CHAPTER 14

2.2K 42 0
                                    

Seperti rutinitasnya setiap pagi ketika tidak ada jadwal mengajar di Haven University. Connor akan berolahraga dengan lari pagi mengitari perumahan. Cukup besar dan ia perlu memutarinya sampai tiga kali dengan waktu kurang dari satu jam.

Sepi dan terlebih waktu untuk pria dewasa empat puluh tiga tahun itu lari pagi pukul enam lewat sepuluh. Di mana kebanyakan orang bangun pukul enam lewat tiga puluh. Ada beberapa yang menyapa dan Connor membalas seperlunya.

“Kenapa aku masih dapat memikirkan Ashley?” gumamnya seraya masih berlari. Lagu yang ia dengar di earphone terhenti untuk masuk ke lagu berikutnya.

Putaran kelima sudah hampir selesai. Beberapa rumah lagi dan Connor dapat beristirahat. Namun, lagu I Wanna Be Your Slave tiba-tiba terputar yang membuat pria dewasa itu melambatkan laju lalu berhenti.

Mengatur napas seraya menikmati lagu yang benar-benar memacu. Tempo ketukan nadanya benar-benar nikmat untuk didengar seraya lari pagi. Namun, ia malah berhenti dan berjalan pelan.

“One sec ....” Connor bergumam. Ia mencerna lirik lagu tersebut yang entah kenapa seperti panggilan untuk ia kembali memiliki seorang ‘anak kucing’.

Connor entah kenapa punya fetish kepada remaja belia yang mengenakan pakaian kucing. Ia selalu ingin menjadi master. Mengontrol penuh hidup remaja yang akan ia lihat dan anggap sebagai seekor kucing.

Meskipun aneh, tapi Connor punya relasi untuk fetish-nya tersebut. Banyak pria seperti dirinya di Paradise Bar. Banyak pula yang Connor kenal dan berteman baik sampai sekarang.

“Berapa lama aku tidak punya anak kucing?” tanyanya. Membiarkan pikiran berkelana ke belakang sana untuk kembali mengingat. “Ashley mau tidak ya menjadi anak kucingku?”

Pria dewasa itu berjalan pelan seraya berpikir keras. Ia memang tidak pernah punya ‘anak kucing’ karena selama ini Connor hanya ‘memakai’ untuk satu malam lalu setelah itu selesai. Mencari yang baru lalu selesai dalam satu hari.

Sedangkan teman-temannya yang sama memiliki fetish seperti dirinya, memiliki satu remaja khusus yang akan dipakai setiap saat. Dimiliki dan terikat hubungan atau pun perjanjian kontrak.

“Apa aku paksa saja Ashley untuk menjadi anak kucingku? Menjalin perjanjian kontrak? Aku pun belum pernah menjalin perjanjian kontrak sebelum-sebelumnya.”

Connor masih terus berpikir tanpa sadar jika lagu yang ia dengar sudah habis dalam daftar playlist. Ia melangkah menuju dapur. Melepaskan earphone lalu menenggak minuman energy yang sedari tadi ia bawa.

Melepaskan kaos tipis berwarna dark grey tanpa lengan yang sudah basah oleh keringat. Kini ia telanjang dada. Ada bulu-bulu halus yang menghiasi dada menjalar ke perut lalu ke balik celana dalam membuat hutan rimba di bawah sana.

“Tapi masalahnya Ashley mau atau tidak menjalin perjanjian kontrak?” tanyanya kembali. Terdiam beberapa saat seraya menumpu kedua tangan di pinggang.

“Mau. Pasti mau. Kemarin saja aku panggil Kitten, Ashley tidak masalah. Dia seperti senang meskipun awalnya menolak.”

Connor tersenyum. “Yeah! Aku paksa saja Ashley untuk menjadi anak kucingku. Aku pun suka kepadanya. Dia cantik dan tipe anak kucing yang aku mau. Kecil menggemaskan dan putih bersih.”

Ia membuka ponselnya untuk mengabari Ashley. Senyuman yang menambah kesan rupawan tampak jelas menghiasi rupa.

“Good Morning, Kitten,” ujarnya membaca apa yang diketik. “Bagaimana tidur kamu semalam? Tidak nyenyak ya karena memikirkan saya? Saya tahu.”

Entahlah. Connor seperti remaja yang baru dimabuk asmara. Senang berinteraksi bersama Ashley meskipun tidak ada hubungan apa-apa. Sekarang masih belum mungkin ke depannya akan.
Suara notifikasi pesan masuk mengalihkan atensinya yang sedang menatap lurus ke depan.

𝐎𝐋𝐃 𝐌𝐀𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang