Aku melangkah menuruni undakan anak tangga, seraya menghela nafas. Hari ini malas sekali rasanya untuk menuntut ilmu.
Kring! Kring!
Dering panggilan telepon mengusik lamunanku, kulihat ternyata Sandra lah pelakunya. Ck, dasar pengganggu!
"Halo!" sapaku kepadanya.
Kudengar kekehan dari seberang telpon, membuatku mendesis kesal.
"Halo, Madam! Lo dimana? Gue udah sampe di kampus, nih."
"Gue lagi di tangga lantai 2 mau turun."
"Oke, wait gue otw!"
Tak ingin menunggu lama, aku langsung menuju lobi kampus. Lebih baik menunggu di depan sana.
Namun langkahku tertahan karena melihat Raga di sudut lorong sana. Bergegas aku berjalan menghampirinya, senyum pun tak lepas dari wajahku. Tunggu, tunggu, mengapa ia ada di sini? Jelas semalam dirinya bilang ada penelitian yang membuat Raga tidak bisa ke kampus bersamaku? Tapi ini...? Langkahku kian melambat, bahkan kini aku menghentikan langkah. Raga bersama siapa di sana? Seorang gadis?
Ia berbohong dan kini terlihat bersama seorang gadis, pertanda apa ini? Tuhan, jangan sampai apa yang terlintas di otakku ini benar. Tidak! Tidak mungkin kan Raga begitu?
Dengan langkah brutal aku langsung menghampiri mereka, memper jarak keduanya. Apa itu tadi? Gadis sok lugu itu memepet Ragaku?
"Raga!" Raga cukup terkejut melihatku, sepertinya dugaanku benar jika melihat dari ekspresinya.
"Mita," ucapnya, kini mimik wajahnya sudah berubah tidak seperti seseorang yang tertangkap basah.
Aku melirik ke arah gadis itu dengan sinis, lalu ia mengulurkan tangannya. Dih, sokap!
"Halo, kenalin aku Laras temannya Raga," ucapnya dengan senyuman memuakkan yang pernah kulihat.
"Saya Mita, pacarnya!" Kurasa ucapanku barusan sudah cukup untuk menegaskan bahwa ia tidak boleh mengganggu hubungan kami.
"Ayo!" Aku menyeret Raga yang sibuk menatap Laras, sialan!
"Ras, aku duluan ya," ucapnya seraya mengikuti langkahku.
Apa maksudnya ini? Apakah kini Raga terang-terangan berselingkuh di depanku? Ia pikir hanya dirinya yang bisa berselingkuh!
Lalu, aku? Raga menyebut dirinya aku di depan gadis sialan itu? Wah, laki-laki ini benar-benar membuatku muak!
Aku semakin menariknya dengan brutal agar ia mengikuti langkahku, pandanganku fokus ke depan
dan sama sekali tidak melirik gadis sialan itu. Saat ini aku benar-benar marah, sangat marah!Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku melihat mereka berdua bersama, ini sudah bulan ketiga ketika aku tidak sengaja melihat keduanya duduk di Red Cafe.
"Mit!" Aku melewati Sandra yang kini di depanku dan fokus mencari ruang kosong.
Kebetulan ruangan G-5 cukup sunyi dan terletak di ujung lorong kampus ini, mendorong Raga untuk masuk ke dalamnya. Ternyata Sandra mengikuti kami, aku langsung menahannya dan menyuruhnya untuk diam, menunggu di depan ruangan.
Ia mengangguk dan mengatakan oke dengan bahasa isyarat.
"Bisa jelasin tentang apa yang aku lihat barusan?" tanyaku begitu memasuki ruangan tersebut.
Kulihat ya duduk di atas meja sembari bersedekap, menatap lantai yang terlihat sangat menarik perhatiannya.
"Mit, harusnya aku yang nanya, tadi itu kamu ngapain?" Well, ini serius Raga membela Laras sialan itu? Kini dirinya menatapku dengan pandangan yang tidak bisa kuartikan.
"Lho, kamu bela dia? Hebat ya kamu!" Aku bertepuk tangan seraya tertawa, tidak habis pikir dengan sikap Raga barusan.
Kudengar helaan nafas lelah darinya. "Aku tidak membela siapa-siapa, tapi hanya bingung dengan sikap kamu tadi. Kenapa harus memperlihatkan emosi di depannya, aku jadi merasa sedikit tidak enak," ucapnya, seperti merasa bersalah kepada gadis bernama Laras itu. Terlihat jelas bahwa Raga bukan hanya merasa sedikit tidak enak, melainkan sangat-sangat merasa tidak enak!
Jelas saja ini bukan Raga, Raga yang kukenal tidak akan bersikap seperti ini. "Kamu bukan Raga!"
"Mit, kamu kenapa jadi begini sih?" tanyanya.
"Seharusnya aku yang nanya, kamu yang kenapa? Kenapa kamu bohong?!" teriakku, dalam sekejap wajahku sudah berderai air mata.
Sial, cengeng banget sih aku!
To be continued...
HALO, INI CERITA BARU YA, SAMBIL NUNGGU CERITA YANG LAIN UP MAMPIR SINI DULU.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Dan Rahasia
Teen FictionBagaimana rasanya ketika dalam 1 hari pacarmu tiba-tiba berubah dan memilih wanita lain? Ku akui diriku salah saat mengatasi rasa bosan ketika menjalani sebuah hubungan. Tapi dirinya lebih salah, karena meninggalkanku demi orang baru. Padahal aku ti...