Di sinilah Ashley berada. Di apartemen Connor yang cukup luas. Sedari tadi dirinya hanya diam memperhatikan pria dewasa berusia empat puluh tiga tahun itu ke sana kemari di depan penggorengan.
Malu. Itu yang pertama kali Ashley rasakan seraya mengeratkan selimut kecil di tubuhnya yang sudah mengenakan kemeja putih milik Connor yang kebesaran sampai melorot memperlihatkan bahu kirinya yang tampak mulus.
"Wise men say ... only pools rush in."
Ashley mengernyitkan dahi tatkala pria dewasa di hadapannya yang masih telanjang dada-hanya celana kain panjang hitam yang dipakai-tampak bernyanyi; mengikuti lirik lagu yang diputar di ponsel.
"But I can't help ... fallin' in love with you ...."
Connor menaruh pancake buatannya di atas piring. Tak lupa menambahkan krim serta madu. Beberapa potong buah strawberry serta blackcurrant menghiasi pancake yang akan menjadi menu sarapan pagi ini untuk keduanya.
"Ini punya kamu."
Pria dewasa itu memberikan piring pertama yang sudah tampak cantik menggugah selera. Bohong jika Ashley tak tergiur untuk cepat-cepat mencicipi, terlebih aromanya yang harum menguar satu ruangan.
"Take my hand ... take my whole life too ...." Connor masih melanjutkan lirik lagunya yang masih terputar.
"Oh, for I can't help ... fallin' in love with you ...." Diakhiri dengan tatapan penuh arti kepada remaja sembilan belas tahun di hadapan yang sudah kalut dengan perasaannya sendiri.
Lagu pun berakhir. Connor mematikannya ketika lagu berpindah ke lagu baru. Ponselnya yang tergeletak di atas meja dekat Ashley pun dikantongi ke saku celana depan.
"Kamu tahu lagu barusan?" tanyanya sebelum beranjak mengambil susu dari lemari pendingin.
"Kamu tahu, Kitten?" tanyanya lagi seraya menoleh. Ashley pun menggeleng untuk yang kedua kali.
"Tentu saja kamu tidak tahu. Lagunya pertama kali dirilis tahun 1961. Kamu pun belum lahir. Jangankan kamu, saya pun lahir sembilan belas tahun setelah lagunya dirilis," jawab Connor seraya mengambil dua gelas berukuran sedang ke hadapan Ashley.
Di atas meja makan tak ada yang aneh. Hanya ada dua piring pancake serta satu kotak tissue. Connor memberikan salah satu gelas yang sudah terisi susu kepada remaja di hadapannya.
"T-terima kasih, Om."
"Sama-sama cantik."
DEG!
"Heh! Apa itu?! Pak tua ini bilang cantik? Aku cantik? Ishh! Serius?!!" batinnya mendadak malu.
Connor menarik kursi yang akan diduduki tepat di hadapan Ashley. Ia tak dapat melihat betapa merahnya wajah Ashley untuk sepersekian detik.
"Kamu tahu tidak makna lagunya apa?"
Ashley menggeleng. Tak mau mengeluarkan suara karena ia takut menjerit saking tersipu malunya dipanggil cantik oleh Connor.
"Tentu saja kamu tidak tahu lagi, Kitten. Lagunya pun kamu tidak tahu, bagaimana pula kamu tahu makna lagunya."
Ashley terdiam beberapa saat. Ia mengambil segelas susu di hadapan lalu meneguknya karena memang sudah seret tenggorokannya sedari tadi malam.
"Makna lagunya itu tentang seorang pria yang tidak bisa menahan perasaan jatuh cintanya pada perempuan yang dipuja," kata Connor memberitahu.
"Seperti saya yang tidak tahan untuk jatuh cinta padamu, Kitten."
"UHUKK!!"
Ashley tersedak. Bahkan susu yang sudah berada di dalam mulutnya pun harus keluar. Membasahi wajah serta dada telanjang berbulu halus milik Connor.
"Uhukk! Khm!" Remaja itu menepuk dada beberapa kali. Menghiraukan Connor yang masih terdiam dengan sisa-sisa susu masih berada di wajahnya.
"Astaga kenapa kamu itu, hm? Tiba-tiba tersedak sampai susu di mulut kamu muncrat mengenai wajah dan dada saya," kata Connor seraya mengusap wajah menggunakan tissue.
Ashley yang menyadari jika Connor terkena air susu yang berada di mulutnya pun lantas berdiri. Mengambil tissue beberapa lembar lalu mengusap; membersihkan noda susunya dengan perasaan tidak enak.
"M-maaf, Om ... aku minta maaf. Tidak sengaja," ucapnya dengan pandangan fokus menatap dada bidang milik Connor yang sedikit berbulu halus.
Dirasa masih kurang bersih, Ashley menggunakan telapak tangannya untuk mengusap sisa-sisa susu yang masih mengotori dada pria dewasa tersebut.
Ashley mengambil tissue baru lalu menatap Connor yang sudah lebih dulu menatapnya dengan pandangan lekat yang sulit diartikan.
"M-maaf ya, Om ...."
Pipi Connor diusap pelan karena masih meninggalkan bekas susu meskipun sudah dibersihkan oleh pria dewasa itu sendiri sebelum dibersihkan oleh Ashley.
"Jantungku kenapa berdebar seperti ini?" batin Ashley tatkala tak sengaja melirik Connor yang masih menatapnya intens.
"S-sudah," ucapnya dengan usapan akhir di dada Connor untuk memastikan jika pria dewasa itu sudah bersih.
Connor menarik gelas susu miliknya lalu ditumpahkan di dadanya tepat di hadapan Ashley yang refleks menahan gelas susu tersebut.
"Ishh! Kenapa?"
"Dada saya basah terkena tumpahan susu. Tolong bersihkan lagi, Kitten."
"A-apa?!"
Connor menuangkan sisa susu dalam gelasnya tepat di atas selangkan yang membuat Ashley melotot.
"Eh, tumpah lagi, Kitten. Tolong bersihkan juga ya," pintanya yang sudah tertebak akan ke mana arahnya.
Ashley mendengus. Ia sadar tentu saja itu hanya akal-akalan Connor agar ia mengusap-usap tubuhnya.
"Bukan tumpah, tapi memang sengaja ditumpahkan!"
"Memang."
"Ishh tuh 'kan? Kenapa sengaja ditumpahkan? Agar aku kembali mengusap-usap badan Om, begitu?"
Connor mengangguk. "Tentu saja, Kitten. Usapan telapak tangan kamu sangat jauh lebih lembut daripada sutra."
"Berlebihan sekali."
"Itu fakta."
"Hanya perasan, Om."
"Tidak, memang kenyataannya begitu. Sini saya coba lagi," jawabnya seraya menarik tangan Ashley lalu ditempelkan di dada. "Kan? Lembut sekali telapak tangan kamu, Kitten ...."
Ashley hendak menarik tangannya, akan tetapi dicengkeram erat. Terpaksa ia mengikuti kemauan Connor. Membersihkan kembali dada pria dewasa tersebut menggunakan telapak tangan.
Ragu, tapi tangannya ditarik paksa untuk mengusap celana tepat di tengah selangkangan. Gundukan yang sudah terlihat menggembung itu perlahan membesar seiring diusap.
"S-sudah, Om. Burungnya Om bangun," kata Ashley dengan perasaan malu. Wajahnya terasa panas mendadak.
Connor merem melek seraya terus menggesekkan telapak tangan Ashley tepat di kejantanannya yang masih terbungkus celana kain hitam.
"Om, s-sudah, Om ...." Ashley menarik tangannya seraya menggeleng. "Om, arhh ...."
"Saya suka kamu seperti itu. Seperti sedang diperkosa. Lanjutkan, Kitten."
"Gila," batin Ashley begitu mendengar ucapan Connor barusan. "Sempurna sekali sepertinya pria tua ini mengidap seribu keanehan."
"Sedikit lagi, Kitten. Arghh!"
"Om, arhh sudah. Arhh!"
Ashley menarik tangannya sekuat yang ia bisa dan berhasil. Connor melepaskannya. Ia berdiri dengan napas kasar menatap Connor penuh pertanyaan.
"Lihat, Alex membengkak," kata Connor seraya menunjuk gundukan di tengah selangkangannya. "Hih, tumben sekali kamu bengkok ke kiri. Biasanya ke kanan."
"Fix! Pak tua ini memang tidak beres." Ashley kembali berkata dalam hati begitu melihat Connor yang tidak beres bagi pandangannya.
"Kamu mau melihatnya, Kitten? Saya bisa menunjukkannya kepada kamu," tawar Connor setelah menatap Ashley dengan kedua tangan sudah ancang-ancang menurunkan celana.
"T-tidak, tidak mau!" Ashley menggeleng cepat. "A-aku lebih baik sarapan! Lapar juga sedari kemarin belum makan!"
Ia menghiraukan Connor yang hendak menjawab ucapannya. Ashley kembali duduk lalu memotong panceke yang berada di hadapannya dengan tatapan tertuju pada Connor.
"Kita belum berkenalan, Kitten. Nama kamu siapa?" tanya Connor seraya melipat kedua tangan di dada dengan punggung bersandar pada sandaran kursi.
"Tidak penting," jawabnya.
"Penting, Kitten. Saya akan membuat kartu debit atas nama kamu. Membeli mobil serta rumah memakai nama kamu juga. Jadi saya butuh nama kamu. Anggap saja hadiah untuk pertemuan pertama kita."
Ashley melotot. "S-Serius, Om?"
"Tidak."
"Ishh!" Ashley mendengus sebal. Sedangkan Connor hanya terkekeh geli melihat perubahan raut wajah remaja di hadapannya secepat kilat.
"Saya Connor. Kamu boleh memanggil saya Daddy."
"Daddy?"
"Iya, Sayang."
DEG!
"Mulai! Mulai! Ishh! Kenapa juga jantungku berdetak mendadak seperti ini?!" batinnya. "Iya, Sayang? Memang boleh se-iya sayang itu?!!!"
Ashley menahan rasa ingin berteriaknya. Mungkin jika ia berteriak; mengungkapkan kesenangannya meja makan bisa saja ia balikkan karena ia seperti anak kecil yang sedang tantrum keras.
"Nama kamu siapa, Kitten?" Connor kembali bertanya yang membuat Ashley menoleh. "Atau kamu mau dipanggil Sayang saja?"
"A-Ashley. N-namaku Ashley," jawabnya cepat.
"Wah, kejang-kejang sampai kayang yang ada jika aku dipanggil Sayang oleh Om Connor," batin Ashley kembali.
"Ashley? Nama yang cantik. Seperti orangnya."
DEG!!
Ashley terkesiap mendengar pujian yang dilontarkan oleh Connor barusan.
"Lebih cantik lagi jika memakai nama belakang saya. Ashley Rockford," tambah Connor yang semakin membuat Ashley ingin membalikkan meja makan saking gemasnya; terbawa perasaan.
"Jadi, kapan kita menikah, Kitten?"
"Eh?" Remaja sembilan belas tahun itu membulatkan kedua mata.hi! ini christian! bagaimana chapter ini? suka? mohong tinggalkan jejak komentar kamu ya di sini >>>
besok mau update lagi? ayok ramaikan chapter ini vote dan spam next yang banyak >>>
terima kasih banyak sudah baca, follow instagram : @christian_drnn dan @mr_drnn untuk spoiler!
lagu yang dinyanyikan conner untuk ashley ada di mulmed atas ya :D
20 december 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐋𝐃 𝐌𝐀𝐍
Teen Fictionᵎᵎ mature content! ᵎᵎ an age gap romance adult book ❝Jadilah kucing manis yang patuh kepada majikannya, Kitten❞ Ashley Grace tidak pernah menyangka jika hubungan satu malamnya bersama pria dewasa bernama Connor Rockford akan berlanjut ke...