. "Eh, by the way, Lik, kafe lo nerima pesanan buat acara nikahan gitu nggak?"

"Nerima, Bang. Tapi jarang sih, sekali-kali. Kenapa tuh? Buat nikahan lo?"

"Iya." Gaga terkekeh lagi. "Nomor lo yang mana deh sekarang? Nanti gue chat aja."

Malik mengambil ponsel Gaga dan kemudian mengetikkan nomornya dengan cepat di sana. "Nih, udah gue save juga ya, Bang."

"Thanks, Lik."

Malik tertawa. "Ya udah, mau pesen apa?"

"Americano-nya tiga, dua lagi—Shel, kamu sama Mbak Raras mau apa?"

"Latte aja, Bebas!" teriak Shelma dari tempatnya.

"That's it. Latte aja, bebas mau apa. Lo aja yang buatin, Lik."

"Sip. Totalnya jadi seratus sepuluh ribu ya. Roti enggak?"

Gaga menggeleng sembari mengeluarkan kartu dari dompetnya. "Enggak, kita baru kelar makan, masih kenyang. Nih."

"Thanks, Bang. Seneng ketemu lo lagi. Sering-sering dong ke sini."

"Amaan... ntar kapan-kapan mampir lagi ya."

Malik hanya tersenyum membalas ucapan Gaga dan melihat lelaki itu kembali menghampiri teman-temannya di salah satu meja.

Siang itu masih sepi, hanya ada Malik dan Elang yang sedang sibuk membuat croissant di dapur. Selain Malik, ada Mai juga yang menemaninya. Saat sedang menyiapkan pesanan Arjun, bel kerincing di pintu masuk berbunyi hingga membuat atensi Malik menoleh ke arah sana.

Tampak Harsa dan Ivona yang baru saja kembali dari kampus, keduanya berhenti berjalan begitu mengenali Gaga dan menyapa lelaki itu. Tak lama, Jia pun datang.

Dissonance: Coffee, Books & SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang