Connor menghentikan langkah tatkala di depan pintu private room. Dirinya menatap rupa cantik yang Tuhan kasih untuk Ashley. Bibir ranum berwarna merah muda sangat menggoda untuk dihisap.
Membayangkan betapa nyaringnya bibir yang masih terkatup itu mengalunkan erangan penuh kenikmatan.
"Sungguh. Kamu cantik sekali, Kitten," gumamnya memuji.
Senyuman yang menambah kesan sempurna bagi sosoknya itu tampak terpatri di rupa.Connor tetap memusatkan atensi dari remaja belia dalam gendongan bridal. Pintu yang tiba-tiba terbuka membuatnya mengerjap seraya mundur beberapa langkah.
"Kamu membawa siapa?" tanya pria dewasa berambut gelap dengan alis tebal yang tampak mengernyitkan dahi menatap Connor membawa seorang remaja yang tak sadarkan diri.
"Entah, aku menemukannya di kamar mandi dan sudah tidak sadarkan diri." Connor menjawab setelah kembali memusatkan atensi kepada Ashley.
"Aih? Kamu masuk kamar mandi perempuan? Mesum sekali!"
"Mana ada aku masuk kamar mandi perempuan! Mengatai mesum pula!"
"Tadi kamu bilang menemukannya di kamar mandi? Tidak mungkin juga dia berada di kamar mandi pria."
"Dia memang berada di kamar mandi pria, Louis!"
"Apa iya?"
"Terserah kamu saja."
Louis menatap Connor penuh curiga dan tak percaya. Namun, mengetahui remaja belia yang Connor gendong membuatnya yakin jika bisa saja remaja itu memang mabuk lalu tak sadarkan diri di kamar mandi pria.
"Bawa masuk saja jika begitu. Kita pakai. Lagi pula minggu ini Jerry tidak punya perempuan baru yang dapat kita pakai. Masih perempuan minggu lalu."
Connor terdiam beberapa saat. Ragu mendadak membelenggu. Ada rasa tidak tega jika remaja dalam pangkuannya harus dibagi kepada pria lain meskipun dirinya tidak tahu apakah Ashley sudah lebih dulu dimiliki oleh pria lain atau belum.
"Aku bawa pulang saja, Louis. Aku ingin memilikinya."
Pria dewasa di hadapannya yang dipanggil Louis itu pun mengerjap. Mengernyitkan dari kembali.
"Memilikinya?" Louis bertanya; memastikan jika pendengarannya tidak salah. "Memiliki remaja itu?" Tunjuknya kepada Ashley yang memang kelihatan cantik. Louis mengakui.
"Iya, Louis. Lihat, apakah kamu tidak tergiur untuk memilikinya?" Connor sedikit memiringkan tubuh agar wajah Ashley dapat dilihat Louis lebih jelas lagi.
Louis terdiam. Menikmati mahakarya Tuhan yang tertuang dalam sosoknya Ashley.
"Bulu matanya sangat lentik. Bibirnya sangat menggoda, lihat. Kamu ingin menciumnya tidak, huh? Jika aku tentu saja ingin menciumnya dalam-dalam."
"Seperti ini?" Louis tiba-tiba mencium Ashley. Namun, karena Connor sadar Louis akan mencium Ashley, ia lebih dulu mundur alhasil ciuman Louis yang hendak mendarat di bibir pun mendarat di pipi.
"Eits! Apa itu?" Connor menatap Louis dengan tatapan tak suka. "Jangan melangkahiku, Louis! Aku yang menemukannya dan aku belum menciumnya!"
"Sedikit saja Connor, aku penasaran."
Louis sudah hendak mencium bibirnya Ashley tapi Connor lebih dulu mundur. Kali ini ciumannya tidak mendarat meskipun bibir pria dewasa tersebut sudah mengerucut hendak mencium.
"Argh! Pelit sekali kamu, Connor! Remaja itu pun bukan milikmu. Kamu sudah melarangku untuk menciumnya."
"Iya saat ini belum, tapi beberapa jam ke depan akan menjadi milikku. Jadi aku tidak mau kucingku lebih dulu dicium oleh pria lain. Harus aku yang lebih dulu menciumnya."
"Aku sudah mencium pipinya barusan. Kamu kalah cepat."
"Hanya di pipi. Bukan di bibir."
Louis membuang napas panjang.
"Tapi tumben sekali kamu bilang ingin memilikinya. Biasanya kamu bilang ingin menidurinya."
"Aku sudah jatuh cinta padanya. Jadi aku ingin memilikinya."
"Secepat itu, Connor? Serius?"
"Tentu saja. Memangnya kenapa? Kamu keberatan?"
"Tidak." Louis menggeleng. "Tapi kamu baru saja menemukannya lalu kamu jatuh cinta padanya. Kamu tidak takut?"
"Apa yang harus aku takutkan dari remaja secantik ini?" tanyanya dengan dahi mengernyit halus. Melirik sekilas Ashley yang masih tak sadarkan diri dalam gendongan bridal.
"Iya ... bisa saja dia memang dibuang oleh majikannya karena positif HIV?"
Connor terdiam. Kembali melirik Ashley yang memiliki rupa cantik menawan.
"Tidak mungkin, Louis," jawabnya seraya menoleh. "Sepertinya dia belum punya majikan."
"Tahu dari mana?"
"Feeling-ku saja."
"Lalu, jika dia sudah punya majikan bagaimana?"
"Aku akan menjadi majikannya yang baru. Begitu saja repot."
Louis kembali terdiam. Dia tak mau ikut campur lebih jauh. Ia hanya mengangguk karena sudah tahu bagaimana sikapnya Connor yang selalu menganggap remaja belia itu seekor kucing.
Mereka haus akan uang dan perhatian, maka dari itu mereka menghampiri kita. Seperti kucing ketika lapar akan mencari majikannya. Itu yang Connor katakan tatkala teman-temannya bertanya.
"Iya sudah aku mau memesan minuman. Aku ingin menghabiskan malam ini bersama perempuan-perempuan milik Jerry."
"Berapa banyak?"
"Tiga."
Connor mengangguk. "Aku mau pulang. Mau bawa remaja ini ke apartemen."
"Jangan lupa pakai pengaman."
"Tentu," jawabnya melenggang pergi meninggalkan Louis di depan private room.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐋𝐃 𝐌𝐀𝐍
Teen Fictionᵎᵎ mature content! ᵎᵎ an age gap romance adult book ❝Jadilah kucing manis yang patuh kepada majikannya, Kitten❞ Ashley Grace tidak pernah menyangka jika hubungan satu malamnya bersama pria dewasa bernama Connor Rockford akan berlanjut ke...