Sepulangnya dari perkumpulan asosiasi pengusaha yang dia hadiri, Seokjin tidak menyia-nyiakan waktunya untuk menyelidiki sang kakek.
Hingga tak membutuhkan waktu lama baginya untuk membuktikan kecurigaannya bahwa sang kakek merupakan dalang dibalik perpisahannya dengan Taehyung tujuh tahun yang lalu.
Seokjin benar-benar tidak mengerti, meskipun dia tahu kalau kakeknya tidak sebaik bayangannya dulu, tapi di matanya selama ini beliau masihlah sosok kepala keluarga yang sangat mengutamakan kebahagiaan anggota keluarganya.
Makanya dia tidak pernah menyangka kalau sang kakek akan bertindak sangat tega kepadanya dengan menghancurkan satu-satunya sumber kebahagiaan miliknya.
Seokjin merasa frustasi. Dia marah, benci dan kecewa pada beliau. Rasanya sekarang dia hanya ingin melemparkan semua barang-barang di sekitarnya pada sang kakek. Agar beliau mengerti betapa sakitnya perasaan Seokjin selama ini.
Namun setelah dia memikirkannya kembali, Seokjin bertekad kekerasan bukanlah solusi terbaik untuk membalas perbuatan beliau. "Orang tua itu harus merasakan kehampaan yang membelenggu setelah ditinggalkan oleh satu-satunya anggota keluarga yang masih dia miliki."
Makanya seketika itu juga Seokjin memutuskan untuk keluar dari rumah yang telah menyimpan berjuta kenangan masa kecilnya dan juga banyaknya kebahagiaan yang pernah dia rasakan bersama dengan mendiang kedua orang tuanya.
.
.
.
.
.
Dengan di bantu oleh sekretaris nya, dalam waktu sekejap Seokjin berhasil mendapatkan tempat tinggal baru bahkan sebelum dia selesai berkemas-kemas.
"Terima Kasih atas bantuannya, sekarang pak Lee pulanglah dan istirahat." Ucapnya pada sang sekretaris setelah melihatnya meletakkan barang bawaannya di samping kaki ranjang.
"Tapi,,,_"
"Tidak apa-apa, mulai dari sini saya bisa melakukan semuanya sendiri." Tak ingin memperpanjang pembicaraannya dengan sang bawahan yang telah sangat membantunya, Seokjin sengaja berbicara sambil membelakangi laki-laki itu untuk menatap pada hamparan gemerlapan pemandangan langit malam kota yang tersaji dari balik jendela besar kamarnya.
"Baiklah kalau begitu. Saya pamit undur diri."
"Hmmm." Sokjin terlalu meragukan suaranya sendiri, makanya dia hanya berdengung sebagai tanggapan.
Begitu terdengar suara 'klik' di pintu yang menandakan kalau dirinya tengah sendirian, Seokjin yang sedari tadi berdiri tegap tiba-tiba seolah kehilangan pijakan. Tubuhnya seketika ambruk ke lantai, isak tangisnya pun langsung terdengar mengisi kekosongan ruangan yang sunyi senyap itu.
"Tae... Maafkan aku... Hiks... Aku memang bodoh karena telah meragukan perasaanmu... Aku benar-benar menyesalinya Tae... Aku ingin kembali bersamamu... Hiks... Tae... Taehyung... Taehyung ku... Aku kangen padamu Tae..."
Setelah meratapi semuanya hampir semalam suntuk, meski dengan wajah sembab serta lingkaran hitam di bawah matanya yang kentara jelas, keesokan harinya Seokjin mendatangi rumah Hoseok untuk mengkonfrontasi dia dan juga meminta maaf padanya atas sikap kasarnya selama ini.
"Seokjin?!" Terkejut, mungkin adalah kata yang terlalu meremehkan untuk menggambarkan ekspresi Hoseok saat ini.
Pasalnya sejak dirinya menolak memberi tahu Seokjin tentang keberadaan Taehyung tujuh tahun yang lalu, hubungan persahabatan mereka pun ikut kandas bersamaan dengan putusnya hubungan Seokjin dengan Taehyung.
"Hai?" Seokjin menyunggingkan senyuman tipis, yang sangat Hoseok tahu kalau senyum indah itu tidak pernah sampai ke matanya.
Sungguh jauh berbeda dengan senyum ceria yang biasa Seokjin bagikan dengan Taehyung dan dirinya dulu. Bahkan senyuman Seokjin saat ini hanya menyiratkan kelelahan, rasa frustasi, kesedihan, kepedihan serta penyesalan dan kerinduan yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twister
Fiksi PenggemarOK READERS, TINGGALKAN VOTING YA 😎 Berisi sekumpulan ide cerita yang mungkin terbesit TaeJin BxB Tae Top! Jin Bot! Hanya akan update disaat ada ide yang muncul tentunya