Weekend ini dimanfaatkan baik oleh Rea. Pagi-pagi gadis itu sudah rapi dengan sweater pink pastel dan celana cargo hitam, rambutnya seperti biasa ia akan kepang agar tidak berantakan.
Gadis itu menuruni anak tangga menuju dapur. Dapat ia lihat maminya dan Bi Indah sedang sibuk memasak, ia menghampiri keduanya. "Mami, kakak pergi dulu ya, udah ditunggu temen. Sarapan nanti disana," pamit gadis itu seraya menyalami tangan maminya.
"Jangan pulang lama-lama! Dengar kamu Rea?"
Rea hanya mengangguk lalu berganti menyalami Bi Indah. Rea memang sangat menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. Tapi entah mengapa dirinya belum bisa seperti itu kepada Raina.
Gadis cantik itu melihat lelaki yang sedang menunggunya. Dengan cepat ia menghampiri lelaki itu.
"Hey, lama ya?" Tanya Rea. Lelaki itu yang tadinya bermain ponsel langsung mendongak. "Eh, nggak kok. Mau langsung ke mall kak?" Haikal memberikan helm kepada gadis itu.
Rea tampak berpikir. "Eum, kayaknya sarapan dulu deh." Selanjutnya gadis itu masih sibuk dengan urusan helmnya. "Aduh Kal, tolong dong," pintanya sambil memasang muka memelas.
Haikal yang melihat tingkah lucu kakak kelasnya ini lantas tertawa gemas. Mereka sudah memutuskan untuk berteman, apalagi Rea yang kesepian. Ia masih malas menghadapi dua sahabat lelakinya, walau dirinya sangat rindu.
"Lucu banget sih lo, gemes deehh jadi pengen pacarin," ucap Haikal saat sudah selesai memasang pengait helm.
Rea cemberut mendengarnya. "Nggak akan!" Ketusnya lalu menaiki motor lelaki itu. Entah mengapa perasaannya tidak senang saat mendengar perkataan Haikal. Ia merasa ada seseorang yang berada di dalam hatinya. Tapi dia belum tahu siapa itu.
Haikal berdecih. "Yaelah bercanda doang kali,"
Sesampainya di warteg pilihan Haikal, Rea langsung segera memesan makanan dan Haikal mencari tempat duduk.
Rea mengedarkan pandangannya, ia melihat Haikal yang sedang bermain ponsel. Gadis itu menghampiri Haikal dengan wajah kesal. Ia duduk dengan tidak santai membuat lelaki itu tersentak.
Haikal mengernyitkan keningnya, ada apa dengan gadis didepannya. "Lo kenapa?" Tanyanya dengan suara lembut. Hanya berjaga-jaga, takut saja gadis didepannya ngamuk.
Rea menghela napas. "Udah dibilangin jangan duduk paling pojok! Gue males, apalagi terlalu pojok, bikin gue sesek!" Kesalnya kepada Haikal.
Dengan perasaan bersalah, Haikal menunduk. Ia merasa kalau dirinya selalu salah, selalu kena marah. Apa tidak bisa Haikal memiliki teman? Iya Haikal tidak memiliki teman, teman yang lain sudah meninggalkannya karena Haikal disebut sombong dan terlalu kaya. Lalu Haikal ingin berteman dengan Rea, apa tidak boleh? Kenapa disini dia selalu salah, memang dirinya salah karena tidak bertanya. Tapi, bisakah menghargainya dengan tidak memarahinya terus? Sakit hati memang ada. Namun, ia harus sadar, ini memang kesalahannya.
Rea kembali menghela napas. "Haikal! Angkat kepala lo, lo kenapa gini sih? Ada apa Haikal?"
Haikal tak bergeming. Ia masih saja menunduk. Ia terlalu takut.
"Lo budek?! Gue bilang angkat kepala lo Haikal!" Intonasi gadis itu meninggi. Ia memaksa Haikal, karena ia ingin mendengar penjelasan dari lelaki itu, apa dirinya ada salah? Kalau iya, dirinya akan meminta maaf.
Lelaki itupun mendongak. Ia bangkit dari duduknya, ia menatap Rea dengan datar. Jujur hatinya sakit saat ia dibentak, ia memang tidak pernah dibentak. Karena kedua orang tuanya yang tidak pernah membentak, apalagi sekarang dia tinggal sendiri di apartemen tidak ada yang pernah memarahinya. Kenapa tinggal sendiri? Kedua orang tuanya sudah meninggal, ia hanya ditinggalkan harta orang tuanya. Untung saja dia anak tunggal kaya raya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE
Teen FictionBersahabat dengan berbeda jenis memang tidak mudah. Salah satu darinya pasti akan memiliki perasaan. Rea, Gavran dan Devan, mereka sudah bersahabat lama. Apa mungkin akan berganti status? Dari sahabat menjadi kekasih? Dan siapakah yang akan menjadi...