13 - Menerima

63 10 19
                                    

Malik tahu, sepenggal konversasi dari karya penulis itu, memberikan efek yang menyakitkan untuk Indira. Malik mengerti, Indira pasti teringat lagi dengan ayahnya.

Malik mengerti, Indira merasa dirinya tidak cukup baik dan layak untuk ditinggalkan ayah. Malik sadar, Indira sebenarnya tidak ingin merasakan perasaan itu. Malik juga tahu, Indira tidak punya pilihan lain karena ia tak mampu mengatur perasaannya sendiri.

Malik menatap punggung Indira yang berhenti berlari. Tangan kanan menahan dirinya di dinding. Indira bersandar pada dinding itu, merosot terduduk ke lantai dengan napas yang sesak. Tak lama, Indira membiarkan air matanya mengalir dan menangis terisak.

"Indi," Malik menghampiri perempuan itu setelah lama berdiam dan memperhatikannya. Awalnya, Malik merasa ragu untuk mendekatinya. Namun untung saja, Indira tidak lari dan mengusir kehadiran Malik di dekatnya.

"Gue bodoh banget..." ucap Indira di sela isak tangisnya. "Gue enggak profesional. Kak Noe pasti bakalan marah. Semuanya pasti marah dan kecewa."

Malik tahu, bukan itu sebenarnya yang Indira khawatirkan. Ia hanya menggunakan itu sebagai tameng, bahwa Indira bukan bersedih karena konversasi dalam karya tersebut.

"Gue bisa bantu jelasin ke Kak Noe—"

"Jelasin apa?" Indira meringis kecil. Manyapu air mata yang mengalir di pipinya. "Ini urusan gue, Malik. Enggak apa."

"Indi... kalau mau nangis, nangis aja." kata Malik. "Enggak ada yang larang lo untuk nangis. Gue tahu, gue paham kenapa lo nangis."

"Lo enggak paham, Lik!" Indira tiba-tiba bangkit berdiri dan meninggikan suaranya kepada Malik. "Lo enggak tahu perasaan gue. Lo enggak punya keluarga yang hancur kayak gue!"

Malik terdiam. Begitu pula dengan Indira yang tersentak karena ucapannya sendiri. Sungguh, Indira tidak bermaksud berkata demikian kepada Malik. Namun lagi-lagi, ia tanpa sengaja melukai Malik dengan kecemburuan dan masalahnya sendiri.

"Lik... maaf, bukan itu... maksud gue..." gumam Indira, mengusap wajahnya sendiri dengan frustasi.

Malik menghela napas, berjalan mendekat dan merengkuh Indira dalam pelukannya. Indira menangis sejadinya, membalas pelukan Malik dengan kuat. Dalam tangisannya, Malik dapat mendengar kesedihan, kesepian, dan kekesalan yang Indira rasakan selama ini.

***

"Halo, aku Dkatriana. Seneng banget bisa kepilih ngomong di panggung gini, Hehe. Aku mau ceritain sedikit tentang salah satu karyaku. Buku ini menceritakan seorang idol KPOP yang lagi kena skandal lalu isekai ke dunia lain, dan dirinya terbangun sebagai pemimpin kesatria air penjaga Kota Marmoris. Jadi buku ini genre fantasi ya. Aku setuju buat bawain buku ini di sini karena Into the New World adalah novel fantasi pertama yang Aurora Books terbitin sekaligus buku pertama yang aku terbitin juga."

"Wah... berarti bukunya udah bisa dibeli ya, Kak?"

Sang penulis mengangguk dengan seulas senyum malu di wajahnya. "Kalau mau tahu kelanjutannya, beli aja bukunya, ada di depan."

"Hahahaha langsung dipromosiin! Terima kasih, ya!" sahut Vyna menyambut dengan tawa. "Kita ambil lagi ya, satu nama terakhir, nih! Ada... RoxyRough!"

"Halo, semuanya! Selamat malam. Aku mau bawain sedikit dari karya aku yang berjudul Re-Hello. Cerita ini bercerita tentang pertemuan dua orang yang tanpa mereka sadari akan berlanjut lebih dari sekali dan setelah mengalaminya, mereka jadi sadar kalau ternyata jatuh cinta itu sederhana. Kayak sesimpel perasaan cinta yang bisa tumbuh lebih cepat tanpa mereka tahu karena udah terbiasa bersama."

Dissonance: Coffee, Books & SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang