Cup... Cup... Cup.... Cup...
Suara decapan bibir yang berebut saling hisap bisa terdengar sangat jelas tatkala ada seseorang yang melewati storage room. Meski begitu tak satupun dari kedua orang yang saling berebut untuk mendominasi permainan panas itu mau peduli.
Mereka tetap asyik saling menghisap dan menjelajahi rongga mulut masing-masing, sampai salah satu diantara keduanya kalah dalam permainan karena kekurangan oksigen yang masuk kedalam paru-parunya.
Haah... Haah... Haah...
Meski dirinya sendiri masih dalam kondisi mengatur nafas, sang pemenang dalam permainan ini menatap puas pada lawannya. Selain karena dia sangat menyukai penampilannya yang berantakan, orang itu juga tidak bisa menahan rasa bangga dalam hatinya setiap kali dia berhasil membuatnya kewalahan seperti ini.
Setelah nafas keduanya cukup teratur, dengan seringai tipis di ujung bibirnya dia mencoba mendekatinya lagi untuk melanjutkan permainan. Namun aksinya langsung dihentikan.
"Hentikan, sebentar lagi rapatnya akan dimulai."
"Aku tidak peduli." Dengan pandangan yang tak terlepas sedikitpun dari bibir bengkak orang didepannya, dia semakin menyandarkan tubuhnya kearah orang itu.
"Kubilang hentikan! Nanti kita terlambat!" Kali ini dia mendorongnya cukup kuat sampai orang itu mundur beberapa langkah.
Sakit, rasanya begitu sakit. Tapi bukan sakit secara fisik karena telah didorong menjauh, melainkan perasaan tertolak di dasar hatinya lah yang lebih terasa menyakitkan.
Memang, ini bukanlah yang pertama kalinya mereka seperti ini, tapi rasanya tetap saja menyakitkan bagi orang itu. Apalagi saat dia hanya bisa menatap punggung orang itu yang semakin menjauh dengan tanpa daya, rasanya dia benar-benar dikembalikan pada kenyataan setelah diterbangkan tinggi oleh ilusi.
"Yah, mau bagaimana lagi." Dia menertawakan dirinya sendiri sambil mulai merapikan pakaiannya. Lalu setelah semua beres, dia mampir ke kamar mandi sebelum pergi ke ruang rapat.
.
.
.
Begitu rapat melelahkan yang memakan waktu hampir 3 jam itu selesai, semua orang berbondong-bondong keluar dari ruangan dengan lesu kecuali Hoseok, Namjoon, Taehyung dan Seokjin.
Selain karena Seokjin adalah sekretaris pribadinya Namjoon sang CEO, Hoseok yang merupakan kepala HRD, serta Taehyung adiknya Namjoon yang merangkap sebagai wakil CEO, mereka berempat memang sudah bersahabat sejak zaman masih kuliah.
"Jadi kan nanti kita ke klub?" Namjoon bertanya dengan sebelah alis terangkat. Sambil menunggu jawaban matanya yang berbingkai kaca pun dengan intens memindai ketiga orang didepannya.
"Kalau gue sih terserah." Seokjin mengangkat kedua bahunya sebelum menatap pada dua orang lainnya yang belum menjawab.
Memang sih, kesepakatan diantara mereka adalah berbicara non formal ketika tidak ada orang lain di sekitar mereka. Makanya Seokjin tidak menggunakan bahasa yang formal pada atasannya.
"Jadilah... Biar pusing gue ilang. Hahahaha...." Hoseok tertawa lebar sebelum tiba-tiba berhenti dan berkata. "Udah lama juga kan? Hmmm?" Dia menggigit bibir bawahnya sambil mengerling nakal kearah ketiga orang lainnya.
"Tak terasa, ternyata udah sebulan lebih ya sejak malam itu?" Taehyung bergumam sendiri tanpa bisa didengar oleh rekan-rekannya.
Pikirannya menerawang jauh kembali pada satu malam yang menjadi titik balik dalam kehidupan asmaranya. Dimana saat itu untuk pertama kalinya dia berhasil merengkuh pria yang sudah lama dia cintai dan kagumi.
![](https://img.wattpad.com/cover/358066386-288-k369179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twister
FanfictionOK READERS, TINGGALKAN VOTING YA 😎 Berisi sekumpulan ide cerita yang mungkin terbesit TaeJin BxB Tae Top! Jin Bot! Hanya akan update disaat ada ide yang muncul tentunya