BianTara

147 11 3
                                    

#enjoy the story#

   Tara berjalan dengan malas menyusuri koridor sekolahnya, tiap hari hanya begini kegiatannya selama disekolah saat bel istirahat berbunyi, karena pemilihan ketua OSIS yang belum tau akan diselenggarakan kapan jadi Tara sedang libur menjadi bocah ambis, sampai di persimpangan jalan ia semakin malas karena malah bertemu dengan Bian, mau putar balik tapi tujuan dia ada di ujung koridor kelas 11.

"Woy! "
Tara sama sekali tidak menghiraukan Bian, berjalan dengan pandangan lurus kedepan menganggap seakan Bian itu tidak ada.

"Tara gue mau ngomong sama lo! "

"Denger gasih lo!! "

"Woy budek!! "
Bian tidak menyerah dia terus saja mengejar Tara sampai keduanya masuk ke dalam sebuah ruangan kosong yang Bian yakini adalah bekas gedung lama sebelum gedung baru dibangun, tempat ini digunakan sebagai gudang penyimpanan bangku yang sudah tak layak untuk dipakai.

"Lo! Bener bener budek ya! "

"Cek, apasih. "

"Gue! Mau! Ngomong! Sama! Lo! " Kata Bian dengan penuh penekanan lalu dengan tidak santainya dia menutup pintu gudang tersebut, Tara memandang marah pada Bian,sampai sekarang mereka masih belum bicara dengan normal, meskipun normalnya mereka hanya berbicara beberapa kalimat saja tapi setidaknya mereka ada percakapan, tetapi akhir-akhir ini Tara menghindari Bian, tidak tau apa untungnya dia melakukan itu.

"Tar lo kenapa sih ngeselin banget?!! "

"Gue.nggak.ngapa ngapain.? "
Tara menekankan setiap perkataannya, kenapa orang di depannya ini tidak mau mengerti sih?

"Tapi kenapa? Lo kayak yang ngejauhin gue!? "

Tara terkekeh geli mendengar ucapan Bian.
"Emangnya kita deket? Sampai elo mikir gue ngejauhin elo? "

"Tar kenapa elo balik jadi brengsek lagi?! "

"Karna gue sadar. Orang kayak elo ga pantes dibaikin. "

"Brengsek!! "
Dengan emosi penuh Bian memukul hidung Tara, karena merasa tidak Terima Tara membalas memukul pipi Bian hingga dia hampir terjerembab ke belakang, Bian tidak mau kalah dia balik mukul Tara dengan brutal, keduanya terlibat perkelahian yang cukup sengit, nafas mereka saling berderu kencang sebab pergerakan brutal dan saling adu pukul masih terjadi sampai keduanya babak belur dengan Tara yang memegang kepala belakang Bian dan Bian yang meremat kuat kerah baju Tara, mereka memandang satu sama lain yang nampak benar-benar kacau, lalu keduanya kompak tertawa, merebahkan diri masing-masing bersebelahan, memandang jauh balkon berwarna putih pudar sembari mengatur nafas.

"Plis kasih tau satu alasan.. Apa yang ngebuat lo ngelakuin ini semua Tar. "
Ucap Bian lirih, dia sungguh lelah, dia ingin berbaikan dengan Tara, ia janji akan menuruti semua perkataan Tara kalau Tara jujur padanya, mereka berdua bisa saja menjalin hubungan selayaknya saudara yang sesungguhnya jika mereka mau, itu bukanlah hal yang sulit.

"Gue mau elo sembuh dulu. Kita sembuh dulu. "

"Gue enggak sakit Tara!! Berapa kali gue bilang! "

"Tapi elo ngelupain banyak hal. "

"Ya? "

"Cukup Bian. Gue ga mood ngomong sama elo"

"Terserah deh! Gue mau balik!! "
Bian berdiri lalu berjalan menuju ke pintu gudang, tapi malah tidak bisa dibuka, ah elah kenapa sih semuanya bikin Bian naik darah?.

"Mau lo paksa sampe jungkir balik gaakan kebuka, lo nutup pintu pake tenaga kuda tadi dan yah pintu itu cuma bisa dibuka dari luar. "

"Anj? Tara kok lo santai banget!? Berarti kita kejebak!! Cepetan cari jalan keluar! Gue gamau mati disini! "

BIANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang