First Love

490 26 7
                                    

Triiiiinggggggg

"Yeeey... Pulang...."

Begitu terdengar bunyi bel panjang yang menandakan berakhirnya jam sekolah, hampir semua siswa pada berteriak kegirangan. Tak terkecuali Seokjin dan Jimin.

Mereka berdua yang tadinya sangat susah membuka matanya selama jam pelajaran terakhir karena ngantuk, kini malah saling berlomba memasukkan segala sesuatu yang berceceran kedalam tas.

"Seokjin, kau jadi ikut dengan kami kan?" Setelah selesai memasukkan semua barangnya, Jimin bertanya pada Seokjin yang terlihat memeriksa laci mejanya.

"Entahlah, aku takut mengganggu kencan kalian." Jawabnya dengan kedua mata yang masih sibuk memindai kedalam laci.

"Siapa yang kencan?!! Kami mau belajar kok!!!"

"Ck..." Tanpa perlu melihatnya, Seokjin sudah tahu kalau sekarang telinga Jimin pasti memerah karena malu. "Ah! Ketemu!!" Ucapnya girang sambil mengulurkan tangannya kedalam laci.

"Apa sih yang kau cari?" Meski penasaran, Jimin masih setia menunggu Seokjin mengeluarkan tangannya, sedikitpun dia tidak ingin ikut menelisik kedalam laci. "Ah..." Ucapnya lagi dengan nada kecewa yang kentara setelah mengetahui benda apa yang Seokjin keluarkan.

"Harusnya aku sudah menduganya, Kau itu sama persis dengan ayahku. Kenapa sih, kalian suka sekali mengoleksi benda-benda seperti itu?"

"Kau tidak akan mengerti Jimin. Ini tuh action figure limited edition yang aku dapatkan dengan susah payah. Meski sekarang kau berjanji akan memberiku seluruh uang jajanmu selama setahun penuh, aku tidak mau menukarnya. Sepenting itulah benda ini untukku."

"Huh!" Karena tak ingin berdebat dengan Seokjin yang bisa menjadi sangat bawel saat membicarakan koleksi action figure nya, Jimin pun memutar bola matanya sambil mulai berjalan keluar kelas.

"Jimin! Tunggu aku!" Seokjin yang melihat kepergian Jimin, berlari mengejarnya.

"Jimin! Seokjin!" Begitu mereka tiba di depan parkiran, ada seorang pemuda yang memanggil keduanya dari arah belakang.

"Jungkook? Kukira kau sudah ke tempat parkir duluan."-Jimin

"Tidak. Kelas ku bubar belakangan kok."

"Oh..."

"Kau jadi ikut ke rumah Jimin kan Seokjin?" Jungkook bertanya dengan kedua bola mata berbinar cerah. Seperti seorang anak kecil yang dijanjikan mainan baru oleh orang tuanya.

Tapi sebelum Seokjin sempat menjawab yang aneh-aneh seperti tadi, Jimin buru-buru memelototinya dengan selebar mungkin serta dagu yang terangkat tinggi dari arah belakang tubuh Jungkook.

"Ahahaha..." Seokjin yang melihatnya bukannya takut malah tertawa terbahak-bahak. Menurutnya Jimin terlihat sangat lucu dengan ekspresi seperti itu. Apalagi lubang hidungnya juga jadi kembang-kempis karenanya.

"Kenapa sih?" Jungkook yang terkejut karena Seokjin tiba-tiba tertawa, otomatis menoleh ke arah Jimin. Tapi ketika dia berbalik, tidak ada apa-apa tuh. Muka Jimin biasa saja, tidak ada yang lucu.

"Tidak apa-apa! Jangan pedulikan dia Jungkook! Seokjin kan memang kadang-kadang gila! Ayo kita tinggalkan saja dia!" Jimin langsung menyeret Jungkook masuk kedalam parkiran.

"Ahahaha... Jimin! Kenapa kau meninggalkan aku?! Hahaha... Jimin!" Masih dengan derai tawanya Seokjin menyusul Jimin dan Jungkook.

"Kau beneran tidak mau ikut Seokjin?" Sebelum menyalakan mesin motornya, Jungkook bertanya pada Seokjin untuk yang terakhir kalinya.

"Ikut saja." Jimin yang sudah duduk di boncengan motor Jungkook, menatapnya dengan puppy eyes.

"Tidak. Lain kali saja." Bukannya Seokjin sudah punya janji lain makanya dia menolak ajakan mereka. Hanya saja dia sekedar ingin memberi mereka kesempatan agar bisa berduaan. Siapa tahu dengan begitu salah satu diantara mereka akan punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.

TwisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang