22. Keputusan berat

305 58 21
                                    

Selamat membaca

Jangan lupa vote dan komen ya!

Beberapa hari belakangan ini Aisyah dilanda musibah yang mengharuskan ia mengurus surat pengunduran diri dari perusahaan tempat ia bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari belakangan ini Aisyah dilanda musibah yang mengharuskan ia mengurus surat pengunduran diri dari perusahaan tempat ia bekerja. Memang musibah apa yang menimpa dirinya? Antara lain Freya yang kesehatannya makin menurun sampai rambutnya terus rontok, Maria tiba-tiba jadi anak yang super duper rewel, dan Galatea juga jika tidak ada sang ibu akan mengalami demam namun jika ditunggui sang ibu tidak demam.

Tiga anaknya itu butuh perhatian lebih dari seorang ibu maka dari itu mengharuskan Aisyah rela meninggalkan pekerjaannya. Lagipula ia sudah mendiskusikan dengan suaminya mengenai rencananya resign untuk fokus mengurus anak, dan suaminya juga mengizinkannya.

Masalah ekonomi nanti bagaimana? Dipikir nanti dulu, terpenting anak-anaknya tidak sakit-sakitan. Jadi Aisyah juga memberhentikan Wati sebagai pengasuh dua anak terakhirnya karena finansialnya pincang.

Saat ini Aisyah pergi ke kantornya untuk menyerahkan surat fisik pengunduran diri kepada atasannya. "Maaf banget pak. Saya resign karena mau fokus ngurus anak dulu."

"Ah iya," kata Harianto menerima surat pengunduran diri darinya. "Kamu mau jadi ibu rumahtangga?"

Aisyah menganggukkan kepalanya iya. "Untuk saat ini iya pak soalnya anak-anak saya butuh perhatian saya."

"Nggak takut kelaparan kalau punya anak banyak?"

"InshaAllah nggak pak. Biar rezeki diatur sama yang diatas." jawab Aisyah.

"Suami mu cuman masinis jarang pulang, salary-nya juga banyakan kamu. Kamu beneran ambil keputusan resign? Nanti gak bisa beli baju lingerie yang mahal-mahal." ucap Harianto seperti merendahkan suaminya.

"Yang penting suami saya masih bertanggungjawab menafkahi anak sama istrinya, udah Syukur alhamdulillah pak." kata Aisyah masih bisa sopan karena masih menghormati atasannya.

"Makanya jangan punya banyak anak kalau masih miskin." kata Harianto tiba-tiba.

"Iya pak. Nggak usah ngurusin kehidupan pribadi saya juga. Masalah punya anak atau miskin nggak-nya biar jadi urusan saya sama suami saya," balas Aisyah.

Harianto menunjuk pintu keluar ruangannya menggunakkan salah satu tangannya seolah menandakan Aisyah harus pergi dari ruangan itu. Aisyah paham, ia pun berpamitan dan memberi salam pada atasannya yang baru saja menghinanya. "Dasar orang kaya gak sopan," dumelnya di saat di parkiran.

"Awas aja lu bangkrut," sebelum ia pergi dari perusahaan itu, Aisyah melihat gedung tinggi perusahaannya tempat ia bekerja selama kurang lebih sembilan atahun. "Bye gaji dua digit, welcome to be ibu rumahtangga."

"It's okay kata ayang pasti nanti ada rejeki yang lain."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serumah beda keyakinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang