Happy Reading!
Di hari minggu, biasanya sebagian orang habiskan untuk bermalas-malasan melepaskan penat usai beraktifitas bekerja maupun bersekolah. Namun berbeda dengan Salwa yang kini sudah berkutat di dapur dengan di temani mbok Susi.
Gadis dengan piyama bermotif Pikachu itu nampak tengah membersihkan beberapa sayur sebelum di potong kecil-kecil.
"Mbok Susi punya anak?" tanya Salwa basa-basi.
Ntahlah ia hanya iseng bertanya seperti itu, sejujurnya Salwa sedikit penasaran dengan wanita paruh baya yang bekerja di rumah Alif ini, ralat rumah mereka berdua.
"Punya, anak mbok sebaya sama non Salwa juga," jawab mbok Susi ringan.
"Cewek ya, mbok?" Tanya Salwa lagi.
Mbok Susi mengangguk seraya tersenyum kecil. "Iya, kadang kalo mbok liat non Salwa, mbok jadi teringat sama anak mbok."
"Kenapa enggak ikut mbok ke sini aja? Aku bakal senang kalo dia di sini, biar bisa jadi teman aku," oceh Salwa tanpa menghentikan kegiatannya yang sedang memotong sayuran.
Sejenak mbok Susi terdiam, tatapan wanita paruh baya itu berubah sendu. "Maunya gitu, tapi sekarang dia udah enggak ada."
Salwa terdiam dengan tangannya yang berhenti memotong-motong sayuran. Tatapan bersalah Salwa tunjukkan pada mbok Susi.
"Maafin aku ya mbok, ak---"
Dengan cepat mbok Susi menyela ucapan Salwa seraya tersenyum kecil. "Gpp kok non, kan non Salwa ga tau."
Helaan nafas Salwa hembuskan pelan, sedikit tak enak pada wanita paruh baya itu. Apalagi saat melihat wajahnya murung.
"Oh ya semalam mbok bikin cake loh non, tapi non Salwa sama pak Alif sudah tidur, jadi mbok simpen di kulkas. Non Salwa mau nyobain?" Ujar mbok Susi. Mengalihkan pembicaraan saat melihat raut bersalah majikannya itu.
Raut yang tadinya penuh rasa bersalah, kini menatap mbok Susi berbinar. "Mbok Susi bikin cake? Aku mau nyobain dong mbok!" ujar Salwa antusias.
"Tunggu di meja makan aja non, mbok mau ambil cake di kulkas." Mbok Susi melangkah menuju kulkas.
Sedangkan Salwa melangkah menuju meja makan. Cake adalah makanan favorit Salwa. Tentu saja Salwa menjadi semangat saat mendengar cake.
Sembari menunggu mbok Susi, Salwa menopang dagu. Hingga saat mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Perhatikan gadis itu beralih melirik anak tangga.
"Pak Alif udah bangun?" Salwa beranjak dari kursi saat melihat Alif menuruni anak tangga.
"Hm, kamu lagi ngapain?" Kini Alif sudah tiba di dekat Salwa.
Pria yang terlihat baru saja selesai mandi itu menarik kursi di samping Salwa. Lalu mendudukkan bokongnya di sana.
"Nungguin mbok Susi ambil cake," jawab Salwa sekenanya.
"Nih cake nya non, sekalian saya bawain buat pak Alif juga." Mbok Susi meletakkan piring berisi cake yang sudah di potong kecil-kecil.
"Ayo mbok kita makan sama-sama," ajak Salwa semangat.
"Ga usah non, mbok mau lanjutin masak yang tadi," tolak mbok Susi tak enak. Tentu saja ia menolak karena tak enak hati duduk satu meja dengan majikannya.
"Yah, mbok Susi ga asik." Salwa cemberut.
Melihat itu mbok Susi maupun Alif hanya terkekeh kecil.
Setelah mbok Susi pergi, hanya tersisa Alif dan Salwa yang sama-sama diam sambil menikmati cake yang di berikan mbok Susi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK DOSEN ITU SUAMIKU!
General Fiction[Sebelum membaca biasakan untuk follow terlebih dahulu] Note : Judul dan Cover di ubah ( Judul sebelumnya "THE LECTURER IS MY HUSBAND" ) *** "Kesalahan yang saya buat memang sangat fatal, tapi karena itu lah saya bisa mengenalmu" ~ Alif Wildan Al-a...