Kisah ini berlatar di jaman 1990 sampai awal 2000-an. Dimana dunia masih belum secanggih saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tak bisakah kalian membiarkan aku pergi sebentar saja?!" Seorang pemuda tampan yang berbadan lumayan kekar berteriak kesal pada dua orang yang sedari tadi menahannya didalam kamar.
Meski telah berulang kali dia mencoba untuk menerobos pertahanan keduanya, namun berkat kegigihan mereka, usaha pemuda itupun selalu berakhir sia-sia.
Namun bukannya takut atau kasihan, keduanya malah tersenyum geli saat melihat pemuda itu melotot dengan mimik muka yang campur aduk antara kesal dan memelas.
"Oh, ayolah... Jimin pasti akan marah padaku kalau aku tidak datang-datang." Dia yang sangat mengetahui tabiat keduanya, kembali mencoba memohon kepada mereka.
Pasalnya dia sudah memiliki janji temu dengan pacarnya sejak lima belas menit yang lalu, tapi dirinya malah masih terjebak didalam kamarnya dengan dua orang yang sama keras kepalanya dengan dirinya.
"Kamu baru boleh pergi setelah berjanji akan menerima tawaran ibu." Seorang wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar putranya, memasang ekspresi paling tegas yang dia bisa untuk menunjukkan keseriusannya pada sang putra.
"Itu tidak mungkin ibu! Sekarang sudah bukan jamannya menikah lantaran dijodohkan! Aku pasti akan di tertawakan oleh dunia!" Dia menyibak rambutnya dengan cukup kasar, sampai-sampai rambut yang tadinya sudah tertata rapi, kini berantakan lagi.
"Siapa bilang kamu harus menikah dengannya?!! Ibu cuma menyuruhmu untuk melihatnya!"
"Itu sama saja!! Apa bedanya dengan menjodohkan, jika ibu ingin mempertemukan aku dengan anak teman ibu yang katanya sedang mencari jodoh?!!"
"Jungkook!! Jangan berteriak pada bibi!!" Taehyung yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan sahabatnya dengan ibunya merasa kalau Jungkook sudah keterlaluan.
Mau sekesal apapun, tak sepatutnya seorang anak berteriak seperti itu pada orang tuanya. Terlebih lagi jika beliau adalah orang tua tunggal yang sudah merawat dan membesarkannya sejak kecil.
Sebagai seorang anak, harusnya Jungkook menuruti saja apapun permintaan ibunya. Toh mereka semua tahu, kalau ibu Jungkook tidak mungkin sembarangan memilih pasangan untuknya.
"Tidak apa-apa nak Tae..."
Saat melihat ibunya mencoba menenangkan kemarahan Taehyung dengan senyumannya yang hangat, hati Jungkook yang tadinya keras pun turut melunak. Dia menghela nafas yang sangat dalam sebelum berjalan mendekati ibunya dan Taehyung.
"Ibu, maafkan aku." Bayi besar itu kini mendusalkan kepalanya di pundak sang ibu.
Melihat tingkah putranya yang tidak pernah berubah jika sedang merasa bersalah padanya, sang ibu pun tertawa lebar sambil mengelus kepala sang putra.
Pemandangan itupun tak luput dari pandangan Taehyung yang masih belum beranjak dari tempatnya. Senyum haru tersungging lembut di sudut bibirnya, meski ada secuil bagian dari hatinya yang merasa tercubit.
Bukan karena dia tidak menyukai hubungan keduanya yang kembali akur, tapi dia yang sejak kecil sudah menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal dalam suatu kecelakaan beruntun, selalu membayangkan sosok ibunya yang pasti akan memperlakukannya sama seperti ibu Jungkook memperlakukan Jungkook, atau bahkan mungkin lebih lembut darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twister
FanfictionOK READERS, TINGGALKAN VOTING YA 😎 Berisi sekumpulan ide cerita yang mungkin terbesit TaeJin BxB Tae Top! Jin Bot! Hanya akan update disaat ada ide yang muncul tentunya