Mingyu baru saja sampai kedalam rumah ketika notifikasi chat dari Deka berbunyi dengan nyaring melalui ponselnya, berfikir chat itu tidak terlalu penting, Mingyu memilih untuk meletakan ponselnya dulu diatas meja dan mulai bersiap-siap untuk pergi kerja paruh waktu disalah satu kios sembako yang berada disekitar kompleknya.
" Itu hape berisik banget anjir bang notifnya, dibukak dulu kek!" Haechan, adek Mingyu, berkomentar sembari berjalan melalui abangnya itu. " Bentar ah," Mingyu menyahut, " Tapi itu suaranya berulang-ulang loh bang, noh udah berubah jadi dering panggilan!"
Mingyu mengernyitkan dahi, biasanya Deka tidak bakalan telepon kalau tidak penting. Jadi dia memilih untuk mengangkat panggilan Deka dengan kondisi bertelanjang dada, karena dia memang bersiap-siap untuk mandi tadi.
" Hal-"
" WOY SUSULIN EUNHA WOI!"
" Loh kenapa?"
" Tadi gue lihat dia jalan otw angkringan 88!"
Angkringan 88, angkringan yang biasanya digunakan oleh Wonwoo dan gengnya untuk sekedar nongkrong-nongkrong setelah pulang sekolah. Ngapain Eunha kesana?
" Anjir, oke gue susul, bentar."
" YOIHHH HATI-HATI, BURUAN SEBELUM SAMPE ORANGNYA!"
" Iya-iya udah santuy!"
Mingyu mematikan handphonenya, bergegas mengambil Hoodie random diatas sofa dan bergegas keluar lagi. " Mau kemana lagi bang? Ntar malem pakde kesini loh bang!" Haechan bertanya kebingungan, " Urusan negara." Mingyu membalas asal sambil mengambil kunci motornya. Untung saja hari ini motornya sudah tidak berada dibengkel lagi.
" Begayaan urusan negara lo bang, kek penting-penting aja lo!" Haechan mencibir, Mingyu aslinya mau nyolotin adeknya tapi dia memilih untuk tidak menggubris dan langsung keluar dari rumah, tancap gas menuju lokasi cewe mungil itu.
" Kemana lagi tuh anak?" Mingyu mengedarkan pandangannya ke sekeliling jalan, motornya sudah berada dipertigaan menuju angkringan 88, " Jangan-jangan udah sampe kesana lagi?" Mingyu ovethinking, dia melajukan motornya kekanan, menghela napas pelan, ia sudah siap dengan risiko jika dia ketahuan oleh Wonwoo, yang ia pikirkan sekarang adalah Eunha harus menjauhi lokasi kramat itu.
Namun sebelum sempat sampai ke lokasi, Mingyu malah sudah melihat Eunha terlebih dahulu dipinggir jalan, beberapa langkah lagi sebelum angkringan 88 berada. Cewek itu terlihat sedang berdebat dengan seorang lelaki, yang Mingyu yakini sebagai Hoshi.
Tidak ingin membuang waktu, Mingyu segera melajukan motornya mendekat kearah mereka berdua, Hoshi yang sedang sibuk berdebat langsung menunjukan keterkejutan, sementara Eunha belum menyadari keberadaan Mingyu karena posisi cewe itu membelakanginya.
" Gue pokoknya mau ngomong sama dia! Gue suruh ke pskiater!" Suara Eunha nampak menunjukan emosi yang meluap-luap, Hoshi tidak menghiraukan perkataan Eunha barusan dan memperhatikan Mingyu, membuat cewe itu ikut-ikutan memperhatikan kebelakang dan langsung terkejut.
" Loh Mingyu?"
Hoshi nampak menggeleng-gelengkan kepalanya, memberikan isyarat kepada Mingyu, seakan menyuruh Mingyu untuk membawa Eunha pergi dari sini. " Ha, main yuk?" Mingyu melempar senyuman mautnya, membuat Eunha mengerjapkan mata berulang kali.
" Hah gimana?" Eunha malah cengo, " Diajak main noh sama Malika, kapan lagi diajak main bareng kerus? Sana-sana hempas!" Hoshi mengibas-ibaskan tangannya, memang mantan kurang ajar.
" Ayo muter-muter kota, gue ajak keliling kota, ntar beli es serut, kalo nemu." Mingyu berusaha membujuk Eunha, dari cara bicara cewek itu ke Hoshi saja dia sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh cewek mungil itu. " Gue mau ceramahin orang dulu!" Eunha menolak, dia bersikeras akan menerobos Hoshi, tetapi Mingyu segera turun dari motornya dan menahan pergelangan tangan cewek itu, " Ha, lo katanya dulu suka kan kalo diajakin muter-muter terus mampir ke taman deket rusun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekayasa [Eunha x Mingyu]
FanfictionIni cerita tentang Eunha yang nelen ludahnya sendiri. (SELESAI) " JADI SELAMA INI CINTA LO CUMA REKAYASA?" " Iya, keren kan akting gue?" ❗Ini cuma fiksi, jgn dibawa serius ❗Megandung unsur mental disorders ❗Jangan lupa voment gaess