Persetan dengan kejadian tadi pagi. Siang ini Ashley marah kepada Connor. Bagaimana tidak, saat ini lubang kewanitaannya sangat terasa sakit dan perih. Terlebih rasa linu terus menyeruak sampai ia merasa tak kuat untuk melakukan apa-apa.
“Jika aku pria aku tiduri juga Om Connor dua hari berturut-turut!” gerutunya penuh dendam.
Remaja sembilan belas tahun itu masih berusaha untuk berjalan menuju dapur. Tenggorokannya seret. Namun, baru berjalan beberapa langkah pinggangnya direngkuh secara tiba-tiba. Telapak tangannya cukup dingin menembus pakaian yang Ashley kenakan.
“Kamu mau ke mana, Kitten?” tanya Connor dengan rambut yang sedikit berantakan. “Saya kira kamu kabur karena tidak ada di kamar. Tahunya kamu di sini.”
Ashley masih ingin marah. Namun, kedua tangannya terasa gatal ingin membenarkan rambut pria dewasa yang sudah menatapnya tersebut.
Aroma lemon bercampur dengan mint menguar dari rambut Connor. Ashley merapikan rambut depan Connor agar tidak jatuh ke dahi. Terus dirapikan ke samping sampai dirasanya sudah rapi.
“Sudah.” Mengernyitkan dahi sekilas. “Coba jangan seperti ini potongan rambutnya, Om. Ini buat rambut om jatuh ke dahi.”
Tanpa sadar kini keduanya sudah saling berhadapan dengan kedua tangan Connor melingkar sempurna di pinggang remaja sembilan belas tahun tersebut. Tentu saja Connor tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Memangnya saya harus potong rambut seperti apa, hm?” tanyanya memancing. “Coba kamu rekomendasikan potongan rambut seperti apa yang cocok dengan saya.”
“Apa ya? Aku tidak tahu, Om. Tahu tapi lupa karena sudah lama juga aku tidak menemani Papaku untuk potong rambut.”
“Kamu sering menemani Papa kamu ke barber shop?”“Dulu sering, Om. Sekarang sudah tidak. Papaku juga sibuk bekerja yang buat aku dan Papaku kurang dekat karena tidak punya waktu untuk bersama.”
Connor menyadari perubahan raut wajah Ashley. Mendadak muram. Remaja itu pun terdiam dengan kepala yang sedikit menunduk. Connor mengernyitkan dahi beberapa saat sebelum mengusap kedua pipi Ashley penuh kelembutan.
Ashley mengangkat pandangan. Kini keduanya saling terkunci. Iris mata keduanya bertemu.
“Kenapa, Kitten? Ada apa, hm? Cerita kepada saya.”
Gelengan menjadi jawaban. “Tidak kenapa-kenapa, Om.”
“Jangan bohong.” Connor menjawab. “Saya bukan ahli dalam membaca raut wajah, tapi saya yakin ada sesuatu hal yang menyerang pikiran kamu. Ada apa, hm? Coba cerita kepada saya, Kitten. Kali saja kamu merasa lega setelah bilang kepada saya.”
Remaja di hadapannya itu masih tetap menatap intens. Ditatap sedemikian lekatnya serta usapan hangat di kedua pipi membuat Ashley nyaman. Ia suka. Ini yang ia cari. Perhatian serta kasih sayang dari seorang pria dewasa. Meskipun Ashley mengharapkan itu dari Teddy; Papanya.
“A-Aku rindu Papaku yang dulu, Om ....”
Connor mendengar jelas bagaimana intonasi nada Ashley yang bergetar tatkala berbicara. Air mata pun perlahan memenuhi pelupuk. Wajahnya pun terasa panas secara mendadak.
“A-aku, aku rindu kebersamaan keluargaku yang dulu ....”
Rasanya sanga sesak. Banyak kenangan indah yang sudah terekam dalam kepala. Kini semuanya sudah berubah. Tak lagi sama. Waktu mengubah segalanya dan Ashley benci itu.
“A-aku ri—rindu, Om ....”
“Tidak apa-apa, Kitten. Keluarkan saja semuanya agar kamu lega.”
Tubuh mungil remaja sembilan belas tahun itu pun didekap penuh kehangatan. Mencoba menyalurkan perlindungan. Memberita tahu jika Ashley tak sendiri. Masih ada dirinya yang akan selalu ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐋𝐃 𝐌𝐀𝐍
Teen Fictionᵎᵎ mature content! ᵎᵎ an age gap romance adult book ❝Jadilah kucing manis yang patuh kepada majikannya, Kitten❞ Ashley Grace tidak pernah menyangka jika hubungan satu malamnya bersama pria dewasa bernama Connor Rockford akan berlanjut ke...