#enjoy The story
*kejadian sebelum Bian terdampar di lapangan basket*
Di sebuah ruangan dengan warna didominasi putih gading tersebut terdapat 2 manusia yang saat ini saling memandang satu sama lain,sebenarnya hanya pemandangan seorang ayah yang sedang menasehati anaknya.
"Ayah? Ayah nggak inget janji Ayah? "
"Ayah fikir ini keputusan akhir yang terbaik Tara, sebaiknya persiapan diri kamu."
Tara memandang ayahnya nyalang, Lagi-lagi ia terjebak di dalam ruangan menyebalkan ini."Ayah... Tara salah apa lagi? Tara udah lakuin yang terbaik, Tara selalu jadi nomor satu, Tara gak main main sama tujuan Tara, Tara selalu turuti perkataan Ayah, lalu apa yang salah yah? Tara harus gimana lagi supaya Ayah bisa dengerin Tara barang sekali saja, setidaknya tepati janji Ayah! "
"Anak itu tidak akan pernah mengerti Tara, dia mencoba menyaingimu lalu jika berhasil dia akan berbuat kebodohan dengan hanya bermain-main! "
"Ayah! Bukan salah Bian, lagian Bian tidak main main, dia hanya ingin berubah! "
Apakah bersaing dengan saudara akan menjadi serumit ini? Oh ayolah sepertinya hanya ada di dalam keluarganya saja, pemilihan ketua OSIS persetan."Ayah bilang jangan menyalak Tara. "
"Ayah...Tara gabisa... Meskipun ingin Tara gabisa benci Bian yah.. Bian itu bagian dari Tara juga.. Tara ingin benci Bian Tara mau gak perduli sama Bian yah, Tapi sekali lagi.. Meskipun Tara sudah berusaha sekuat tenaga, Tara tetep gabisa"
"Ayah hanya minta kamu pergi mencari ilmu di negri kakekmu, tidak lebih. "
Tara tersenyum meremehkan."Itu sama saja seperti Ayah menyuruhku berpisah dengan Bian. "
"Bukankah kau menyukainya.ingat Tara, Bian penyebab hilangnya sumber kebahagiaan kita, Dia hilangin Bundamu."
"Ayah ingat janji ayah? Tara bakalan jadi anak baik, jadi nomor satu kalau ayah ga sentuh Bian.semoga ayah cepat sadar"
"BRAKK!! "
"Berani sekali kamu berkata seperti itu pada Ayah? "
"AYAH SADAR BIAN GATAU APA-AP"
"DIA YANG BIKIN BUNDAMU PERGI TARA!! "
"TERSERAH!! TARA GAMAU KE BOSTON!! "
Tara meninggalkan ruangan tersebut dengan emosi yang membuncah, dia butuh menenangkan diri, kalau seperti ini kemungkinan dia juga yang akan mendapatkan kerugian karena melawan ayahnya terlalu jauh.
....
Seperti Biasa Bian pulang terlambat karena mampir ke rumah kaca, siulan santai di iringi dribble an bola itu turut mengiringi langkah Bian sepanjang halaman kediaman keluarga Segara yang cukup luas, air muka yang tadinya santai kini berubah menjadi jengah saat melihat atensi kembaranya yang sumpah Demi apapun itu muka udah kayak masuk mesin cuci karena lecek banget.
Dan yah jangan lupakan kalau mereka masih musuhan, alias belum setengah berbaikan, karena mereka gamungkin juga sih full berbaikan-ah cukup, yah Bian mengabaikan Tara, tapi tanpa diduga Tara menahannya, lalu menghela nafas berat.
"Jangan pulang. "
Bian melepaskan tangannya yang di tahan Tara dengan kasar, lalu kembali melanjutkan perjalanannya yang tertunda."gue.bilang.jangan.pulang.BIANTARA."
"tiwi bilang jingin piling biintiri. "
"LO DENGER GASIH!! "
"APASIH LO GAJELAS BANGET!! "
Karena merasa geram Tara dengan kasar menarik Bian, Bian tentu saja memberontak tapi dia sadar ini ada di halaman rumah, kalau dia ga nurut sama Tara yang emosinya kek bensin ketemu api ini kemungkinan mereka akan berantem hebat, minimal bogem bogeman, dan dia tidak akan segila itu untuk meninju Tara di depan Ayahnya itu, ia kira Tara bakalan ngajak dia ke lahan kosong terus ngajak gelut di sana, ternyata gak guys, Tara membawanya keluar gerbang rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA
Ficção AdolescenteSebuah insiden besar membuat keluarga yang untuh itu menjadi terpecah belah, kehilangan seorang perempuan cantik yang sering mereka panggil bunda membuat badai besar menyelimuti kehangatan rumah besar tersebut, menutupnya hingga dilanda kedinginan y...