𝐁𝐀𝐁 𝟏𝟎

22 1 1
                                    

Jihan sudah membeli apa yang ia butuhkan sekarang ini, saat ini hanyalah menunggu Doyoung di tempat yang sama.

Terlihat dari jauh ia bisa mengenali bahwa itu Doyoung sedang menuju ke sini. Dan ia berkata, "Udah? Beli apaan sih harus lo sendiri yang ambil?" tanya nya penasaran melihat isi keranjang nya hanya berisikan 3 buah pembalut. Wajah Doyoung memerah karena ia melihat secara tiba-tiba.

"Ma-maaf.. Yaudah ayo ke kasir"

. . .

"Lo mau masak apa, kak? Kayaknya kalo di liat liat tadi beli daging dan sayur"

"Ya, apa aja yang penting makan sih. Buat sekarang kita makan diluar aja dulu, kalo masak udah terlalu malam buat nunggu, apalagi nunggu buat nasi nya" Jihan hanya menganggukan kepala nya tanda ia mengiyakan perkataan Doyoung tadi.

"Kita makan di.. Sini?" tanya Jihan.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa, cuma kan.. Harga makanan disini mahal semua, nanti uang mu habis bagaimana?"

"Gak perlu mikir itu. Pernikahan ini hanya sesaat dan dalam sesaat itu gue harus mampu buat lo bahagia dan setelahnya gue melepaskan lo"

"Kenapa kakak bahas pernikahan kita?"

"Gak tau. Yaudah ayo masuk" tanpa melihat Jihan ia masuk dan tanpa menggandeng tangan Jihan layaknya seorang pasutri.

Makan malam pun terjadi dengan hening disebuah restoran dekat apartemen mereka. Tak ada satupun dari mereka yang bicara.

"Kita berjanji menjalankan pernikahan ini hanya 2 tahun, lalu setelahnya kita mau ngapain?" tanya Jihan sebagai membuka pembicaraan.

"Ya kita urus kesibukan kita lagi. Lo kuliah, gue kerja. Dan gue mau menikah dengan Jisoo, mungkin lo bisa cari laki-laki lain untuk dijadikan pendamping hidup lo"

"Kenapa kakak ngomong begitu seolah-olah bakal kejadian? Bagaimana kalau kita seumur hidup akan begini?"

"Gue ga tau."

Se akan perkataan Doyoung barusan adalah penutup dari pembicaraan mereka. Entah Jihan harus menjawab apalagi.

. . .

esoknya.

"Kak cepet dimakan sarapan nya. Kakak berangkat pagi dan aku ada kampus pagi. Aku ga banyak waktu, mungkin ga ikut sarapan" kata Jihan dengan tergesa-gesa bolak balik ke kamar mereka mengambil makalah yang sudah ia kerjakan selama 1 bulan terakhir. Sekitar 2 bulan lagi ia akan ada sidang skripsi, ia jadi repot saat ini karena waktu untuk mengerjakan skripsi dipakai untuk pernikahan mereka kemarin.

Melihat itu, Doyoung menghampiri Jihan lalu memegangi kedua pundak Jihan seakan bilang supaya jangan terburu-buru, baru jam 6 pagi.

Merasa mengerti, ia menjawab perkataan Doyoung yang ada di dalam hatinya itu, "Aku ga ada waktu, kak. Makalah harus di kumpulkan jam 7 nanti, sedangkan setelahnya aku harus menyelesaikan skripsi ku yang belum selesai"

"Jangan begitu. Ayo duduk dan makan sarapan mu, lo di antar Jungwon kan? Pasti dia akan cepat mengantar lo ke kampus" perkataan Doyoung tadi mampu membuat Jihan sedikit tenang dan ikut makan sarapan bersama.

~

"Haii Jungwon! Maaf ya udah nunggu lama, tadi tiba-tiba aku lupa menaruh kacamata ku dimana hehe. Ayo berangkat, oh iya. Kak aku berangkat, bekal mu ada di meja kalau mau dibawa"

"Ya.. Hati-hati"

Seperjalanan menuju kampus yang sama, mereka tak bicara hanya ada suara angin yang terdengar.
Sampailah Jungwon bicara untuk memecahkan keheningan.

Perjodohan Paksa [Enerwon] ON GOING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang