Amarah Gavran (12)

3 1 0
                                    

Menjaga jarak sepertinya pilihan yang tepat. Gavran, lelaki itu semenjak kejadian di mana Raina mengamuk ia sudah pikirkan untuk menjaga jarak nya dengan  Rea. Awalnya sedikit menyesakkan, tapi mau bagaimana lagi ini juga untuk kebaikan sahabatnya sekaligus perempuan tercintanya.

Gavran menuruni anak tangga dengan lambat. Lelaki itu tampak tidak bersemangat karena merasa bersalah kepada Rea karena ia memperlakukan nya seperti itu. Daripada pusing, lebih baik Gavran bermain basket. Kebetulan saja rumahnya memiliki lapangan basket, khusus untuk keluarganya.

Dengan tubuh yang penuh keringat, ia memainkan bola basket dengan lihai. Dari dulu lelaki itu memang menyukai olahraga basket, jadi tak heran dirinya yang memiliki tubuh yang tinggi.

"Laskar, didepan ada kakaknya Devan," Grace, mama Gavran itu menghampiri sang anak yang sedang bermain basket.

Gavran menghentikan kegiatan nya itu, lalu berkata, "Suruh kesini."

Grace pun mengiyakan, lalu ia menyuruh Raina masuk menemui anak lelakinya.

Setelah mengantar Raina, Grace pergi meninggalkan mereka berdua. Raina tersenyum melihat lelaki yang disukainya, rambut yang basah akibat keringat sangat tampan di mata gadis itu.

"Hai," sapanya sambil berjalan mendekati lelaki itu.

"Hai kak," balas Gavran tak kalah ramah. Sebenarnya agak malas untuk seperti ini. Namun, ia harus jaga sikapnya karena ia tidak mau kakak dari sahabatnya kenapa-kenapa karenanya. Dapat dibilang dirinya sudah sedikit menerima kehadiran Raina.

"Lo sendiri?" Tanya Gavran dengan alis yang terangkat sebelah.

Raina mengangguk sebagai balasan. Karena sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan, Gavran membawa Raina keruang tengah. Karena lapangan basket lumayan jauh dari ruang tengah, jadi mereka sedikit lama sampainya.

* * *

Tok! Tok! Tok!

"Iya sebentar!" Teriak Grace dari arah dapur.

Ibu satu anak itu membuka pintu dan detik itu dirinya langsung memeluk siapa yang bertamu dirumahnya.

"Mama kangen banget sama kamu," ujar Grace setelah melepaskan pelukannya.

Grace mencubit pelan perut gadis itu, lalu ia berdecak kesal. "Kamu ini, kenapa baru main lagi?"

Rea meringis pelan lalu terkekeh, "baru sempet ma."

Yups! Yang bertamu adalah Rea, gadis itu sebenarnya tidak ingin kesini. Namun, ia penasaran dan ingin bertanya kepada Gavran si sahabat sialannya itu kenapa dirinya sekarang berubah. Kalau Rea sudah mengganti nama Gavran dengan Gavran sialan, artinya gadis itu sudah sangat kesal dengan Gavran.

"Kamu padahal udah nggak 8 tahun lagi, kok ini kayak anak 8 tahun sih," mama Gavran itu menatap Rea gemas. Bagaimana tidak, kepang dua rea yang imut, apalagi Rea memakai kaos bergambar Barbie dengan celana kulot.

Rea yang mendengarnya langsung menunduk lesu. "Ah mama, berarti Rea kayak anak kecil dong?" Rengeknya.

Grace tertawa melihatnya. Grace memang sudah menganggap Rea sebagai anaknya sendiri, dia sangat sayang kepada Rea.

"Nggak gitu Rea, kamu itu imut." Kata Grace. Rea pun hanya tersenyum malu-malu monyet, eh salah. Malu-malu kucing.

"Yaudah ayo masuk,"

Rea mengangguk, tapi langkahnya seketika berhenti saat ia melihat sepasang sepatu heels berwarna merah. Tidak mungkin itu milik Grace, ia tahu betul selera sepatu mama sahabatnya itu.

Grace ikut menghentikan langkahnya, ia memperhatikan arah pandang gadis imut itu. "Ada kakaknya Devan," ucap Grace seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Rea.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang