CHAPTER 12

2.6K 51 59
                                    

Jika diukur oleh persen mungkin amarah Connor sudah terkumpul sembilan puluh sembilan persen. Ruang depan dengan ruang tengah tidak jauh. Hanya tersekat oleh rak buku yang cukup carang. Connor masih dapat melihat Ashley yang asyik berbaring seraya bermain ponsel di sofa.

Rasa tidak terima setelah dibohongi oleh Ashley masih membara. Hukuman apa yang cocok diberikan kepada remaja belia tersebut? Connor masih asyik berperang dengan pikiran liarnya sendiri.

Suara dentingan ujung gelas beradu dengan tatakan membuat fokusnya lebur. Pria dewasa berusia empat puluh tiga tahun itu kembali memusatkan atensi kepada Teddy. Calon Papa Mertuanya.

"Terima kasih sudah menyelamatkan hidupnya Ashley. Saya sebagai Papanya sangat malu begitu tahu Ashley tidak sadarkan diri di bar. Terlebih di toilet pria."

Karena ruang depan dan ruang tengah hanya tersekat rak buku otomatis Ashley masih mendengar pembicaraan Teddy bersama Connor. Ia mengerjap. Menatap Connor yang satu detiknya menatap balik.

Connor memberikan tatapan penuh isyarat. Entah apa Ashley tidak tahu, tapi yang pasti berbahaya. Ashley menjulurkan lidah; meledek. Membuat raut wajah sejelek mungkin untuk membuat Connor kesal.

"Sial! Kamu membuat saya terangsang untuk menerjangmu, Kitten," batin Connor setelah dahinya mengernyit halus.

Ia masih memperhatikan Ashley yang masih meledeknya sampai Teddy memanggil Connor pun mengalihkan tatapan.

"Prof?"

"Connor. Hanya Connor. Itu jauh lebih dapat saya terima."

Meskipun Teddy merasa tidak enak, tapi ia tetap mengangguk untuk memanggil pria di hadapannya menggunakan nama. Connor sudah memperkenalkan diri sebagai dosen di kampus favorit di Las Vegas. Namun, belum bilang jika kampus yang ia maksud ialah Haven.

"Baiklah, Connor. Saya minta maaf sudah merepotkanmu, terbebani oleh Ashley. Terganggu oleh kehadiran remaja yang belum genap dua puluh tahun."

Connor tersenyum. Ia tidak merasa direpotkan ataupun terbebani, terlebih terganggu. Justru ia bersyukur dapat bertemu dengan Ashley. Ia harus berterima kasih kepada Louis yang mengajaknya ke Jerry's Bar. Mungkin ucapan terima kasih pun tidak cukup. Connor harus menghadiahkan satu kucing untuk temannya itu.

"Tidak sedikit pun saya merasa direpotkan oleh, Ashley. Kebalikannya, saya sangat senang dapat bertemu Ashley. Dia remaja yang menyenangkan dan asyik untuk mengobrol."

Mendengar itu Teddy terdiam. Ia yakin Connor berbohong. Ia tahu Ashley bagaimana belakangan ini. Menjadi tertutup dan seolah tak acuh dengan segala hal. Sampai seperti kemarin. Pergi dari rumah dan tidak kembali.

Semuanya dimulai ketika Teddy bersama Monica sering beradu mulut perihal Teddy yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan Monica yang senang mencari kenyamanan di luar rumah.

Teddy menoleh ke arah ruang tengah. Menatap Ashley yang sudah kembali berbaring dengan ponsel di genggaman.

"Apa benar kamu seperti yang Connor bilang, Sayang? Kamu menyenangkan dan asyik mengobrol? Belakangan ini kamu tidak seperti itu kepada Papa," gumamnya dalam hati. "Tapi jika benar kamu seperti itu, kenapa kamu lebih memilih pria lain daripada Papa kamu sendiri, Ash?" lanjutnya dengan tatapan nanar.

Rasanya sangat asing dan Teddy sadar betul jika ia penyebab luka dari yang ia rasakan saat ini.

"Dengar-dengar, Ashley ingin masuk Haven University ya?" Connor mengangkat suara yang membuat Teddy menoleh ke arahnya. "Ashley bilang seperti itu sebelum ke sini."

"Iya, Ashley memang ingin masuk Haven University. Maka dari itu saya menyuruhnya pulang karena ingin membahas pendaftarannya. Saya dapat info jika pendaftarannya akan segera ditutup."

𝐎𝐋𝐃 𝐌𝐀𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang